Pada saat debat Wacapres 01 Kiai Ma’ruf
Amin dan Wacapres 02 Sandiaga Uno beberapa waktu lalu, Sandiaga mekampanyekan
Single Card atau Kartu Tunggal untuk semua pelayanan bila mereka terpilih
sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Ketimbangan menggunakan banyak kartu
pelayanan seperti yang ditawarkan kubu 01 Jokowi-Ma’ruf Amin.
Jadi tidak ada lagi Kartu Sehat,
Kartu Pintar dan tiga kartu lagi yan akan ditambahkan yaitu Kartu Belanja,
Kartu Kerja dan Kartu Kuliah. Semua akan disatukan dalam Kartu Tanda Penduduk
elektrik yang serba guna. Satu untuk semua urusan.
Kedengarannya memang sederhana, satu
untuk semua. Tetapi bagaimana dengan pengadaannya, penggunaan dan pengawasanya
? Sedangkan pencetakan KTP yang hanya menyangkut kependudukan saja selama ini urusannya
cukup njelimet. Pada masa pemerintahan SBY saja, setahu saya sedikitnya telah
dua kali pengulangan pencetakan KTP elektronik itu. Belum lagi sempat dijadikan
obyek korupsi besar-besaran.
Pada masa empat tahun pemerintahan
Jokowi masalah KTP ini coba dituntaskan, terutama untuk kepentingan Pemilu,
tetapi hingga kini masih saja ada kendala di sana-sini. Nah, bagaimana bila
pengelolaan KTP ini dirombak mulai dari awal lagi dengan menggabungkan kartu-kartu
pelayanan yang sudah ada. Berapa lama waktu yang diperlukan sampai selesai dan
berapa triliun lagi dana yang harus dikeluarkan. Tiap-tiap fasilitas pelayanan
mempunyai persyaratan masing-masing. Dan kesanggupan tiap orang tidaklah sama.
Mungkin nanti ada KTP tanpa asuransi kesehatan, ada KTP tanpa jaminan sekolah dstnya. Dalam produksinya saja
sudah ribet, apalagi dalam penggunaan dan pengawasannya. Kalau hilang, ya
fasilitas hilang semuanya. Tenaga-tenaga pelaksananya harus diberi pelatihan
lagi !!
Dengan kartu yang berbeda-beda untuk
setiap pelayanan yang berbeda, malah akan lebih mudah pengelolaannya.
Masing-masing kartu punya tujuan sendiri-sendiri dan saling tidak ada
ketergantungan. Seperti SIM untuk kelayakan mengemudi. STNK dan BPKB untuk
kepemilikan kendaraan. Kalau disatukan semuanya, alangkah kacaunya.
Makanya biarlah Kartu yang sudah
berjalan baik diteruskan, yang masih ada kelemahan disempurnakan dan Kartu baru
yang akan diadakan dipersiapkan dengan baik. Jangan semuanya dicampur aduk.
Yang sudah baik, dicampur yang masih ada kekurangan dicampur lagi dengan yang
baru dan masih diuji coba. Akibatnya akan rusak semuanya.
Malahan BPJS yang ada sekarang
menurut penulis sebaiknya dipisahkan lagi dari ASKES. Dulu Askes sudah berjalan
baik karena sumber dananya stabil dan teratur dari penghasilan pegawai Negeri
dan pensiunan yang langsung dipotong ketika pembayaran. Masalah pokok BPJS sekarang adalah karena tidak lancarnya
pembayaran premi dari peserta non pegawai negeri dan pensiunan. Terutama dari
mereka yang masih menganggur atau penghasilan tak menentu.
Peserta non pegawai negeri dan
pensiunan ini dapat dikelompokan lagi. Yang sudah bekerja dijamin peusahaan /
lembaganya, sedang mereka yang belum ada penjaminnya diambil alih Pemerntah
pembayaran preminya melalui Kartu Identitas khusus. Jadi pembayaran semua premi
asuransi kesehatan bisa lancar sehingga pembayaran kepada rumahsakit-rumahsakit
juga berjalan lancar. ***
No comments:
Post a Comment