Sebuah predikat buruk
yang tidak benar bila dilabelkan kepada
seseorang yang baik, apalagi kalau serta
merta pula membeberkan sanksi-sanksi
yang pantas diberikan kepada orang yang bersangkutan, sungguh suatu kejahatan keji.
Sebuah fitnah yang lebih kejam daripada pembunuhan.
Dalam hubungan ini, sungguh
memprihatinkan kalau dalam tayangan televisi ada saja orang yang dengan
entengnya mencap Jokowi orang yang dikenal sederhana itu hanya mau melakukan
pencitraan diri dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar
(KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang sejak kampanye Pilpres dahulu
sudah ditawar-tawarkannya.
Dengan kata lain, pikiran
rakyat hendak disesatkan bahwa yang diperjuangkan Jokowi bukan kepentingan
mereka sebagai rakyat, tetapi untuk kepentingan pribadinya sendiri. Suatu
pemikiran yang sungguh kerdil dan picik.
Kalau begitu, apa yang diperbuat Jokowi ketika
duduk bersama petani ditengah sawah, ketika turun ke gorong-gorong, ketika naik
tangga kayu memeriksa konstruksi
bangunan sekolah yang rusak, adakah juga pencitraan ?? Ketika melakukan
blusukan juga pencitraan ? Ketika ia, sekalipun di Istana tetap menggunakan
baju putih lengan panjang dising-sing juga pencitraan ?
Sesungguhnya apa yang
dilakukan Jokowi sangat natural, alami, bukan dibuat-buat, tetapi memang
selaras dengan jiwanya yang memang sederhana dan merakyat. ***
No comments:
Post a Comment