Korban-korban akibat kabut asap yang
menutupi kawasan Kalimantan dan Riau telah berjatuhan. Kehadiran Presiden
Jokowi ke lapangan tempat musibah juga tidak berhasil memperbaiki situasi.
Kalimantan yang sejak jaman dahulu kala dikenal sebagai paru-paru dunia karena
peran hutan rimbanya yang menghasilkan oksigen, malahan penduduknya kini kehabisan
oksigen dan harus memakai masker pelindung.
Sudah berapa bayi dan anak-anak yang
terkena infeksi pernapasan. Bahkan ada bayi yang baru beberapa hari lahir harus
meninggal. Bukan manusia-manusia saja yang menderita. Hewan-hewan di hutan
lindung dan penangkaranpun sudah terserang ISPA.
Menurut informasi resmi, kebakaran
hutan kali ini sebagian besar disebabkan tangan manusia yang coba
mengkamuflasekan diri dengan kemarau panjang. Sudah ratusan orang ditangkap dan
diinterogasi. Sejumlah perusahaan HPH yang hutannya mengalami kebakaran parah
telah disegel. Hanya ada yang aneh dalam penindakan ini. Nama-nama
perusahaannya saja yang diumumkan. Tetapi siapa-siapa pemilik HPH nya,
komisaris, dan alamat tempat tinggal mereka tidak diumumkan.
Ibarat mobil menimbulkan kecelakaan
dengan korban massal, hanya nomor dan jenis mobilnya saja yang diumumkan. Nama
sopir atau pemiliknya tidak diumumkan. Padahal seharusnya merekalah yang harus
paling bertanggungjawab. Kalau mobilnya tidak layak jalan, tetapi tetap jalan, pejabat yang menginjinkan tetap beroperasi
diumumkan juga. Selain proses hukum, biarlah opini masyarakat juga ikut
menghakiminya.
Demikian juga dalam kasus kebakaran
hutan ini. Semua nama pengurus dan alamat tempat tinggal mereka diumumkan.
Jangan sampai terjadi, sementara para korban bergeletakan di rumah sakit dan
para relawan bertarung nyawa menghadapi kobaran api, mereka ongkang-ongkang kaki saja di hotel mewah di
Jakarta, Singapura atau tempat lainnya.***
No comments:
Post a Comment