Dengan Peraturan Presiden No.54/2017 tanggal 19
Mei 2017 Presiden Jokowi telah menetapkan pembentukan Unit Kerja Presiden
Pembinaan Ideologi Pancasia. Ditengah adanya ancaman masuknya ideologi asing
dari luar, serta munculnya suara-suara dari dalam negeri yang menghendaki
penggantian ideologi negara Pancasila, maka kebijakan presiden ini tepat.
Hanya masih perlu dikaji lagi konsep dan
pelaksanaan pembinaan ideologi dimaksud. Jangan sampai terjadi seperti nasib Penataran P4 ( Pedoman Pelaksanaan dan
Pengamalan Pancasila) sebelumnya yang telah mengeluarkan banyak biaya negara. Terbukti
kini hasilnya mengecewakan. Bayangkan,
hampir seluruh warganegara dari pejabat-pejabat tinggi sampai warga di kampug-kampung diwajibkan
mengikuti penataran P-4. Dari bawah ke atas, ada Type C, Type B sampai Type A
di tingkat tokoh-tokoh nasional.
Hampir dapat dipastikan para mantan menteri atau
tokoh-tokoh nasional tingkat tinggi yang kini meringkuk dalam penjara adalah
pemegang sertifikat Penataran P4 Type A. Padahal mestinya mereka diharapkan
menjadi tokoh-tokoh Pancasilais, yang mempunyai nasionalisme tinggi dan
mencintai bangsanya. Menjadi tokoh teladan anak bangsa.
Tetapi nyatanya mereka menjadi perusak dan
perampok kekayaan negara. Lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya
ketimbang kepentingan rakyat banyak.
Lihat jugalah di lembaga legislatif dan lembaga peradilan.
Ke depan perlu diadakan standar evaluasi untuk
mengukur keberhasilan atau efektifitas dari program ini. Beberapa diantaranya mungkin nasionalisme,
kecintaan akan Tanah Air dan siap jadi Pembela Tanah Air. Termasuk Tanah Air
adalah bumi dan air negeri ini, seluruh rakyatnya dan kekayaan alamnya. PTA bukan
hanya dari kekuatan asing dari luar, tetapi juga dari dalam. Seorang PTA harus
memandang keji perbuatan korupsi, perusak lingkungan hidup, perlakuan tidak
adil kepada orang-orang lemah. Seluruh rakyat harus menjadi pengawas bagi
sesamanya. Mencegah orang melakukan perbuatan yang merugikan Tanah Air sesuai
peraturan yang berlaku. Tentunya semua
ini harus mulai dari diri sendiri.
Warganegara yang melakukan perbuatan-perbuatan
tercela diatas harus dianggap a-nasional.
Kalau bisa dideportasi, dideportasi. Kalau tidak, dikucilkan sampai tobat.
Dengan menjabarkan standar-standar evaluasi ini,
maka pada periode tertentu dapat dilihat : apakah ada penurunan korupsi ?
Adakah penurunan perusakan lingkungan di negeri ini ? Adakah penurunan
pelanggaran HAM ? dst.
Dalam pelaksanaannya perlu dikaji metode, jalur,
media dan pelaksana pembinaan. Jangan
sekali-kali ditunjuk orang-orang yang tak bereputasi baik. Lebih utama
melihat rekam jejak kelakuan para
pembina daripada titel-titel atau keahliannya. Jangan nanti ada lelucon : “maling
mau membina orang untuk tidak maling”.
Pembinaan hendaknya tidak dilakukan seperti ujian
sekolah. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban pilihan.
Tetapi lebih kepada uraian lisan atau tertulis yang keluar dari hati dan
penghayatan setiap peserta binaan. Mengapa
ia dapat menerima Pancasila sebagai ideologi negaranya.
Alasan yang
pertama-tama, dapat dicari dari sudut keyakinan agamanya. Karena agama
yang dianut seseorang banyak mempengaruhi pandangan hidupnya. Mengapa dapat
menerima ke lima sila dari sudut keyakinan agamanya.
Misalnya sebagai seorang penganut Kristen dapat menguraikan sbb :
Menerima Sila pertama : Ketuhanan Yang
Maha Esa karena :
1.
Sangat sesuai
Nats Alkitab : Markus 12 : 29 “ Jawab Yesus : Hukum yang terutama ialah :
Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah
kita, Tuhan itu esa.
