Ya, mengapa
ada penolakan ? Alasan yang disuarakan warga Natuna yang berunjuk rasa, adalah
khawatir mereka akan ketularan virus Corona yang terbawa oleh WNI yang baru
dievakuasi tersebut.
Namun menurut
penulis, penolakan tersebut mungkin disebabkan juga kesalahpahaman dari
penjelasan para pejabat yang terkesan kurang “nyambung” sehingga apa yang
dikatakan seperti bertentangan dengan
logika.
Beberapa
pejabat mengatakan, para WNI yang dievakuasi itu sebelum berangkat ke Indonesia
semuanya diperiksa kesehatannya di Tiongkok dan dinyatakan sehat. Jadi semua
WNI yang dievakuasi itu orang-orang sehat semua.
Nah, logika
sederhana mengatakan, kalau memang mereka telah dinyatakan sehat semuanya,
mengapa tidak langsung dipulangkan saja
ke keluarga mereka masing-masing ? Kontras dengan apa yang mereka lihat. Semua
instansi terkait nampak demikian sibuk menyiapkan tempat terisolir, menyiapkan
para dokter dan petugas khusus anti kontaminasi dengan memakai masker .Semuanya untuk mengobservasi mereka.
Jadi kekuatiran
mereka, WNI yang dievakuasi itu sebenarnya belum sepenuhnya meyakinkan sehat. Sehingga perlu
observasi lebih lanjut. Sayangnya, penjelasan yang kurang lengkap ini mungkin
telah telanjur memberi kesan informasi
dari beberapa pejabat tersebut kurang jujur. Kenapa tidak dikatakan terus
terang saja. Bahwa meskipun di Tiongkok mereka telah dinyatakan sehat, kita
merasa perlu mengecek ulang lagi dengan lebih teliti oleh dokter spesialis kita
sendiri yang ahli dengan peralatan yang lebih canggih. Perlu dijelaskan secara
sistematis, bahwa ada masa inkubasi virus corona sekitar dua minggu, sejak seseorang tertular
sampai penyakitnya menunjukan gejala-gejalanya. Seperti panas, demam dan batuk.
Mungkin saja ketika dicek kesehatan mereka di Tiongkok masa inkubasi itu baru mulai, semuanya masih normal sehingga dinyatakan sehat. Kalau gejala-gejala itu tidak muncul selama dua minggu masa observasi, barulah
boleh dinyatakan dengan meyakinkan seseorang benar-benar sehat dan tak terinfeksi.
Dan patut diketahui pula bahwa penanganan terhadap WNI asal Tiongkok ini adalah dalam rangka juga mematuhi protokol PBB (WHO). Negara asal mereka (Tiongkok) wajib memeriksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mereka yang akan dijemput benar-benar dalam keadaan sehat. PBB tak mengijinkan sebuah negara mengirim seseorang yang terpapar keluar dan masuk ke negara lain. Terbukti memang ada WNI yang tak diijinkan ikut tim penjemput karena ada indikasi telah terpapar virus Corona.
Meskipun di negara asal telah diperiksa dan dinyatakan sehat, negara tujuanpun diwajibkan WHO melakukan observasi pada para pihak yang bersangkutan selama empatbelas hari sampai lewat masa inkubasi. Setiap negara termasuk Tiongkok dan Indonesiapun wajib mematuhi ketentuan PBB ini.
Dan patut diketahui pula bahwa penanganan terhadap WNI asal Tiongkok ini adalah dalam rangka juga mematuhi protokol PBB (WHO). Negara asal mereka (Tiongkok) wajib memeriksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mereka yang akan dijemput benar-benar dalam keadaan sehat. PBB tak mengijinkan sebuah negara mengirim seseorang yang terpapar keluar dan masuk ke negara lain. Terbukti memang ada WNI yang tak diijinkan ikut tim penjemput karena ada indikasi telah terpapar virus Corona.
Meskipun di negara asal telah diperiksa dan dinyatakan sehat, negara tujuanpun diwajibkan WHO melakukan observasi pada para pihak yang bersangkutan selama empatbelas hari sampai lewat masa inkubasi. Setiap negara termasuk Tiongkok dan Indonesiapun wajib mematuhi ketentuan PBB ini.
Lalu, mengapa
observasi perlu dilakukan terpusat di satu tempat ? Kalau para WNI dari
Tiongkok itu dikirim dan diobservasi di rumahsakit wilayah masing-masing, pasti
akan timbul kesulitan karena belum tentu setiap rumahsakit di daerah memiliki peralatan
yang memadai, demikian juga dokter ahli di bidang penyakit yang disebabkan
virus. Apalagi ini menyangkut penyakit yang disebabkan virus jenis baru. Kalau
terpusat, observasi lebih mudah dikordinasikan, peralatan yang dibutuhkan lebih
mudah disediakan.
Sedangkan
kalau para WNI asal Tiongkok ini dibiarkan langsung pulang ke keluarga mereka
tanpa melalui masa observasi, mungkin akan
menimbulkan reaksi penolakan dari warga sekitar bahkan oleh keluarga sendiri.
Konon, ada warga Cina dari Wuhan pulang
ke kampungnya masih dalam keadaan sehat. Tetapi oleh keluarganya ia dikurung
dalam kamar yang dipalangi papan dan tak seorangpun boleh mendekati dan
berkomunikasi dengannya.
Lalu mengapa
di Natuna ? Konon, pernah terbesit berita, semula observasi akan dilakukan di
Rumah Sakit Haji Jakarta.Tapi kemudian dibatalkan. Mungkin karena di sana
terdapat juga banyak pasien umum yang mungkin akan terganggu. Disamping itu rumahsakit
ini juga dikelilingi rumah-rumah penduduk. Akhirnya ditetapkanlah di pangkalan
militer Natuna. Bukan saja karena lokasinya jauh dari lokasi pemukiman
penduduk, tapi juga akan lebih memudahkan penanganan, karena kebanyakan
paramedisnya orang-orang militer.
Dengan
uraian ini diharapkan warga Natuna dapat lebih paham dan mendukung dan
mdenerima program kemanusiaan pemerintah ini. Memang dalam situasi darurat ,
sering kita terbeban ikut berkorban
untuk sesama anak bangsa yang lagi kesusahan seperti para WNI yang baru diungsikan
dari Tiongkok ini. Apalagi pemerintah
telah memeberikan jaminan tak akan terjadi apa-apa. Dan kalau toh ada juga
dampak negatifnya, tentu saja pemerintah tak akan tinggal diam membiarkan
mereka.
Sangat disayangkan
kalau seorang wakil Bupati yang notabene adalah pejabat pemerintah ikut-ikut
menyuarakan penolakan. Lebih pantas disuarakan oleh anggota legislatif sebagai
wakil rakyat. ***
No comments:
Post a Comment