Inilah yang kita saksikan selama
penghujung tahun 2014 sampai mengawali tahun 2015 ini. Betapa kita tak terharu
melihat kerjasama, kegotongroyongan, bahu-membahu segenap relawan dari seluruh
lapisan masyarakat bangsa kita, saling menolong para korban bencana kecelakaan
jatuhnya pesawat Air Asia di Selat Karimata.
Kerjasama serupa
juga sudah nampak dalam bencana tanah longsor di Banjarnegara yang terjadi
dalam selang waktu tidak lama sebelumnya dengan korban yang tidak sedikit pula.
Bahkan salah seorang relawan operator alat berat sampai menjadi korban meninggal dunia.
Khususnya
satuan-satuan Angkatan Bersenjata RI termasuk POLRI. Mulai dari para Jenderal
bintang 4 sampai prajurit pangkat terendah, mereka semua yang tergabung dalam
koordinasi BASARNAS begitu siap dan sigap melakukan apa saja untuk memberikan
pertolongan dalam tragedi kemanusiaan ini.
Keberbagaian
satuan-satuan dari para relawan, dapat kita lihat dari uniform mereka. Angkatan
Darat dengan seragam loreng hijau mereka. Angkatan Laut dengan seragam biru
laut dan Angkatan Udara dengan warna
biru langit. Sedang POLRI dengan seragam coklat mereka.
Satuan-satuan
dari tiap angkatan itupun dapat kita lihat juga dari warna-warni pakaian serta
baret atau helm serta perlengkapan sesuai bidang spesialisasi tugas dan fungsi
mereka. Ada baret merah KOPASUS-AD, ada baret hijau Ranger AD, baret hitam
Artileri.
Dari AURI,AD dan AL para penerbang dengan seragam terusan oranye
atau hijau lumut, PASKHAS baret kuning Eka Paksi, sedangkan dari Angkatan Laut ada baret jingga
MARINIR, baret hijau lumut pasukan Armada, para penyelam dan lain sebagainya.
Dari POLRI pun ada BRIGADE MOBIL dengan seragam hijau dan satuan-satuan lainnya
dengan atribut sesuai penugasan mereka.
Mereka
bekerja bergotong-royong dalam satu tugas bersama tanpa canggung. Nampak
misalnya pada saat berlarian menurunkan para jenazah dari pesawat dan
ambulance. Lalu bersama mengusung jenazah, merupakan suatu tontonan indah dari
suatu kerjasama harmonis dari aneka warna satuan seragam dan baret merah,
hijau, kuning, biru, coklat, oranye dan lainnya.
Sungguh suatu
kontras ketika sebelumnya hati kita pernah disakiti oleh terjadinya
insiden-insiden fisik yang menyebabkan jatuhnya korban yang sia-sia. Baik antar
satuan maupun dari pihak warga masyarakat. Semoga setelah melihat tontonan
kerjasama indah ini, hal seperti itu tak akan terjadi lagi. !!
Memang
kehadiran para prajurit Tentara Nasional dan Polisi Negara RI dalam tugas ini
adalah menjalankan perintah langsung dari Presiden / Panglima Tertinggi TNI dan
Atasan Langsung POLRI. Mungkin ada yang
berkata, merekan kan hanya dan karena menjalankan perintah !! Pikiran Ini picik dan konyol.
Karena dari
setiap ungkapan hati, tutur-kata dan gerak tubuh para prajurit TNI dan
Bhangkara POLRI ini sangat terasa bahwa mereka melakukan tugas itu dengan
sepenuh hati dan penuh tanggung jawab seperti mau menolong keluarga dekat
sendiri.
Sangat
mengesankan ungkapan perasaan seorang perwira dari sebuah Hercules C-130 yang
pertama kali melihat dan memotret salah satu korban yang mengapung di permukaan
laut dan sekaligus sebagai titik awal penemuan lokasi kecelakaan. Ia melihat korban yang tinggal memakai celana
dalam seperti berenang gaya punggung dengan tangan melambai-lambaikan tangan ke
atas seakan minta pertolongan awak pesawat.
