Dari sejarah
Perjuangan Kemerdekaan sudah banyak dikenal “Palagan Ambarawa”, yaitu
peristiwa heroik ketika tahun 1945 pasukan TNI yang dipimpin Jenderal Sudirman
berhasil membuat tentara Inggeris mundur lari kocar-kacir.
Tetapi
banyak yang belum tahu kalau ada satu suku
kecil yang kemudian masuk menjadi bagian Kerajaan Mori sekitar abad 19, yaitu
suku Bahono yang pernah juga membuat lari kocar-kacir pasukan penjajah.
Pada
waktu itu, suku-suku bangsa yang berdiam di wilayah yang kini termasuk
Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah, masih berdiam di perbentengan-perbentengan
di pegunungan karena seringnya terjadi perang antar suku.
Ketika Belanda mulai memperluas kekuasaannya di Miden
Celebes, dan berhasil mengalahkan Kerajaan Mori, mereka mulai pula berusaha
menguasai Tanah Ture’a dimana bermukim suku Bahono. Suku bahono ini berdiam di
dua lokasi perbentengan. Yang terbesar di Bahono dan lainnya di Waawulo.
Nah,
suatu waktu pihak Belanda menyampaikan maksud akan melakukan kunjungan damai ke Ue Lagasih Kepala Suku Bahono . Karena meraka berkata maksud damai,
maka mereka akan diterima dengan baik.
Tetapi
apa yang terjadi ? Pihak Belanda rupanya datang dengan membawa pasukan. Hal ini
sempat menimbulkan ketegangan. Ketika Belanda mulai melepaskan
tembakan-tembakan, Ue Lagasih memerintahkan kepala pasukannya Ue Lagale, yang
juga iparnya melepaskan tembakan balasan. Tumpukan batu-batu besar yang sengaja
disiapkan sebagai alat pertahanan di gulingkan dari atas ke bawah ke arah gerakan pasukan musuh
itu.
Sementara
itu tembakan-tembakan meriam yang berisi potongan-potongan besi dan sabut
kelapa berapi menyebabkan semak-belukar
dikaki bukit terbakar. Semua itu membuat pasukan musuh panik dan lari
kucar-kacir. Dan sejak itu mereka tak
pernah berani muncul lagi.
Baru
kemudian, berkat bujukan Marunduh, raja
Mori suku Bahono bersedia turun gunung
dan membuat perkampungan baru di Lintumewure. Tetapi dengan syarat Ue
Bahono tetap menjadi kepala Suku tetapi
dengan nama sebagai Kepala Kampung.
Karena
itu wajarlah kalau orang Bahono generasi sekarang boleh bangga dengan
keheroikan nenek moyang mereka dan senantiasa menjaga nama baik komunitas
mereka dengan baik dimanapun mereka berada. ***
No comments:
Post a Comment