Dalam persaingan yang ketat
seperti yang terjadi antara kubu KMP dan KIH selama ini , agaknya kubu KIH harus waspada dengan siasat “meninabobokan”.
Kalau kita cermati, selama ini kubu
KMP seringkali melemparkan
ucapan-ucapan yang kedengarannya moderat, seirama dengan kecenderungan suara rakyat banyak. Tetapi
pada saat pelakasanaan seungguh
bertentangan dengan apa yang yang diucapkan sebelumnya dengan mengemukakan
berbagai “alasan”.
Partai Demokrat terlebih SBY
selalu mewacanakan akan menjadi Partai penyeimbang. Netral tak memihak KMP
maupun KIH.
Hal-hal diatas sebelumnya membuat
rakyat yang pro Pilkada Langsung termasuk kubu KIH menjadi lengah,
tenang-tenang saja, tak bereaContohnya, yang sering dipraktekan
SBY dengan Partai Demokrat-nya.
Secara lisan selalu mengemukakan pro Pilkada Langsung. Tetapi pada saat
penentuan dalam sidang Paripurna DPR,
Partai Demokrat memilih walkout yang memberi peluang buat kemenangan sistim
Pilkada Tidak Langsung.
Pada saat yang sama
Menteri Gamawan Fausy aktif memproses dan menyetujui atas
nama Presiden keputusan DPR yang
memenangkan Pilkada tidak langsung tsb.ksi. Tetapi ketika
melihat apa yang terjadi kemudian, barulah terkesima merasa terkeco dan
tertipu . Lebih-lebih setelah pada pemilihan Pimpinan MPR yang lalu, ternyata
Partai Demokrat secara terang-terangan memihak KMP.
Partai Demokrat juga pada
awal-awal pemerintahannya selalu mengkampanyekan motto “Katakan tidak untuk Korupsi” sambil mengarahkan jempol
ke bawah. Tapi apa nyatanya ??
Ternyata kader-kader Demokrat diantaranya mantan selebritis
terkenal dan toko idola masyarakat yang
sering meneriak-neriakan slogan itu pada masuk penjara akibat korupsi.
Apakah
sementara rakyat dan aparat penegak hukum dininabobokan dengan slogan-slogan
itu, dibalik layar
ada instruksi rahasia agar para kader yang ada di jabatan publik dengan “pintar-pintarnya”
dapat melakukan upaya pengumpulan dana untuk partai ??
Mudah-mudahan. Tetapi
mengapa pelantikan harus diubah jadi
malam-malam, yang seumur-umur tak pernah terjadi ?? Untuk men Jadi, hati-hati dan jangan terlena dengan pernyataan-pernyataan “sejuk” dari
pihak-pihak yang selama ini telah diragukan kejujurannya. Seperti, tak akan
terjadi penjegalan terhadap acara
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden
terpilih Joko Widodo tanggal 20 Oktober
yang akan datang. Seperti pertemuan
Ketua MPR , Ketua DPR dan Ketua DPD dengan Jokowi yang baru lalu, apa benar semuanya akan ok-ok saja ?? Menghindari demonstrasi “super power”
kah, dengan bertameng pada peraturan
yang melarang demonstrasi selepas jam
16.00 ?
Kalau pelantikan nanti ternyata
gagal, satu hal yang sangat tidak diharapkan, maka kapan
super power akan bangkit tinggal menunggu hari saja, di mana aparat keamanan mungkin tak akan berdaya mengatasinya
seperti pada pembakaran Jakarta
tahun 1998. ***
No comments:
Post a Comment