Ketika
mengikuti tayangan acara pernikahan puteri Pak Jokowi, Presiden RI beberapa
tahun lalu, ada beberapa tokoh dan sesepuh yang memberi bekal nasehat-nasehat
kepada kedua mempelai.
Semula,
semua kedengarannya bagus-bagus saja. Tetapi ketika seorang tokoh agama yang
sangat terhormat dan terkenal memberi wejangan, saya sedkit terganggu dengan
nasehat beliau “agar isteri jangan sekali-sekali membuka aib suami…..”.
Mengingat
kebelakang, akan berbagai kasus kejahatan dalam rumah tangga (KDRT), di mana
hampir seluruhnya yang menjadi korban para isteri, gejolak penolakan dalam hati ini tambah menjadi-jadi. Terlebih
ketika seorang adik iparku yang kemudian
diketahui telah mengalami penderitaan lahir batin yang amat sangat dan lama
sebelum meninggal.
Adik ipar
ini mengunci dengan rapat-rapat semua rahasia aib suaminya kepada keluarga
sehingga semuanya mengira berjalan wajar-wajar saja. Si suamipun dengan pintar
bermain sandiwara di depan keluarga besar sehingga kami pun tetap menganggap
keluarga ini tetap hidup dalam suasana rukun dan damai.
Apa yang
terjadi sesungguhnya mulai sedikit terungkap ketika kami melihat keanehan sikap
kedua anak pasangan ini. Mereka sudah cukup dewasa dan sudah menikah, tetapi nampak
seperti acuh dan kurang peduli terhadap ibu mereka yang sudah berhari-hari terbaring
di ruang perawatan darurat (ICU) rumahsakit dengan segala macam kabel peralatan
medis melekat di sekujur tubuhnya.
Beberapa
kali ditegur, mereka diam saja. Baru setelah almarhum meninggal, mereka membuka
rahasia apa yang terjadi sesungguhnya. Rupanya sementara ibu mereka
sakit-sakitan dan keluar-masuk rumah sakit, ayah mereka menjalin hubungan gelap dengan seorang gadis
bekas bawahannya. Semula mereka menganggap semua itu hanya kabar burung. Namun
diam-diam mereka berupaya untuk mengecek kebenarannya. Dan memang benar.
Beberapa kali mereka lihat sendiri ayah mereka pergi berduaan dengan sipelakor.
Hal ini
tambah memperuncing keretakan rumah tangga. Pertengkaran demi pertengkaran
terjadi. Suatu ketika adik kami yang malang ini melepas semua perhiasannya
termasuk yang sedang melekat di tubuhnya. Ia menyodorkan kepada suaminya yang
mengancam mau pergi. “Ambil semua perhiasan ini. Dengan polos aku meninggalkan
keluargaku untuk mengikutimu, dan dengan polos ini juga engkau harus
meninggalkanku…”. Rupanya kata-kata ini masih dapat menyentuh nurani suaminya
sehingga dia mengurungkan niatnya minggat entah ke mana.
Ceritera
seperti ini tak pernah sampai kepada kami. Rupanya mama mereka, adik kami,
meminta dengan sangat kepada anak-anaknya agar jangan sekali-sekali
memberitahukan kepada keluarga apa yang dalaminya. Mama mereka sudah berketetapan
hati untuk menerima resiko dari keputusannya dahulu. Lebih memilih meninggalkan
keluarga dan menikah dengan pilihannya yang tak disetujui keluarga.
Sikap ini
tak dapat diterima kedua anaknya. Itulah sebabnya mengapa selama ibu mereka
dalam perawatan, mereka menunjukan sikap yang seperti kurang peduli sebagai protes.
Namun sesungguhnya mereka tetap
mengasihi dan sangat prihatin dengan ibu
mereka yang menderita lahir dan batin hingga di akhir hidupnya.
Kembali ke
pokok semua, apakah memang benar ada
ajaran yang melarang para isteri membuka aib suaminya, sekalipun perbuatan
suami kejam, penulis tak mamu menjawabnya. Mungkin saja nasehat sang kiyai
kurang lengkap sehingga bisa disalahpahami. Sebab kalau tidak, akan makin
banyak para suami yang boleh bertindak semena-mena terhadap isteri yang juga
ibu anak-anaknya, tanpa takut aibnya dibukakan pada umum, apalagi diviralkan.***
No comments:
Post a Comment