Sementara segala macam proses Pemilihan calon Gubernur
DKI Jakarta tanggal 19 April
2017 berjalan, sidang-sidang pengadilan
Ahok yang didakwa melakukan
penistaan agama telah banyak menarik
perhatian. Tidak saja dari warga DKI Jakarta, tetapi juga secara nasional
bahkan internasional.
Tidak mengherankan, karena kota Jakarta adalah Ibukota Negara yang
sering kali menjadi contoh bagi Daerah-Daerah Propinsi lainnya, Pusat
Pemerintahan dan pusat segala macam kegiatan ekonomi, politik dan sebagainya.
Ahok adalah pejabat petahana yang
ikut kembali sebagai calon untuk
memperebutkan kursi DKI-1. Pencalonannya
makin menjadi sorotan karena dia dituduh
melakukan penistaan Kitab Suci agama Islam sedangkan dia bukan seorang Muslim.
Meskipun yang bersangkutan membantah dan didukung oleh banyak tokoh dari berbagai keahlian, tetapi tetap saja tuduhan penistaan agama itu
disuarakan meski akhir-akhir ini agak mereda.
Banyak komentator berpendapat
kasus ini telah dipolitisasi oleh untuk
menguntungkan calon gubernur penantang ( Anies-Sandi) meskipun hal itu dibantah. Demikian pula kecurigaan akan
adanya upaya-upaya sekelompok orang untuk menggulingkan pemerintahan pusat yang
sah.
Sementara proses pengadilan dan
Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) DKI berlangsung, tiba pula masa, ketika umat
Kristiani memperingati hari-hari Kesengsaraan Yesus Kristus, yaitu Jumat Agung
hari Jumat tanggal 14 Aprl 2017 .
Kemudian berlanjut dengan Perayaan Paskah hari Minggu tanggal 16 April
2017.
Peringatan Jumat Agung dan Paskah
adalah peringatan akan saat-saat ketika Allah menggenapi janjiNya untuk
menyelamatkan umat manusia dari ganjaran hukuman api naraka akibat dosa mereka melalui penebusan
korban Yesus Kristus. Ini sesuai dengan yang telah dinubuatkan para nabi ribuan
tahun lalu ( Yesaya 53 : 1-10) .
Penebusan itu diawali dengan
Perjamuan Kudus, yaitu memperingati ketika Yesus makan malam terakhir bersama
kedua belas murid-muridNya. Pada kesempatan itu Ia memberitahukan simbol roti yang dipecah-pecahkan yang mereka akan makan sebagai tubuhNya yang akan dicabik-cabik. Cawan
anggur yang akan mereka minum sebagai simbol darah penebusan yang akan
dicurahkan sebentar nanti.
Ia minta supaya setiap kali
mereka makan roti dan minum anggur mereka buat sebagai suatu tanda peringatan
akan kematianNya. Dan itu memang terjadi hanya berselang beberapa jam kemudian.
Umat Kristiani memandang itu
sebagai perintah. Itulah sebabnya maka setiap tahun umat Kristiani merayakannya
dan sekaligus berlanjut dengan perayaan Paskah, yaitu memperingati hari
kebangkitanNya dari dalam kubur pada
hari ketiga sesudah kematianNya.
Sesudah “Last Super” atau makan malam terakhir itu, Yesus Kristus dan para murid langsung pergi
bermalam di Taman Getsemani. Pada malam itu juga Yesus ditangkap. Ia ditangkap sesaat setelah
menjalani pergumulan berat dalam doa agar diberi kekuatan oleh Bapa di surga pada waktu menjalani penganiaan sampai mati
yang diketahuiNya akan segera terjadi.
Ia kemudian digiring menghadap
Kayapas, Imam Besar Yahudi di Yerusalem. Segeralah dipanggil sidang darurat Majelis
Mahkamah Agama Sanhedrin untuk
mengadili Yesus.
Pengadilan tidak adil karena
anggota-anggota Sadhedrin yang pro Yesus seperti guru agama Yahudi Nikodemus
tidak diundang. Demikian juga banyak dihadirkan saksi-saksi palsu untuk
memberatkan Yesus.
Yesus dituduh “menistakan agama”
Yahudi, karena Yesus menyebut-nyebut
diriNya “Anak Allah” serta akan
meruntuhkan Bait Allah yang suci lalu akan membangunnya kembali dalam tempo
tiga hari. Kata-kata diatas memang benar pernah diucapkan Yesus, tetapi dalam pengertian rohani. Tetapi
Imam Besar dan Sanhedrin mengartikannya secara harfiah, sehingga mereka tetap
bersikukuh untuk menjatuhiNya dengan hukuman mati.
