Peringatan Hari Ulang Tahun ke 74 RI tahun 2019
ini banyak berbeda dengan peringatan tahun-tahun sebelumnya. Kalau acara-acara di
Istana Merdeka sebelumnya lebih banyak didominasi acara-acara protokoler, dengan
upacara penaikan bendera pusaka, pembacaan teks proklamasi dan lagu-lagu
patriotis, maka kali ini nampak nuansa budaya sehingga mirip dengan Festival
Budaya.
Kalau
dahulu pakaian para peserta upacara selalu nampak resmi formal tidak beda
dengan pakaian-pakaian formal resmi di kebanyakan negara-negara lainnya, misalnya para
pria menggunakan jas dengan dasi. Tetapi kali ini lebih banyak menampilkan
simbol-simbol budaya bangsa yang beragam. Bukan saja pakaian para undangan dan
lagu-lagu, tetapi juga tari-tariannya. Tentu saja oleh keterbatasan waktu dan
tempat, tidaklah mungkin untuk dapat mevisualisasikan seluruh ragam budaya yang
beraneka itu seperti bahasa-bahasa lokal, tradisi, aneka kuliner, karya-karya
seni dan sebagainya.
Namun
demikian, penyelenggaraan peringatan kali ini patut diapresiasi. Menunjukkan
pemikiran kreatif dan tidak monoton seperti yang lalu-lalu. Terlebih masa depan
Indonesia nampaknya akan bertumpu pada pariwisata. Lahan pertanian makin
berkurang. Demikian juga sumber-sumber mineral seperti minyak bumi untuk
pertambangan makin berkurang. Yang tak akan ada habis-habisnya adalah keindahan
alam Indonesia dan segala kekayaan budayanya yang merupakan karunia Tuhan.
Tentu saja keindahan alam dan kekayaan budaya tersebut harus tetap dipelihara
dengan baik. Obyek-obyek wisata, pantai, sungai-sungai jangan dibiarkan dirusak
atau ditumpuki sampah serta karya cipta budaya tetap dijaga kesinambungannya
bahkan perlu dikembangkan.
Satu lagi.
Disamping berhasil menunjukan aneka budaya Indonesia yang beraneka ragam,
pembacaan teks proklamasi dan lagu-lagu kebangsaan, dilain pihak mampu
menunjukkan kepada dunia bahwa meskipun bangsa ini terdiri dari beraneka suku
dan budaya, tetapi mereka tetap satu. Untuk lebih mempertegas yang terakhir ini
alangkah baik bila pada peringatan hari Kemerdekaan tahun-tahun mendatang,
sebelum pembacaan teks proklamasi dibacakan dulu teks Sumpah Pemuda tahun 1928
yang menunjukkan tekad bangsa ini untuk bersatu. Bahkan jauh sebelum negeri ini
terbentuk sebagai suatu negara. ***
No comments:
Post a Comment