Hati sang
perwira merasa terguncang rasa gembira oleh prestasi keberhasilan penemuan itu,
rasa keprihatinan seperti merasa korban itu seperti keluarganya sendiri dan
berusaha untuk menyelematkannya secepat mungkin. Tetapi ketika pada pemotretan
kedua terlihat bahwa korban itu ternyata sudah membengkak dan kedua tangan
terangkat bergoyang-goyang itu rupanya karena hempasan ombak, serta-merta
hatinya jadi bercampur sedih dan sejenak menundukan kepala. Malamnya ia tak
dapat tidur. Terus terbayang korban mengapung itu, terbayang korban lebih dari
seratus lainnya. Ia lalu bangun berdoa tahajud mohon ketenangan !!
Ada lagi
penerbang TNI yang beberasa saat terpekur berdiri mendekap moncong pesawatnya dengan kepala tertunduk berdoa sehingga begitu
banyak komentar simpati di berbagai media nasional maupun internasional.
Dapatlah diyakini, perwira ini seorang yang beriman kepada Tuhan, ia seorang
yang rendah hati dan mengakui kelemahannya di hadapan Tuhan. Meskipun ia
dikenal orang sebagai seorang penerbang yang hebat, namun ia tetap mohon
keselamatan dirinya sendiri dan para awaknya ketika bertugas dan Tuhan
memberkati sehingga tugas kemanusiaan mereka berhasil.
Sebab bukankah
Captain Pilot senior Air Asia yang nahas ini juga seorang penerbang ulung
dengan jam terbang lebih dari 20.000 jam terbang ?. Mantan penerbang pesawat
tempur F-5 E Tiger bahkan konon F-16 juga !!
Ada banyak
adegan-adegan mendebarkan dan mengharukan dalam operasi kemanusiaan global yang
melibatkan ribuan orang ini, juga dari negara-negara sahabat. Anda lihatkah,
ketika seorang awak pesawat berseragam oranye bergelantungan diturunkan dengan
tali puluhan meter terayun-ayun oleh
angin kencang dari pesawat yang juga teguncang ? Dengan tangan yang sebelah ia
coba menjangkau jenazah malang itu dengan tangannya, tetapi sayang terlepas
oleh hentakan gelombang.
Untung sang
penolong tidak stress kecewa lalu pegangannya terlepas dan malah jadi korban.
Ia mungkin sedikit terhibur dapat menggapai beberapa peralatan dan barang
penumpang dari pesawat yang jatuh itu seperti tas dan bagian tangga darurat.
Mudah-mudahan selama operasi ini tidak ada kita dengar ada relawan yang jatuh
korban jiwa seperti tragedi Banjarnegara.
Tak dapat
disebutkan satu persatu peran dari unsur-unsur lainnya dalam operasi
kemanusiaan ini. Dari BASARNAS sendiri, PMI, para nelayan, unsur pemerintah
Daerah, para dokter, Pertamina yang mengerahkan tangker BBM, rumah-rumah sakit,
psikolog dan masyarakat sekitar bencana juga dari negara sahabat seperti Malaysia, Singapura,
Korea, Amerika serikat bahkan juga Rusia.
Peran
massmedia, cetak maupun elektronik, juga sangat membantu menginformasikan
secara terus-menerus perkembangan hasil operasi ini kususnya dari dia TV
nasional “Metro-TV” dan “TV-One”. Terutama bagi para keluarga para korban yang
terus dan terus menantikan kepastian atas nasib keluarga mereka.
Sambil sangat
berharap para penolong dapat cepat memberikan hasil pencarian, mereka juga
menjadi lebih mengerti kalau jalannya operasi ini seperti “lamban” mengingat
medan bencana yang begitu berbahaya. Mulai dari di udara ada angin badai, di
permukaan laut gelombang 4-5 bahkan ada yang sampai 7 meter, di bawah permukaan
laut ada arus laut yang kuat serta debu lumpur dari muara sungai yang
melayang-layang mengganggu pemandangan di bawah permukaan laut. Ini juga
mengganggu pendeteksian dari udara. Para keluarga korban jadi maklum mengapa
pencarian dan pertolongan tidak bisa cepat,
dan mereka malah turut bersimpati dengan kerja keras yang menantang maut
dari para relawan. Apalagi bekerja dalam kondisi kurang tidur, kurang istrahat
pada kondisi berbahaya.