Israel
waktu itu dalam penguasaan Romawi. Kewenangan menjatuhkan hukuman mati
hanya berada di tangan Pontius Pilatus
Gubernur Romawi di Yerusalem. Maka Yesus pun digiring menghadap Pilatus
untuk untuk menguatkan dan melegalkan
keputusan mereka.
Pilatus menanyai Yesus beberapa
saat, tetapi segeralah ia menyadari orang itu tidak bersalah secara hukum. Ia
berupaya melepaskan Yesus bahkan melepaskan dirinya sendiri dari kemelut itu.
Ia melempar bola dengan mengirimkan
Yesus ke raja Herodes seteru politiknya,
yang kebetulan sedang berada di Yerusalem. Tapi Herodes pun tidak mampu
menyelesaikannya lalu mengembalikan lagi Yesus kepada Pilatus.
Isteri Pilatus yang terganggu
oleh mimpi-mimpi buruk malam itu akibat penganiayaan Yesus, ikut berupaya
mendesak suaminya untuk membebaskan Yesus karena tidak bersalah.
Lalu Pilatus menawarkan kepada
massa untuk memilih pembebasan satu dari dua tahanan sebagai hadiah pada hari
raya Paskah Yahudi saat itu. Yesus atau Barabas, seorang tokoh pemberontak
terhadap kekuasaan Romawi.
Pilatus berharap
pemimpin-pemimpin Yahudi dan massa akan memilih pembebasan Yesus daripada Barabas
tokoh pemberontak yang terlibat
pembunuhan itu. Tapi nyatanya massa
makin brutal. Mereka tetap menuntut Yesus disalibkan dan memilih Barabas
dibebaskan. Bahkan pemimpin-pemimpin mereka ulai menakut-nakuti Pilatus akan
melaporkannya ke Kaisar di Roma karena mau membebaskan orang yang menyebut dirinya “raja orang Yahudi”.
Merasa tak berdaya lagi,
akhirnya Pilatus mengalah. Ia
mengabulkan tuntutan hukuman mati bagi Yesus. Namun sebelumnya itu, ia meminta
sebaskom air. Di depan para tokoh Yahudi dan massa yang histeris ia mencuci
tangannya dan menyatakan tidak bertanggungjawab atas penumpahan darah orang tak
bersalah itu. Dan massa menjawab, biarlah itu menjadi tanggungjawab mereka dan
keturunannya.
Selama proses yang berkepanjangan
itu Yesus terus-menerus mengalami penganiayaan fisik dan mental yang sangat
mengerikan. Dicambuk dengan rantai berkepala
potongan-potongan besi tajam, dipasangi paksa mahkota duri, diludahi. Mulai dari kaki tangan penguasa-penguasa
Yahudi, serdadu-serdadu Romawi maupun
Herodes.
Sesudah makan malam terakhir itu,
tak ada disebutkan dalam Injil, apakah selama penganiayaan itu ia pernah diberi
makan atau minum ataupun istrahat sampai
akhirnya dipaksa memanggul salib ke bukit Golgota lalu disalib.
Pengadilan Yesus
dan Ahok
Aneh
tapi nyata. Ada beberapa persamaan antara pengadilan Ahok dengan pengadilan
Yesus. Sama-sama didakwa penistaan agama.
Sama-sama banyak massa yang
menuntut agar terhadap terdakwa dihukum berat. Sama-sama ada saksi-saksi yang
diragukan kebenaran kesaksiannya alias kesaksian palsu. Sama-sama ada perbedaan penafsiran atas materi
dakaan.
Sama-sama ada tawaran dua pilihan
yang berkaitan dengan Pilkada. Memilih
tokoh nomor 3 atau nomor 2 dimana Ahok termasuk.
Yang masih menjadi tanda tanya,
adalah bagaimana keputusan Majelis Hakim. Apakah juga mereka cenderung
menganggap terdakwa Ahok tidak bersalah dan mau membebaskannya ? Bahwa banyak orang meminta untuk memutus
bebas karena tidak bersalah seperti isteri Pontius Pilatus, sudah pasti. Ataukah
nanti Majelis akan tunduk pada tuntutan massa demonstran, agar dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman,
nanti vonnis merekalah yang memastikan.
Libur panjang
Paskah
Namun khusus untuk warga Jakarta
atau mereka yang bekerja di Jakarta saat-saat Jumat Agung dan Paskah
ini dirasakan pula membawa berkah.
Karena hari Jumat Agung adalah hari libur resmi dan di Jakarta hari Sabtu juga
sebagai hari libur, maka kesempatan ini digunakan sebagai liburan panjang
sampai hari Minggu. Bukan saja oleh umat Kristiani tetapi juga oleh masyarakat
pada umumnya. Mereka dapat berekreasi
bersama keluarga ataupun mengunjungi sanak keluarga yang jauh. ***