Salomo
atau Nabi Sulaeman, pasti dikenal oleh semua pemeluk agama Yahudi, Islam dan
Kristen. Alkitab menyaksikan Salomo, putra raja Daud ini sebagai orang yang
paling berhikmat dalam sepanjang sejarah umat manusia. Baik yang ada
sebelumnya, maupun di masa depan, tak akan ada yang menyamainya.
Umat Islam
antara lain mengenal Salomo yang dapat
mengerti bahasa binatang. Sedang umat Kristen dan Yahudi banyak mengenalnya, selain yang diperkenankan Tuhan
mendirikan Bait Suci di Yerusalem, juga dari
caranya mengambi solusi dalam
suatu peristiwa pelik. Demikian juga dari kumpulan amsal-amsalnya yang
memberikan berbagai nasehat praktis. Padahal ia masih sangat muda.
Pelantikannya saja serba terburu-buru ketika ada usaha perebutan kekuasaan oleh
kakak sulungnya, Adonia.
Kelihaiannya
itu nampak ketika dua orang ibu mengadukan perkara mereka untuk mendapat
penyelesaian raja. Kedua ibu tanpa suami ini masing-masing baru melahirkan
seorang anak.
Pada waktu tidur
salah satu dari anak bayi dari kedua
perempuan itu terhimpit oleh ibunya sehingga meninggal dunia. Ketika tahu, ia
bangun dan mengambil anak temannya yang
masih hidup ke pangkuannya sedang
anaknya yang sudah mati dibaringkannya
ke pangkuan ibu dari anak yang masih hidup itu selagi masih tertidur.
Pagi hari ibu
anak yang masih hidup itu memperhatikan bayi di pembaringannya sudah mati dan mendapati tidak mempunyai
ciri-ciri seperti bayi yang dilahirkannya.
Sebaliknya bayi yang ditangan temannya itu memiliki ciri-ciri bayinya. Maka untuk menyesaikannya mereka minta raja
dapat memberikan penyelesaian.
Ketika kedua
perempuan itu bertengkar di depan raja, Raja Salomo memerintahkan Kepala
Pengawalnya mengambil pedang. Ia akan memotong menjadi dua bayi yang masih
hidup itu lalu keduanya masing-masing akan mendapatkan sepotong.
Perempuan yang anaknya mati setuju,
tetapi ibu yang satu lagi memohon-mohon
dengan sangat agar bayi itu tidak
dikorbankan dan merelakannya diserahkan
kepada temannya daripada dibunuh.
Dari jawaban
kedua perempuan itu, Raja berkeyakinan ibu yang sesungguhnya dari bayi yang
masih hidup itu adalah ibu yang tidak menghendaki anak itu dibunuh. Maka raja pun memerintahkan
agar bayi itu dikembalikan kepadanya.
Belajar dari
kisah di atas, dalam suasana
perpolitikan yang kini memanas di Tanah Air, dibutuhkan adanya penyesaian
yang adil dari orang-orang bijaksana dan tidak punya kepentingan. Ada dua kubu
politik, kubu Prabowo dan kubu Indonesia Hebat, yang memperebutkan kursi Ketua lembaga-lembaga negara, terutama MPR.
Diantara kedua kubu kepentingan ini,
rakyatlah yang menjadi taruhan, ibarat anak bayi dalam kisah di atas.
Penyerahan nasib rakyat ke tangan
orang-orang yang tidak benar akan menyengsarakan rakyat. Karena untuk
kepentingan mereka, hak-hak rakyat dengan mudahnya dapat mereka korbankan.
Mungkin
tokoh-tokoh agama melalui wadah
komunukasi antar agama, - Asosiasi antar Perguruan Tinggi yang dapat memberi solusi
secara intelektual dan adil karena tidak mempunyai kepentingan langsung. Kita ingat, dahulu juga Presiden Suharto
akhirnya menyatakan berhenti setelah
berkonsultasi dengan para Ulama.***
No comments:
Post a Comment