2.
Markus 12 :
32 b ...”bahwa Dia esa dan bahwa tidak ada yang lain kecuali
Dia.
3.
Ulangan 6 : 4
Dengarlah, hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.
4.
Yesaya 45 :5a
: Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah.
5.
Ulangan 4 :
35a : Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak
ada yang lain kecuali Dia.
Menerima Sila kedua, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, karena :
1.
sangat selaras dengan pesan-pesan firman Tuhan yang menghendaki
untuk saling mengasihi sesama manusia. Bahkan mengasihi sesama manusia itu
disatukan dengan perintah kewajiban mengasihi Tuhan sebagai hukum pertama dan
terutama.( Matius 22 : 37-40). Ayat 39 : Dan hukum yang kedua yang bersama
dengan itu (mengasihi Tuhan) ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri.
2.
Banyak
ayat-ayat lain yang memerintahkan untuk mengasihi sesama manusia seperti menolong
orang sakit, lapar, tersisih, terpenjara, terhukum di penjara, tidak memberi
kesaksian palsu kepada sesama. Bahkan kalau untuk kebaikan, diijinkan manusia
mengabaikan sementara bagian-bagian tertentu dari Dasa Tita seperti Hukum Sabat. Misalnya untuk menolong orang
kecelakaan dan memotong gandum saat kelaparan. Ditegaskan, “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan
manusia untuk hari Sabat” ( Markus :
27)
Menerima
Sila ketiga : Persatuan Indonesia, karena : banyak ajaran-ajaran
Alkitab yang menganjurkan hidup rukun dalam kebersamaan,kedamaian, kerukunan. (Mazmur
133:1-3)
Dalam Alkitab memang tidak ditemukan
kata bentukan “Persatuan”, tetapi yang banyak adalah “kesatuan” atau kata dasar
“satu”. Tapi maknanya tetap mengandung arti keutuhan. Satu atau kesatuan itu dalam
Alkitab umumnya menyangkut kesatuaan Roh
antara Allah Bapa, Yesus Kristus, dan
Roh Kudus dengan umat (GerenjaNya) yang tak terpisahkan (Yohanes 17 :21-23).
Pada bagian lain, makna kesatuan
itu digambarkan dalam sosok manusia yang utuh. Ada kepala, ada kaki dan tangan
dan bagian-bagian tubuh lainnya. Meskipun banyak anggota atau bagian dengan
bentuk dan fungsi yang berbeda-beda tetapi semuanya tetap dalam satu kesatuan,
yaitu sosok manusia yang utuh dan hidup. (Bhineka Tunggal Ika).Salah satu lepas
atau tidak berfungsi maka tidaklah sempurna.
( 1 Kor.12 : 14, 20)
Makna kesatuan itu kerap juga
digambarkan dalam hubungan antara suami dan isteri. Dari dua insan yang berbeda
jenis kemudian menjadi satu sebagai suami isteri. Diikat dengan cinta kasih.(Mat.19:4-6)
Dan hubungan cinta kasih suami-isteri ini juga sering digambarkan antara
hubungan Kristus dengan gerejaNya yang didasarkan cinta kasih.
Tuhan tidak menghendaki umat yang tercerai
berai. Tidak menghendaki perpecahan, tetapi menghendaki sehati-sepikir, dalam
satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. (Pilipi 2 :2). Seperti tubuh dengan anggota yang
berbeda-beda fungsi tetapi tetap dalam satu tubuh. Indonesia bhineka tetapi tetap ika atau satu bangsa untuk
mencapai satu tujuan bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
Pentingnya persatuan meski
berbeda-beda, sering pula diibaratkan dengan pohon dan ranting-rantingnya.
Meski banyak ranting dan berbeda-beda bentuknya, tetapi tetap satu, semuanya
berpijak pada pohon yang sama. Masing-masing ranting mempunyai kewajiban
menghasilkan buah yang baik. Ranting yang tidak berbuah baik akan dikerat dan
dibuang ke dalam api.
Menerima Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan;
karena :
Meskipun dalam Alkitab tak kita
temukan kata “kerakyatan”, “demokrasi”,
permusyawaratan dan perwakilan, namun
dalam praktek, khususnya pada awal berdirinya gereja hal-hal diatas
sudah dipraktekan. Misalnya ketika kesebelas Rasul yang tersisa memusyawarahkan
pemilihan Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot yang telah mengkhianati
Yesus. ( KR :1-6).
