Rumah besar Ruben Onsu pembawa acara
hiburan populer di televisi, kabarnya sering diteror hantu berbentuk ular dan
gorilla besar. Dan gara-gara itu ia diviralkan telah beralih agama. Lebih-lebih
setelah foto bersama isterinya yang
menggunakan busana ala Timur Tengah ketika bewisata ke Dubai beredar luas. Namun berita lain mengatakan, Ruben membantah. Berita-berita
itu semua bohong alias hoax.
Soal pindah agama, itu adalah hak
pribadi orang per orang. Meski orang lain dapat mengingatkan sesamanya mana
jalan yang benar. Disini penulis hanya berceritera soal hantu yang terkadang
iseng mengganggu manusia. Dan adanya mereka itu penulis juga percaya mereka
memang ada. Tetapi kita tidak mesti harus takut atau menyerah pada mereka.
Pada masa masih balita dahulu, siang hari, saya bermain-main disekitar ibu dan
kakak-kakak saya yang tengah membolak balik rambut kepala sesama mereka mencari mungkin ada binatang kecil bersarang
di kepala.
Di sebuah sudut dibalik “basu” yang
tersandar di situ, aku lihat seorang bapak bersandar dengan pakaian
bergaris-garis vertikal dan memakai songko, semacam peci. Karena agak terhalang
dengan basu, aku menggelengkan kepala ke kiri dan kekanan agar dapat melihat
jelas bapak itu. Tetapi setiap kali aku memiringkan kepala ia juga menghindar. Aku ketika itu belum mampu
berbicara dan memberitahukan penglihatanku itu, tetapi hingga saat ini tetap
melekat dalam ingatan.
Tahun 2002 selepas pensiun dan kami
pindah dari Jakarta ke Bogor, kami membeli sebuah rumah lumayan besar dekat Gunung Salak. Rumah dua lantai dengan
lima kamar. Dua di atas dengan ruang keluarga yg besar, teras dan dak yang
cukup luas. Di lantai bawah tiga kamar dengan ruang garasi.
Rumah ini sudah dua tahun lebih tidak
dihuni. Semua dinding-dindingnya sudah penuh lumut dan sarang laba-laba. Terletak
dekat kali kecil dan bagian bawahnya tanah rendah dan ada pohon nangka besar.Kalau hujan lebat airnya bergemuruh
seperti di air terjun.
Kata para tetangga, kalau malam,
rumah itu seperti angker. Pantas saja sering sopir-sopir angkot kalau lewat
depan rumah malam hari mereka membunyikan klakson. Kata mereka untuk “ijin
lewat”. Belakangan kami tahu memang disitu dahulu bekas kolam. Pernah ada anak kecil
jatuh dan meninggal kekelap.
Pemilik rumah sebelumnya, seorang insinyur
lulusan Jerman asal Padang, telah pindah
ke Bogor Kota bersama isteri yang juga seorang sarjana beserta anak-abak
mereka. Alasan mereka untuk lebih dekat
ke tempat kerja.
Ketika pindah, kami harus bekerja keras. Membersihkan sarang-sarang
binatang, menurunkan berbagai bingkai bertuliskan kata-kata yang tidak kami
pahami dan dikalungi daun-daunan dan kembang yang sudah mengering. Mungkin
benda-benda penangkal makhlus halus.? Benda seperti itu kami temukan di
beberapa kamar. Semuanya kami turunkan, buang dedaunan dan kembangnya,
dibersihkan kacanya, lalu isinya digantikan dengan gambar-gambar agamis.
Seorang tukang kami minta untuk membenahi pengecatan seluruh temboknya dalam
seminggu.
Semula tak ada yang aneh. Hanya
sekali pagi-pagi isteri saya menemukan ada ular lumayan besar tidur melingkar di bawah bolsak di ruang tamu.
Ketika itu saya sudah berangkat kerja. Seorang tetangga datang membantu mengeluarkan reptil itu
dengan membawa sebatang kayu. Meski isteri saya sudah berteriak-teriak “jangan
dimatiin”, namun hewan sepanjang sekitar tiga meter itu rupanya mati juga di
pinggir kali. Kami menganggap itu wajar saja karena memang rumah kami di
pinggir kali dan dekat sawah. Bukan ular jadi-jadian kiriman orang, seperti
kata beberapa orang.
