Untuk menertibkan pendistribusian BBM Bersubsidi yang yang terbatas sekarang agar tepat
sasaran, yaitu kalangan ekonomi lemah, tidak cukup lagi hanya dengan himbauan-
himbauan .Harus ada sistim yang menimalisir pelanggaran serta adanya pengawasan yang ketat. Semua sudah mengakui bahwa
subsidi BBM yang semula dimaksudkan untuk membantu masyarakat ekonomi
lemah, seperti para nelayanan, sepeda motor dan angkutan kota, sebagian terbesar ternyata dinikmati oleh para pemilik mobil pribadi , termasuk yang
mewah-mewah.
Oleh karena itu kami menyarankan
agar di setiap SPBU disediakan pompa yang
terpisah :
a. (A) Pompa
Premium, yang khusus melayani sepeda
motor. Jalan masuk ke pompa tsb
dipasangi patok-patok besi permanen,
sehingga yang bisa masuk hanya sepeda
motor.
b. (B) Pompa khusus
Pertamax (non subsidi) untuk
melayani mobil dan juga sepeda motor
yang ingin beralih ke bahan bakar jenis ini.
c. (C) Pompa khusus
solar, untuk melayani truk-truk berbahan bahan solar.
d. (D) Pembelian BBM bersubsidi dengan wadah jerigen, kaleng
dsbnya dilarang keras.
e. (E). Bila
perlu dilakukan penjatahan untuk setiap sepeda motor dan angkot di setiap wilayah melalui dengan kupon-kupun
yang telah dibatasi jumlahnya pada
setiap kali pengambilan di SBU yang
ditentukan.
f.
(F) Khusus untuk para nelayan disediakan
pompa atau tangki yang salurannya
ditanam dalam tanah dan kran pengisiannya dipasang di kade pendaratan
perahu nelayan. Setiap nelayanpun di daftar dan diteliti kemudian dijatah sesuai kebutuhan rielnya.
Pelaksanaan saran ini diserahkan pada
pihak yang berwenang sesuai
ketentuan yang berlaku. Pertamina, BPH Migas, Kementerian Perdagangan,
Kementerian ESDM, Pemerintah Daerah atau dengan berkoordinasi.
Kebijakan Jangka Panjang
Nampaknya Pertamina dan pemerintah selama ini seperti kebingungan, tidak konsisten dan tidak
punya rencana kerja yang mantap dalam pengelolaan BBM. Coba saja.
Dahulu digembar-gemborkan untuk
mengembangkan tanaman jarak sebagai
sumber alternatif pemenuhan kebutuhan
bahan bakar. Rakyat dianjurkan
menanam jarak , maka mereka pun beramai-ramai menanam meskipun untuk itu harus membabat tanaman mereka sebelumnya yang sudah
produktif.
Kenyataannya, gembar-gembor ini tidak
ada tindak lanjutnya. Para petani yang merasa dibohongi kemudian membabat
kembali kebun-kebun jarak yang sebetulnya sudah mulai siap dipanen.
Beberapa bulan lalu, mereka
menciptakan cara labelisasi yang
dipasang di mobil-mobil yang katanya
dengan itu pengisian bahan bakar akan dapat ditertibkan karena
dilakukan secara elektronik. Tetapi
seperti diakui sendiri
oleh Pertamina label-label itu sekarang
sudah menghilang. Alias gagal
Terakhir, Pemerintah dan
Pertamina membatasi pendistribusian BBM seraya menyebarkan pengumuman yang menakutkan
bahwa stok BBM kritis, dan bahwa apabila
tidak dibatasi, pada bulan Nopember 2014
akan habis. Maka tak heranlah kalau di mana-mana terjadi antrian panjang
berjam-jam. Baik oleh mereka yang
benar-benar sedang butuh maupun oleh para pedagang spekulan. Artinya terjadi
kelangkaan.
Tapi anehnya pemerintah menyatakan BBM tidak langkah. Bagi
orang normal sulit memahami. Ucapan dan keadaan di lapangan sangat berlawanan. Situasi
carut-marut itu sebenarnya diciptakan oleh mereka sendiri.
Ketika reaksi keras bermunculan, Pertamina dan
pemerintah mengumumkan mencabut kembali
kebijakan pembatasan pendistribusian
itu. Diharapkan keadaan akan kembali
normal.
Tapi kebijakan inipun tidak
menyelesaikan masalah karena muncul kembali kekhawatiran baru. Sebab sesuai pengumuman sebelumnya, dengan diloskannya
kembali distribusi, maka stok beberapa
bulan lagi akan kering. Tak heranlah kalau kesempatan itu digunakan oleh
orang-orang yang ketakutan berupaya sedapat mungkin melakukan “penimbunan” untuk peesediaan di kala kekeringan itu.
Masalahnya, karena Pertamina tidak
memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa stok itu akan tetap tersedia dengan
solusi yang meyakinkan pula. Misalnya
dengan pengadaan yang baru, entah dengan
perobahan kembali pagu stok dalam APBN atau dengan melibatkan Swasta
dalam pengadaan BBM.
Saran untuk Pemerintah Baru
Diharapkan untuk pemerintah baru Jokowi-JK mendatang, setiap kebijakan
dalam rangka menciptakan sumber
bahan bakar baru hendaknya diprogramkan dengan jelas, seperti kelayakannya secaraa ekonomis, tahap-tahap pelaksanaannya,
pengorganisasiannya serta evaluasinya. Untuk gagasan tanaman jarak misalnya, ada
tahap penanaman sampai masa panen,
pabrik pengolahan agar sudah siap pada masa panen, serta sarana pemasarannya sesuah pengoahan.
Sebagai
program yang baru, sebaiknya dirintis oleh
Pemerintah misalnya dilaksanakan
Perkebunan Negara, Departemen Pertanian
atau Pemerintah Daerah. Kalau hasilnya terbukti
memang cukup menguntungkan , maka
pihak swastapun didorong dan diberi
kemudahan untuk membuka usaha serupa.
No comments:
Post a Comment