Ketika kubu Prabowo merayakan kemenangan
seusai mereka dimenangkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dalam uji materi UU
MD3, Amien Rais menyarankan kepada Prabowo Subijanto agar mengakui saja
kemenangan Jokowi-JK sebagai pemenang Pilpres 2014 sesuai keputusan KPU dan MK.
Sampai pada titik ini ia masih menunjukan sifat seorang negarawan.
Demikian pula ketika ia menyarankan agar kubu Prabowo mendukung program reformasi
mental yang dicanangkan Jokowi.
Sebetulnya saran ini akan membantu
menurunkan ketegangan hubungan antara kedua kubu Prabowo dengan kubu Indonesia
Hebat bahkan dapat menjembatani terciptanya
rekonsiliasi.
Tapi ketika Amien Rais menambahkan, bahwa yang dimaksudkannya dalam reformasi
mental itu termasuk “tidak mengingkari janji kepada rakyat”, maka makna
pernyataan terdahulu itu menjadi tidak
berarti, bahkan makin menambah keraguan atas kenegarawanannya. Kata-kata “ingkar
janji kepada rakyat” ini adalah sebuah sindiran yang sering dialamatkan kepada
Jokowi, hanya karena ia tidak jadi memenuhi masa jabatannya selaku Gubernur DKI
Jakarta selama 5 tahun karena dikehendaki
sebagian besar rakyat Indonesia menjadi
Presiden.
Apalagi belum lagi hilang dari ingatan akan nazar sesumbar Amien Rais
pada saat kampanye Pilpres yang lalu yang mengatakan ”kalau Jokowi menang, ia
akan berjalan kaki dari Malang ke Jakarta”. Tetapi ketika Jokowi ternyata
benar-benar keluar sebagai pemenang, Amien Rais tidak memenuhi nazarnya. Maka
kecamanpun berdatangan. Tak kurang budayawan Goenawan Mohamad, yang juga tokoh
senior Partai Amanat Nasional ikut mengeritiknya.
Ia malah dianggap tidak lebih terhormat daripada Giman, seorang penjaja
kue putu di Malang, yang memenuhi nazar serupa. Bahkan ia mendatangi Amien Rais di rumahnya untuk mengajaknya berjalan
kaki bersama ke Jakarta. Tapi apa lacur, tokoh PAN ini ternyata sudah naik
pesawat terbang ke Jakarta.
Adik bungsu penulis, dalam sebuah suratnya yang panjang ketika ia sakit
berkepanjangan, mencurahkan isi hatinya
bahwa ia khawatir jangan-jangan kondisi kesehatannya itu berkaitan dengan
nazarnya ketika isterinya sakit keras.
Ia bernazar kalau isterinya sembuh, ia akan mengadakan pengucapan syukur menjamu seisi
kampung dengan mengorbankan seseokor sapi. Akan tetapi janji itu belum sempat
dilaksanakan sampai dia sakit. Akhirnya adik saya memang dipanggil Yang
Mahakuasa. Tetapi belakangan isterinya
mengatakan nazar itu sudah dilaksanakan.
Makanya
jangan main-main dengan nazar dan jangan mudah bernazar, membuat janji dengan
Tuhan yang Mahakuasa. Karena kalau tidak dilaksanakan, akan balik mendapatkan ganjaran akibat nazar
yang tidak ditepati itu.***
No comments:
Post a Comment