Malam hari seperti aku diteror. Terlalu menakutkan. Datangnya malam ,
berarti akan datangnya saat-saat mencekam. Aku takut menghadapinya
seorang diri. Aku merindukan sekali pada saat-saat seperti ini ada orang
yang kupercayai mendampingiku agar aku dapat tidur dengan tenteram.
Tetapi siapa ?
Selama dua bulan ini, hanya Siman dan kak Sepe , kedua sanak familiku di Jakarta, yang sekali-sekali
datang membesukku. Itupun hanya sebentar. Kadang-kadang hanya sekali
seminggu. Kak Sepe kabarnya sudah dapat pekerjaan di bengkel
perusahaan bus milik orang Makasar, tidak berapa jauh dari rumah sakit
ini. Waktu mereka datang, aku ingin sekali menceriterakan apa yang
kurasakan setiap malam. Namun aku pikir percuma. Mereka toh tak dapat
menungguiku malam hari. Lagi pula musuh-musuhku seperti ada di
mana-mana. Dalam wujud perawat-perawat yang kini mulai kucurigai telah
dipengaruhi dan bersekongkol dengan roh-roh jahat yang tak terlihat.
Roh-roh ini seperti dapat mendengar, melihat dan mengawasi aku melalui
kabel-kabel listrik yang menuju ke rumah sakit ini. Bahkan melalui
jendela dan sela-sela lobang angin.
Mereka seakan mengancam,”awas kalau berani mengadu. Sebentar malam
tunggu balasannya”. Pernah aku bertengkar dengan seorang perawat hanya
karena persoalan garpu. Aku berpikir, tentu para perawat lainnya dan
para dokter akan membela rekan mereka lalu semuanya membenciku. Aku
benar-benar merasakan keterasingan.
Teman-teman sekantor maupun pimpinan, tak seorang pun yang pernah datang
menjenguk. Demikian juga kakak dan isterinya tidak pernah menengokku.
Aku sedih, mengapa mereka tidak datang menengokku sekali saja dalam
keadaanku yang sekarat ini.
Semua kekalutan pikiran ini terbawa ketika akan tidur. Sering aku
periksa sekeliling tempat tidurku, apakah ada suatu alat yang dipasang
yang membuat aku tidak tenteram seperti ini malam hari. Tidak ada alat,
tak ada kabel dan memang tidak ada apapun. Aku tidak mengerti, aku tidak
melihat apa-apa, tetapi setiap malam aku seperti dicengkeram sesuatu
yang mengandung arus listrik.
Dalam keadaan sepert itu, pernah seakan-akan aku mendengar suara Siman
dan kak Sepe datang menengokku dengan motor Vespa. Tetapi
petugas-petugas rumah sakit tidak mengijinkan mereka memasuki halaman
rumah sakit. Kudengar mereka bertengkar hebat. Tentu saja membuat aku
marah. Tetapi aku tidak berdaya, seperti disandera.
Pernah pula kudengar ibuku yang sudah sepuh hendak datang membesukku
disertai kakakku yang perempuan. Mereka sudah masuk halaman rumah
sakit, tetapi tidak diperkenankan masuk ke ruangan tempatku berada.
Dari dalam jelas kudengar mereka memanggil-manggil aku sambil menangis.
Mereka mengetok-ngetok jendela, memohon kepada para perawat untuk
diperkenankan masuk menemuiku. Tetapi petugas-petugas rumah sakit tetap
berkeras, tidak mau membukakan pintu.
Dari dalam akupun tidak tinggal diam. Aku memprotes. Karena tidak
dikabulkan, aku mendesak minta pulang malam itu juga. Aku mengemasi
barang-barangku ke dalam ransel. Sambil berkemas, aku mendengar banyak
suara hiruk-pikuk seperti melalui pengeras suara. Diantara suara-suara
itu seperti ada suara anak-anak yang memanggil namaku sambil mengejek.
Pikiranku kacau. Benar-benar kacau. Hanya halusinasi ?
Politik, Hukum, Biografi, Agama,Humor, Budaya, Hobi, Ketrampilan, Bahasa, Info-Berita (fakta/masalah>analisis>solusi)
Saturday, March 13, 2021
JEJAK MENGIKUT KRISTUS : (5) .TEROR MIMPI DIWAKTU MALAM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment