Kata Pengantar
Kamus Bahasa Mori Bahono-Indonesia dan Indonesia – Mori Bahono ini disusun dengan maksud ingin ikut melestarikan dan memperkenalkan salah satu budaya bangsa yaitu bahasa suku Bahono, di Sulawesi Tengah.Walaupun penuturnya relatif sedikit namun cukup menarik karena sifatnya yang khas.
Disamping itu bahasa ini digunakan juga di beberapa kampung lainnya walaupun dengan nada ucap agak berbeda - seperti suku Towatu di Ronta, Lemboroma, Ungkaea dan lain-lainnya bahkan juga di Dongi dan Karunsi’e Sulawesi Selatan.
Dipakai nama Mori Bahono, karena suku Bahono hanyalah salah satu suku yang dahulu bergabung dengan Kerajaan Mori dalam menentang penjajahan Belanda.
Di wilayah Kerajaan Mori terdapat banyak suku-suku lainnya dengan bahasa-bahasa suku mereka sendiri. Namun dalam acara-acara resmi, ibadah-ibadah keagamaan dan sekolah-sekolah, digunakan bahasa yang kini digunakan suku Toroda di Ngusumbatu (Beteleme) dan Tinompo. Lambat laun bahasa ini diterima secara umum sebagai bahasa persatuan dan bahasa komunikasi resmi dalam wilayah Mori.
Sedangkan Bahasa
Mori-Bahono dahulu adalah bahasa ibu dari suku Bahono yang mendiami dua kampung
di bagian utara perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, yaitu Ulu’anso
dan Kumpi. Sekarang keduanya termasuk Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali,
Sulawesi Tengah.
Akibat gangguan keamanan pada dekade limapuluh dan enampuluhan, penduduknya menyebar, sebagian besar mengungsi dan banyak pula yang merantau dan kawin-mawin dengan penduduk di tempat baru.
Namun, para perantau ini cenderung ingin tetap mempertahankan budaya asalnya termasuk bahasa ibunya. Terlihat dari adanya paguyuban-paguyuban posintuwua di tempat-tempat mereka berada.
Dua antropolog Belanda Albert C.Kruyt dan N.Adriani telah melakukan penelitian bahasa-bahasa suku di Sulawesi Tengah, bahkan telah menerjemahkan Injil ke dalam beberapa suku setempat. Namun belum diketahui adanya kamus yang disusun kedua ahli itu.
Karena itu diharapkan buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang meminati bahasa Mori-Bahono. Disadari di sana-sini masih terdapat kekurangan, apalagi penulis bukanlah seorang ahli bahasa. Oleh karena itu setiap saran atau masukan yang dimaksudkan untuk menyempurnakan isi buku ini sangat kami apresiasi.
Cimanggis, Depok 10 Maret 2016
Penulis
No comments:
Post a Comment