Yang
agak aneh, adalah ketika isteri saya sering ditepok seseorang dari belakang di
bahunya ketika berada di dapur. Semula ia mengira itu ulah adik laki-lakinya
yang sering bercanda. Tetapi ketika berbalik ke belakang tidak ada siapa-siapa.
Maka sejak itu, tahulah itu pekerjaan mahluk halus yang mau mengganggu. Maka,
seperti yang sering diajarkan para rohaniwan, selalu ia meneking dengan
menyebut nama Tuhan. Dan akhirnya gangguan-gangguan seperti itu tidak ada lagi.
Memang pernah seorang tetangga memberi
info, ada orang yang beberapa kali melemparkan batu dan tanah kuburan ke atas
rumah kami dengan maksud untuk mengganggu kami. Dan memang beberapa kali kami
mendengar ada sesuatu yang jatuh di atas genteng rumah pada malam hari, tapi
kami tak tahu dari mana datangnya. Kepada tetangga itu kami tegaskan, dari
segala yang kuasa di bumi ini, di atas ada yang Maha Kuasa yang melindungi
sehingga kita tak perlu takut.
Jadi
kalau Ruben mengalami hal serupa, jangan lapor kepada polisi karena
polisi tak memiliki pasal KUHP untuk dapat bertindak terhadap mereka. Juga
jangan ke “orang pintar” karena bisa jadi semua itu kiriman dia. Kalau memang percaya kepada Tuhan, mengapa ia tidak datang kepadaNya dalam doa, dengan atau tanpa didampingi Hamba Tuhan memohon agar mengusir keluar kaki tangan Lucifer itu dari rumahnya.?
Dalam suatu ibadah memasuki rumah baru, tuan rumah, seorang pengusaha keturunan Tionghoa, sesudah ibadah, nampak naik turun tangga mendampingi Pastor memercikan air suci dan kemenyan ke semua ruangan sambil mengucapkan doa. Agar tidak ada penghuni gelap ikut menumpang di rumah besar itu.
Seorang saudara sepupu, yang pernah bergelut di dunia perdukunan, pernah menantang, apakah saya berani dan sanggup untuk tidak terkejut melihat bila ia mengeluarkan arwah saya berdiri di samping saya. Saudara sepupu ini memang terkenal bisa menyembuhkan orang sakit. Tetapi tidak boleh dipanggll mengobati pada siang hari. Dipanggil malam hari pun tak boleh menyalakan api. Saya sendiri pernah dinandikan dengan air dingin di tengah kegelapan malam di belakang rumah. Maklum di kala itu di tempat kami belum ada dokter dan obat-obatan. Jadi pengobatan ya ke mereka ini, pengbatan tradisional.
Dalam suatu ibadah memasuki rumah baru, tuan rumah, seorang pengusaha keturunan Tionghoa, sesudah ibadah, nampak naik turun tangga mendampingi Pastor memercikan air suci dan kemenyan ke semua ruangan sambil mengucapkan doa. Agar tidak ada penghuni gelap ikut menumpang di rumah besar itu.
Seorang saudara sepupu, yang pernah bergelut di dunia perdukunan, pernah menantang, apakah saya berani dan sanggup untuk tidak terkejut melihat bila ia mengeluarkan arwah saya berdiri di samping saya. Saudara sepupu ini memang terkenal bisa menyembuhkan orang sakit. Tetapi tidak boleh dipanggll mengobati pada siang hari. Dipanggil malam hari pun tak boleh menyalakan api. Saya sendiri pernah dinandikan dengan air dingin di tengah kegelapan malam di belakang rumah. Maklum di kala itu di tempat kami belum ada dokter dan obat-obatan. Jadi pengobatan ya ke mereka ini, pengbatan tradisional.
Kami menunggang seekor kerbau malam
hari lewat padang yang memang terkenal angker. Saya duduk dibelakangnya seperti
orang boncengan naik sepeda motor. Di belakang saya nampak gelap menyeramkan. Tentu
saja saya tidak mau konyol. Karena katanya, bila saya kaget, arwah saya akan pergi dan tidak kembali lagi ke tubuh saya. Saya tidak yakin akan mampu untuk tidak kaget. Maka
tak berani menerima tantangan sepupu ini yang telah melepas semua ilmu dan
piaraannya sebelum meninggal muda.***
No comments:
Post a Comment