Dalam perayaan Hari Ulang Tahun
TNI Oktober 2014 ini akan dilaksanakan pamer kekuatan tempur TNI dengan jumlah
spetakuler yang akan melibatkan 239 pesawat
tempur, 42 kapal Perang, 149 kendaraan tempur dan ribuan personil dari Angkatan Darat, Laut dan Udara.
Siapa yang tak kan bangga. Masa kejayaan Angkatan Bersenjata RI tahun 60-an sangat disegani sebagai yang dianggap terkuat di Asia Tenggara
mungkin akan terulang. Sampai-sampai
Inggeris-Amerika dan sekutunya
membentuk pakta pertahanan SEATO
( South East Treaty Organization) yang
mengepung Indonesia dari Selatan di Lautan Hindia sampai Timur di Lautan Pasifik, karena waktu
itu Indonesia sedang menentang pembentukan negara Malaysia yang didukung
Inggeris. Faktanya setelah konfrontasi
dengan Malaysia berakhir, pakta pertahanan itu dibubarkan.
Hanya yang menjadi pertanyaan sekarang, kalau
kekuatan TNI makin besar dan canggih, mengapa sering terjadi kecolongan dengan
penggerogotan wilayah kedaulatan RI di perbatasan. Sering diberitakan,
patok-patok perbatasan di darat dipindahkan, - dan yang terakhir pemancangan
tiang pancang oleh Malaysia dalam wilayah perbatasan RI di Tanjung Datu
Kalimantan Barat.
Yang pertama mengetahui dan melaporkan ,
bukan aparat TNI-AL yang bertanggung
jawab soal pertahanan laut, tetapi kapal
patroli Kementerian Perhubungan. Tindakan aparat TNI-AL atas informasi itu baru terbatas
melaporkan ke atasan. Tindak lanjutnya tidak ada. Tiang pancang itu tetap
berdiri angkuh di depan hidung rakyat Kalimantan dan para aparat pertahanan
negeri ini. Kalau tidak berani langsung menubruk tiang itu dengan kapal perang,
mengapa tidak melalui operasi bawah permukaan laut. Bukankah kita memiliki
pasukan para amphibi yang handal ?? Kalau tidak
berani berhadapan secara terbuka, pasti
akan banyak putra-putri negeri
ini menjadi sukarelawan tak dikenal dan
mau menyelam, membobol tiang-tiang pancang yang merupakan penghinaan bangsa itu cukup dalam
waktu semalam.
Janganlah demontrasi kekuatan di Surabaya yang
akan menghabiskan uang miliyaran rupiah itu, apalagi ditengah masih banyaknya
kaum miskin, hanya sekedar membuat citra. Sungguh menggelikan, bahwa pada flypass pesawat-pesawat tempur TNI-AU
pada peringatan HUT Proklamasi tanggal 17 Agustus 2014 yang lalu, ada
seruan ucapan terima kasih kepada SBY. Terkesan
ABS. Bukankah mestinya ucapan terima kasih disampaikan kepada Rakyat
Indonesia yang telah membayar pajak untuk pembelian pesawat-pesawat itu ??
Mudah-mudahan hal serupa tidak terulang lagi pada acara di Surabaya itu.
Hal lain yang aneh, adalah ketika Panglima TNI mengangkat beberapa kongklomerat
menjadi “penasehat” nya. Alasannya untuk
memperbaiki kesejahteraan prajurit. Hal ini sempat menimbulkan ketersinggungan
institusional, seakan-akan negara melalaikan tanggungjawabnya kepada para
prajurit.
Apakah sekarang kita mengikuti pola
pembangunan AB negara Vietnam yang komunis, yang lebih memodernisasi peralatan perangnya, namun kurang
memperhatikan kesejahteraan prajurit mereka ?
Meskipun maksud Pangab Moeldoko untuk meningkatkan
kesejahteraan prajurit, namun sebaiknya penunjukan penasehat dari para
kongklomerat itu diurungkan. Karena sangat potensial untuk disalahgunakan.
Apalagi, Pangab sendiri beberapa waktu lalu sempat dihebohkan dengan jam
tangannya yang super mahal. ***
No comments:
Post a Comment