Kemudian
musyawarah pemilihan tujuh Diaken yang akan melayani orang-orang miskin. Salah
seorang diantaranya yaitu Stefanus
kemudian tercatat sebagai martir pertama dari gereja Tuhan.
Berikutnya musyawarah pada Sidang para Rasul
untuk membicarakan pembaptisan Kornelius, seorang perwira non Yahudi. Lalu
musyawarah tentang “sunat”, dan musyawarah untuk pengutusan perwakilan para
rasul ke jemaat-jemaat di luar Yerusalem. (KR.11:22).
Teladan itu kemudian berlanjut sepanjang
sejarah gereja dalam bentuk konsili-konsili, Sidang Raya gereja, Sidang Majelis
dan sebagainya.
Sila ke lima : Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Kata “keadilan” dalam Alkitab
hampir selalu dirangkaikan dengan kata “kebenaran”. Dan kedua kata ini sekitar ratusan kali ditemukan
tersebar dalam Alkitab. , Kitab Mazmur (Zabur) 11 : 5 mengatakan “TUHAN adalah pengasih dan adil,
Allah kita penyayang”. Sebagai contoh lainnya dikutipkan beberapa ayat lagi :
Mazmur 82 : 3 : Berilah keadilan kepada
orang yang lemah dan kepada anak yatim, berilah hak orang sengsara dan orang
yang krkurangan.
Mazmur 103 : 6. TUHAN menjalankan
keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas.
Mazmur 106 : 3. Berbahagialah orang-orang yang berpegang
pada hukum yang melakukan keadilan di segala waktu.
Amsal 21 : 8. Lebih baik penghasilan
sedikit disertai kebenaran daripada penghasilan banyak tanpa keadilan.
Yesaya 1 : 17 : Belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan, kendalikanlah
orang kejam, belalah hak anak-aak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.
Prakteknya, seperti dikemukakan
sebelumnya, aksi sosial pertama yang dilakukan para Rasul mula-mula adalah
mengangkat para Diaken untuk membantu orangt-orang miskin, selain dari
berkhotbah dan penyembuhan-penyembuhan orang sakit. Kerap juga mereka
mengumpulkan sumbangan dari jemaat di luar Yerusalem untuk orang-orang berkekurangan.
Sekarang di setiap gereja umumnya ada lembaga Diakonia untuk pekerjaan
serupa. Belum lagi lembaga-lembaga sosial gerejani seperti Yayasan Tanggul
Bencana-PGI yang membantu korban-korban bencana alam dan korban kerusuhan sosial.
Banyak rumahsakit-rumahsakit Kristen. Bahkan di tingkat internasional ada semacam Action
by Churchs Together (ACT).
Yesus
sendiri telah memberi teladan. Bukan hanya memberitakan Injil, tetapi juga
melakukan aksi-aksi sosial. Menyembuhkan orang-orang sakit, jasmani maupun rohani, bahkan membangkitkan
orang mati. Ia juga memberi makan
4000-5000 orang kelaparan, belum terhitung perempuan dan anak-anak.
Apa motifnya ? “ Lalu Yesus
memanggil murid-muridNya dan berkata : Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang
banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai
makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka
pingsan di jalan” (Mat.15 :1-10)
Dengan uraian di atas dapatlah dipahami
mengapa umat Kristen mendukung sepenuhnya Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi
Negara Reoublik Indonesia. Bahkan dapat dikatakan Pancasila itu sangat
alkitabiah. Kalau pun Pancasila menurut perumusnya Bung Karno dapat diperas
menjadi Tri Sila atau Eka Sila yang disebut Gotong Royong, tetapi intinya tetap
“kasih”. Dan menurut kekeristenan, “Allah itu kasih adaNya”. ( 1 Yoh.4 : 8).
Beberapa dasawarsa sebelumnya, pernah ada
selentingan, ada organisasi seperti PKI
yang konon tidak sungguh-sungguh menerima Pancasila sebagai dasar organisasi
mereka. Mereka menerimanya hanya sebagai taktik politik. Umat Kristen Indonesia
pasti tidaklah demikian. ***
No comments:
Post a Comment