Belakangan ini Ketua Fraksi Partai Golkar
Bambang Soesatyo getol amat memprakarsai pengumpulan tandatangan di kalangan
anggota DPR untuk melaksanakan interpelasi terhadap menteri-menteri Kabinet
Kerja, bahkan akan menjurus terhadap Presiden Jokowi terkait pengalihan
sebagian subsidi BBM.
Kasak-kusuk
itu dilakukan justru tatkala para pimpinan Parpol yang dalam KMP dan KIH sedang melakukan upaya
damai kedua kubu itu demi menyatukan kembali
DPR-RI yang terbelah dua, - yang menyebabkan institusi itu tidak dapat
berfungsi lebih dari sebulan ini. Karena kegiatan ini dilakukan menjelang Munas
Gokar, maka boleh jadi, hal ini dilakukan untuk kepentingan politik petinggi
Golkar tertentu dengan coba menyeret dan memanfaatkan pula parpol-parpol lain
dalam KMP.
Disamping
pengumpulan tandatangan, Soesatyo juga menulis artikel di media massa yang
dengan begitu sinis menulis kebijakan Jokowi-JK mengalihkan sebagian subsidi
BBM ke program yang lebih produkstif sebagai “pil pahit” bagi rakyat, “tidak
masuk akal”, tidak konstitusional dan “tidak dapat dimengerti”.
Dan
nampaknya gagasan ini langsung disambut antusias politikus-politikus (bukan
politisi,-pen) dari PKS Fachri Hamzah yang begitu merasa “pinter” sendiri lalu dalam wawancara televisi merendahkan
para menteri-menteri Kabinet Kerja yang dikatakan “masih kurang pengalaman”, belum paham peraturanlah, kurang informasilah
dan macam-macam kurangnya.
Perlu
disadari bahwa diantara para Menteri Kabinet itu, sebelumnya bukan
pengangguran, tetapi orang-orang terhormat, yang secara ekonomi sosial
orang-orang yang sudah mapan. Mereka telah melalui seleksi ketat oleh KPK
pimpinan Abraham Samad yang ditakuti para koruptor itu dan dinilai bersih. Dan
sekarang dapat dikatakan mereka sebagai relawan yang hanya mau mengabdi untuk
rakyat. Gaji mereka sebagai menteri tidak sebanding dengan penghasilan mereka yang besar sebelumnya.
Beberapa tidak mau mengambil gajinya dan sebagian lagi malah menyaumbangkannya
kepada rakyat miskin.
Kalau
rakyat ditanya, apa hasil karya untuk bangsa dari orang-orang yang kini mau
menginterpelasi itu selama bertahun-tahun ini di Senayan, pasti akan banyak
menjawab tidak tahu.. Dibandingkan misalnya dengan Ibu Susi menteri Kelautan
yang hanya berijazah SMP dan baru hitungan hari dilantik. Sudah berhasil
menangkap 4 kapal asing pencuri ikan. Bahkan terakhir kabarnya sudah puluhan
kapal dan siap-siap untuk dibakar atau ditenggelamkan. Apakah mereka juga siap
bila rekam jejak mereka ditelusuri KPK ??
Sungguh
menyedihkan, jerat yang akan dipakai untuk interpelasi itu adalah UU MD3 yang
cacat dan oleh karena itu maka kini sedang diproses untuk direvisi. Kesepakatan
untuk revisi ini adalah sesuai kesepakatan politik antara para pimpinan parpol
dari kubu KMP dan KIH yang ditandatagani hitam diatas putih.
Maka
mengherankan, kalau kini sebagian politikus KMP mau menggunakan undang-undang
MD3 yang oleh pimpinan mereka sendiri sudah ikut merekomendasikan untuk
diperbaiki. Apalagi untuk tujuan yang kontroversial pula. Mana etikanya ?? Apa
tidak taat dan menghargai lagi pimpinan mereka ?? Kita khawatir upaya yang kini
digagas segelintir politikus ini adalah untuk mengagalkan proses perdamaian
kubu KMP dan KIH yang kini sudah dimulai di Bamus dan Baleg DPR. Dan akibatnya
penyatuan kembali DPR-KMP dan DPR-KIH menjadi DPR-RI menjadi gagal juga.
DPR-KMP
sekarang sepertinya sudah merasa diri seperti DPR-RI, padahal belum. Jadi wajar
sekali bila Pemerintah enggan melayani undangan salah satu dari kedua pihak
yang berseteru itu. Kalau pemerintah meladeni DPR-KMP, maka DPR-KIH akan marah,
dan demikian pula sebaliknya. Akibatnya perseteruan akan makin meruncing. Para
menteri dan Presiden boleh dikatakan melanggar konstitusi bila tidak memenuhi
undangan DPR-RI, bukan undangan DPR-KMP atau DPR-KIH.
Mau
coba-coba menginterpelasi Presiden Jokowi dengan cara-cara licik ??. Jangan salah
kalkuasi. Ketika akhir-akhir ini pemerintahan Jokowi-JK banyak didemo akibat
kebijakan BBM-nya, jangan mengira para pendukung mereka sudah berbalik haluan. Keributan
antar pimpinan Golkar dan massa Golkar di kantor pusat mereka dii Slipi dalam
dua hari terakhir ini dapat menjadi peringatan.
Bila
diamati dari simbol-simbol yang digunakan para pendemo terkait BBM akhir-akhir,
nampaknya dari kelompok yang itu-itu juga. ***
No comments:
Post a Comment