Mulanya
sih tidak begitu tertarik nonton film India. Tapi ketika sang cucu merebut dan
menguasai pesawat tv jadul kami yang cuma satu-satunya, mau tidak mau kami
ikutan juga nonton. Film pertama, Thapki.
Menarik juga, sebuah film menggambarkan perjuangan seorang gadis
cantik yang gagap, atau yang disebut disabilitas menurut istilah keren
masa kini.
Perasaan simpati, prihatin dan dan kagum muncul
ketika menyaksikan bagaimana kesabaran gadis ini menghadapi segala penistaan, ejekan
dan perlakuan kasar dari orang-orang sekitarnya. Namun, selain keluarganya, ada juga orang-orang yang bersikap baik dan ramah dan berusaha membantunya.
Hanya sayang, pada
penayangan-penayangan selanjutnya mulai muncul dialog dan adegan-adegan yang
kurang etis bahkan tidak mendidik untuk ditampilkan di muka umum. Seperti
tipu-menipu, racun-meracuni, caci-mencaci bahkan sampai culik-menculik.
Itulah mungkin sebabnya maka film ini akhirnya menghilang begitu saja dari layar televisi.
Ada lagi film Mohabatein. Konon kabarnya, film inilah
yang paling laris di India. Hampir sama dengan dengan film Thapki, mulanya juga
menceriterakan perjuangan seorang ibu yang divonis tak bisa melahirkan anak
alias mandul, tetapi ingin sekali memliki seorang anak.
Semula, film ini lumayan menarik juga. Dibumbui dengan
adegan-adegan cinta romantis disertai dialog-dialognya yang kocak. Tetapi
lama-kelamaan, adegan-adegannya berubah menjadi seperti yang tidak-tidak saja.
Tetek-bengek masalah-masalah keluarga sehari-hari, tidak menentu lagi arahnya sehingga penulis akhirnya
tidak tertarik lagi mengikutinya.
Tapi untunglah ada
film lain, Anandhi, yang kini masih tetap ditayangkan di televisi.
Sejauh adegan-adegan yang telah ditayangkan, film ini cukup bagus. Temanya,
pembaharuan. Mirip-mirip dengan perjuangan Raden Ajeng Kartini. Bahkan, dengan
jujur dikatakan, lebih lengkap dan tetap
up to date untuk masa kini. Perjuangan seorang gadis bernama Anandi
memberantas keterbelakangan dan tradisi-tradisi kuno.
Sutradaranya saya
pikir seorang yang brilian. (Ini bukan promosi bayaran, tapi kalau yang bagus
memang pantas dipuji). Bukan saja memberantas buta huruf sampai-sampai
penggunaan komputer mutakhir. Juga memberantas praktek pernikahan dini secara
paksa, perlakuan tidak manusiawi terhadap menantu perempuan.
Ia juga melawan perlakuan tidak adil
pengusaha-penguasa kaya terhadap rakyat kecil. Menentang praktek-praktek kekerasan, sampai-sampai
iapun nyaris menjadi korban. Anandi juga
mendirikan sekolah, mendorong pembangunan rumah sakit, mengajar ibu-ibu
berorganisasi dan menyadarkan akan
hak-hak azasi mereka.
Selain itu ada juga
adegan-adegan cara berpolitik yang benar dan salah. Misalnya dalam pemilihan
Kepala Desa dan legislatif. Ada kampanye hitam, jelek-menjelekan,
memutar-balikan fakta, berita bohong bahkan sampai adu fisik.
Penayangannya tepat
pada saat-saat panas-panasnya kegiatan Pilkada di DKI Jakarta, sehingga penulis
sempat terpikir apakah shootingnya
ini bukan berlokasi di Jakarta ?
Pengambilan gambar,
mimik para pemain yang serba pas dan juga tata suaranya cukup pas. Peralihan dari satu penayangan ke penayangan berikutnya juga cerdik. Pada saat-saat suasana menegangkan, dan penonton ini tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tayangan diputus sehingga penonton tetap tertarik untuk menonton episode berikutnya.
Yang perlu juga
disimak dan cukup mendidik, adalah proses pengambilan keputusan dalam setiap
masalah yang rumit. Ada diperlihatkan contoh
pengambilan keputusan yang ceroboh lalu kemudian pengambilan keputusan
yang bijaksana.
Satu hal lagi. Banyak
dipertontonkan sifat sportivitas. Orang-orang tua sampai nenek-nenek tidak
sungkan-sungkan meminta maaf kepada yang muda-muda kalau merasa salah. Demikian
juga cara mendidik, bagaimana menghadapi anak yang nakal atau berbuat salah.
Tidak cepat-cepat memarahi atau menghukum. Tetapi dimulai dengan menyatakan simpati
lalu kemudian secara bertahap dengan
lemah-lembut mengajaknya berdialog sampai menyadari kesalahannya. Meskipun ada juga penyalahgunaan kekuasaan oleh para penegak hukum, namun proses peradilan yang dalam beberapa kasus, patut menjadi contoh. Hakim yang tegas, berwibawa, obyektif dan adil.
Melihat segi-segi
positif dari film ini, maka adalah baik bila ditonton lebih banyak orang. Aagar bisa introspeksi
diri. ***
No comments:
Post a Comment