Bahasa orang beriman
yang Muslim berkata : “ Katakan yang benar itu benar, dan yang salah itu salah”.
Sedang bahasa orang beriman yang Kristiani berkata : “Katakan yang ya di atas ya. Lebih dari itu jahat”.
Lalu
apa bahasa orang politik ? Hampir dapat dipastikan, yang di atas itu sulit
dilaksanakan. Ada ahli yang mendeffinisikan politik itu sebagai kekuasaan. Dan
sudah umum diketahui bahwa kekuasaan itu selalu jadi obyek perebutan.
Ada yang cara halus, agak kasar, sangat kasar bahkan sampai cara-cara sadis.
Berbagai
akal-akalan, kepura-puraan, kelicikan, fitnah, saling memojokan dan menyerang
pribadi para rival seperti yang terjadi sejak Pemilu yang lalu bahkan berlanjut
hingga kini di negeri ini, seperti makanan sehari-hari sebagian besar politikus di DPR.
Para
politikus berkata dan bersumpa akan berlaku adil, mementingkan negara dari pada
kepentingan pribadi atau golongan. Tapi apa yang terjadi dalam proses pemilihan
pimpinan MPR dan DPR beserta alat-alat kelengkapan lainnya ?? Kepentingan
golongan diutamakan sehingga menyebabkan terjadinya perpecahan berlarut-larut
di DPR.
Mereka
mengatakan akan mendahulukan musyawarah mufakat. Tetapi justru orang-orang yang
berkata begitu yang malahan menggajal dan mempersulit tercapainya musyawarah
mufakat itu. Karena dengan melalui
voting sebagai alternatif, akan menguntungkan kelompok dan golongannya.
Meskipun
penulis dari jurusan politik, namun telah berketetapan untuk tidak terjun ke
politik praktis selama kondisi politik
di negeri ini masih seperti sekarang. Mungkin itu pula sebabnya mengapa Partai
Katolik, Parkindo, Partai Krisna, Partai Damai Sejahtera, PDKB yang dijiwai
iman Kristiani tidak dapat berkembang di negeri ini. Masalahnya mereka dianggap terlalu polos dan lugu. Tidak mampu
mengatakan putih untuk yang hitam, atau yang putih dikatakan hitam.
Penulis sulit memahami bagaimana,
saudara-saudara yang Kristiani cukup betah bertahan di lingkungan partai yang
suka memanipulasi kebenaran, membiarkan diri terkooptasi oleh kemunafikan,
ketimbang menjadi garam dan terang di sekitarnya. ***
No comments:
Post a Comment