Demikian pula
dalam mengatur koordinasi operasi dan informasi dari segenap unsur dan srata
komando dari pimpinan dan petugas lapangan serta pelaporan dari lapangan ke
Pimpinan BASARNAS.
Dengan peran
massmedia dalam peliputan bencana ini, ada hikmahnya juga bagi masyarakat.
Menjadi lebih simpatik lagi terhadap aparat TNI dan POLRI sebagai milik mereka
sehingga tidak semena-mena lagi dalam
bereaksi terhadap mereka ketika melakukan
tugas. Melempari dengan bom molotov, meluncurkan anak panah dan lain sebagainya.
Masyarakat
awam juga seketika menjadi “ahli” dan bertambah ilmu sekitar penerbangan, ilmu kelautan dan fisika seperti meteorologi
dengan adanya diskusi-diskusi dan analisis para ahli yang terkait, dimana mereka ikut menyimak
dengan cuma-cuma. Jadi, mereka jadi mengerti kalau suatu saat ada pilot yang
menunda take off pesawatnya mengingat resiko cuaca yang dapat ikut
membahayakan mereka sendiri. Sehingga tidak perlu ngedumel. Kalau alasan ini diumumkan secara jelas kepada calon
penumpang tentu akan dimengerti.
Hanya dari massmedia ada catatan : Karena
proses operasi evakusi korban masih berjalan, hendaknya massmedia tidak terlalu
dini mengungkapkan secara terbuka hal-hal yang kontroversial yang menjadi
penyebab kecelakaan. Lebih-lebih yang menyangkut unsur-unsur yang kini tengah beroperasi
di lapangan. Jangan ada yang merasa seperti dipojokan karena dapat melemahkan semangat mereka. Tepat perintah
Presiden Jokowi yang menegaskan sampai tiga kali, “sekarang semua fokus pada
evakuasi korban”.
Peristiwa ini
ironisnya terjadi dalam suasana Natal dan menjelang Tahun Baru 2015 dimana
nampak sukacita mulai tergambar tidak hanya di kalangan umat Kristiani tetapi
juga dari umat beragama lainnya di segala tempat. Dan tiba-tiba saja terjadi
bencana mengerikan seperti ini. Ada sukacita ada dukacita.
Sesungguhnya
judul karangan ini penulis ambil dari kalimat yang diilhamkan Tuhan kepada
Rasul Paulus sekitar 2000 tahun yang lalu, yang menganjurkan agar umat manusia hendaknya
ikut bersukacita dengan orang yang sedang bersukacita dan berdukacita dengan
orang yang berdukacita. Jangan ada yang sebaliknya bersukacita di tengah
kedukaan sesamanya.
Seperti yang
dilakukan para relawan, mestinya saat menyambut Tahun Baru 2015 ini mereka
berkumpul bersukacita dengan keluarga, demikian juga relawan yang Kristiani
dapat merayakan Natal bersama keluarga dengan sukacita.
Tak
ketinggalan pula peran para Rohaniwan semua unsur kepercayaan yang
terus-menerus mendoakan semoga operasi pertolongan ini berjalan lancar. Juga untuk ketabahan para keluarga korban maupun
bagi keselamatan para reawan, agar Tuhan mencelikan mata mereka sehingga berhasil
menemukan lokasi bencana, mengurangi amuk badai dan gelombang yang memungkinkan
evakuasi dapat berjalan.
Pimpinan
tertinggi negara juga, sangat berperan. Wakil Presiden maupun Presiden, yang bahkan
ikut terbang mengamati diatas medan
operasi hanya berselang beberapa jam setelah kembali dari mengunjungi rakyat
diujung timur Negeri ini. Negara memang benar harus selalu hadir dalam setiap permasalahan rakyatnya.***
No comments:
Post a Comment