Ha..... wacana apa lagi ini. Mau mengganti UUD 45 dengan
dasar negara yang lain ? Bukan !!.
Sebetulnya hanya mau mencoba mencari, sebetulnya apa yang menjadi dasar filosofi dari UUD 45 dengan
Pancasilanya itu. Kalau Bung Karno
memadatkan sila-sila Pancasila menjadi
Tri Sila dan ketika dipadatkan lagi
dalam satu kata, maka didapatilah istilah yang tepat : Gotong Royong.
Dalam aktivitas gotong
royong, selalu terwakili unsur kerjasama, saling menolong, kebersamaan,
kesetaraan dan kesatuan tujuan. Lalu, kalau kita perhatikan semua unsur-unsur
itu, semuanya didasarkan pada perasaan kasih.
Misalnya kita melihat seseorang
mengangkat sebuah beban berat, yang nampaknya dia tidak sanggup mengerjakannya
sendiri.
Maka karena kasih, tanpa dibayar, ada orang-orang yang secara
rela dan senang hati mau ikut bersama menolong membantu mengangkat beban itu,
orang yang membantu tdak lebih rendah daripada yang ditolong atau sebaliknya.
Mereka bekerjasama, saling menolong kearah tujuan yang sama.
Setiap orang
membacakan ayat-ayat Kitab Suci Al Qur’an pada umumnya selalu didahului dengan
kalimat “Dengan nama Allah yang Mahakasih lagi Penyayang”. Jadi salah satu sifat Tuhan itu adalah Kasih,
bahkan Maha Kasih.
Kalau di Kitab Suci umat Kristiani disebut Allah itu adalah
Kasih adaNya. Dan karena itu pula maka hukum yang terbesar dan terutama, adalah
kasih. Mengasihi Allah sebagai Tuhan dan
mengasihi sesama manusia kita seperti
mengasihi diri sendiri.
Pada hukum agama yang lainpun, kita yakin anjuran berbuat
kasih itu ada. Maka dari itu, apa
salahnya dalam mewujudnyatakan Pancasila itu, kita cukup saja melaksanakan hukum kasih itu. Sebab hukum
kasih adalah penggenapan semua hukum di
dunia ini.
Disebuah ajaran Budha, ada pedoman yang
menganjurkan, “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang Anda tidak suka orang lain melakukannya kepada Anda.” Kalimat ini entah
kebetulan atau tidak, sama betul dengan perintah dalan Injil, hanya dalam kalimat
positif, yang mengatakan :”Perbuatlah kepada orang lain apa yang engkau suka
diperbuat orang lain kepadamu”. ***
No comments:
Post a Comment