Yesus atau Isa Almasih pernah bersabda bahwa “lebih
mudah seekor unta masuk dalam lubang jarum
daripada oang kaya masuk surga. Kok ?
Jangan gagal paham dulu. Karena Abraham dan Salomo (Sulaeman) adalah orang kaya raya dan sangat diberkati ..
Maksudnya adalah orang-orang kaya yang merasa dengan kekayaannya bisa
berbuat segalanya, berbuat apa saja, membuatnya sombong dan hidup
hanya bergantung pada kekayaannya.
Fokus
hidupya hanya untuk mengumpulkan
kekayaan sebanyak-banyaknya. Pelit
alias kikir tidak perduli dengan keadaan
orang-orang berkekurangan..
Tetapi selain orang
kaya yang susah masuk surga, ada lagi kelompok orang yang agaknya akan susah
juga masuk surga. Mereka adalah
para politikus .
Mengapa ?
Karena dalam prakteknya, para politikus
paling susah dipegang ucapan atau
janjinya. Susah mematuhi perintah
Yesus yang berkata, “katakan ‘ya’ di atas yang ‘ya’ dan ‘tidak’ di atas yang ‘tidak’.
Pagi hari berkata ‘ begini’ siang
atau sore hari bicara ‘begitu’. Makanya ,
sekalipun ijasah sekolahku ada embel-embel politiknya, aku ogah
terjun ke dunia politik.
Apalagi kalau masuk organisasi politik seperti partai
atau lembaga politik. Setiap orang harus tunduk pada keputusan pada pendapat
suara terbanyak. Yang tidak
setuju sesuai suara hati
nuraninya terpaksa harus mengekang diri
kalau mau ingin tetap bergabung. Keyakinan pribadi harus dipendam.
Pantas saja tidak banyak rohaniwan yang mau terjun ke dunia politik. Seperti menjadi
pengurus Partai politik atau parlemen. Pantas saja dulu paling susah
mengajak warga gereja untuk
bersedia menggunakan hak politiknya
dengan ikut memilih dalam
Pemilihan Umum. Alergi dengan politik. Menggunakan hak politik dan berpolitik
praktis dikacabalaukan. Bisa dimengerti kalau orang berkata politik itu kotor.
Politik itu kejam. Sahabat, kerabat, bisa jadi musuh.
Namun, sama dengan orang kaya , demikian juga bukan semua politikus susah masuk surga.
Tujuan politik jaman now adalah kekuasaan.
Kekuasaan atas penggunaan alat-alat
kekuasaan negara, penguasaan sumber-sumber ekonomi serta berbagai fasilitas
negara.
Pada awal mulanya tujuan politik adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan umum.Tetapi akhir-akhir ini tinggal segelintir
pemimpin dan politisi yang tetap konsisten dengan tujuan itu. Kini, terbukti
banyak pemburu kekuasaan melalui jalur politik yang setelah berhasil, malah menggunakan kekuasaan atau
jabatannya untuk memperkaya diri sendiri
atau kelompoknya. Lebih parah lagi
dengan cara-cara yang melanggar hukum.
Praktek suap, korupsi, pemberian izin yang tidak semestinya,
manipulasi dan lain sebagainya. Kini hampir setiap hari media massa memberitakan
adanya Gubernur/Bupati/Walikota dan politikus anggota DPR/DPRD yang tertangkap oleh KPK karena melakukan korupsi atau suap. Izin pertambangan yang semestinya tidak layak diberikan karena akan merusak lingkungan, tetap saja diberikan. Akibatnya kerusakan lingkungan di mana-mana. Karena suap, proyek-proyek bernilai miliyaran rupiah tidak diawasi dengan baik atau dibiarkan saja. Akibatnya ada yang mangkrak atau dalam waktu yang tidak lama sudah rusak karena tidak sesuai dengan besteknya.***
No comments:
Post a Comment