Adanya
kasus-kasus anak kandung menggugat orangtua kandungnya ke depan meja hijau,
sungguh mengherankan. Dari sudut agama
tidak dapat dibenarkan, karena bagi setiap penganut agama, menghormati orangtua
adalah wajib.
Dalam Kitab
Injil penghormatan kepada orang tua itu
tercatat jelas pada Hukum Sepuluh yang ke lima yang mengatakan “Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut
umurmu di tanah yang diberikan TUHAN
Allahmu kepadamu” (Kel.20:12).
Sering pula kita mendengar ungkapan “
Surga ada di telapak kaki ibu”.
Demikian
pula tradisi dan budaya yang beragam di negeri ini umumnya memberi penghormatan
tinggi kepada orangtua atau yang dituakan. Terlihat misalnya dari simbol cium
tangan atau menyentuh bagian bawah kaki.
Namun aneh tapi nyata.
Tanggal
26/3-2017 Ibu Siti Rokayah, 83, warga kec. Garut kota ,digugat Rp 1,8 milyard oleh anak kandungnya Yani
Suryani dan suaminya Handoyo
Adianto dalam hal utang pihutang.
Ibu Artija, 67,
1/10/2012 di Jember, digugat oleh anak kandungnya Manisa,45
dengan tuduhan ibunya melakukan
pencurian dalam kasus rebutan tanah.
Achmad
Tjakoen Tjokrohadi ,92, di Malang,
digugat oleh anak kandungnya sendiri
Ani Hadi Setyowati, dalam kasus
rumah warisan.
Nenek Fatimah, 90, di Tanggerang, digugat Rp 1 milyard oleh Nurhanah dan suaminya Nurhakim dalam soal
tanah.
Ketika aku dirawat
di rumah sakit, anak-anak begitu sibuk mengurusi dan memperhatikan,
sampai-sampai ada yang minta cuti dari pekerjaannya.
Melihat itu aku teringat kedua almarhum
orangtuaku dahulu. Mereka begitu bekerja keras banting tulang untuk menghidupi
keluarga kami. Tetapi ketika sudah “menjadi orang” aku tidak sempat lagi untuk
berbuat sesuatu yang membahagiakan mereka. Aku sungguh menyesali itu.
Aku ingat
ketika ayah, untuk mengurangi
pegal-pegal pada tulang punggungnya, beliau menyuruhku memijatnya. Karena
tanganku yang kecil tidak cukup membantu, maka beliau menyuruhku naik ke atas
punggungnya, berjalan di sepanjang tulang belakangnya yang pegal-pegal sambil
beliau menelungkup.
Aku menolak,
karena bagaimana mungkin aku bisa menginjak-injak tubuh orangtuaku ! Tapi
karena beliau terus mendesak, maka aku minta syarat agar punggung ayah ditutupi dahulu dengan
selimut. Karena aku tidak mau tapak kakiku menyentuh tubuh orangtuaku. Dan
beliau setuju.
Maka aku tak
mengerti jalan pikiran orang-orang yang sampai mendurhaka
kepada orangtua kandung yang sudah sepuh seperti di atas.***
No comments:
Post a Comment