PPP :
Barangkali
Partai yang paling banyak mendapatkan sorotan sampai saat ini adalah PPP,
Partai Golkar dan Partai Demokrat. Hal ini diakibatkan adanya permasalahan
internal dalam ketiga partai ini yang pada akhirnya juga membawa pengaruh signifikan
dalam percaturan politik nasional.
Parut-marut dalam tubuh PPP awalnya
bermula dari silang selisih keputusan
sepihak Ketua Umum Surya Darma Ali
yang memihak bahkan ikut kampanye bersama Partai Gerindra pada Pileg
yang lalu dengan tidak berkonsultasi dengan fungsionaris DPP lainnya.
Fase kedua, ketika SDA menjadi tersangka perkara korupsi dana Haji yang sangat memalukan seluruh warga
partai berlambang Kaabah itu. Menurut
sebagian besar fungsionaris DPP, seharusnya SDA mengundurkan diri karena
dengan statusnya sebagai terdakwa kasus korupsi itu sangat merugikan PPP. Tapi SDA menolak mundur bahkan menolak diberhentikan,
karena yang berhak untuk itu hanya Muktamar PPP yang mengangkatnya.
Terjadilah perpecahan, saling pecat memecat.
Sementara Kementerian Hukum dan HAM menolak mengakui salah satu
pihak dan tokoh sesepuh PPP juga mengaku
tidak dapat memberi penyelesaian.
Mahkamah PPP kemudian menyatakan tetap
mengakui kepengurusan DPP yang diketuai SDA dan memerintahkan kedua pihak
untuk rujuk kembali. Tetapi hingga kini
(29/9/14) tanda-tanda ke arah itu belum terlihat.
Kebepihakan SDA ke kubu KMP sementara
sebagian fungsionaris lainnya cenderung ke kubu Indonesia Hebat, ikut berpengaruh pada konstelasi
politik nasional.
GOLKAR
Partai Golkar yang dimotori Abu Rizal Bakry (ARB) selaku Ketua Umum, sejak lama diutak-atik kepemimpinannya.
Mulai dari kasus lumpur Lapindo, keberpihakannya pada kubu KMP dan tidak berpihak pada kubu JK
sebagai kader bahkan mantan Ketua Umum Golkar, sampai pada pemecatannya atas sejumlah kader muda Golkar.
Segala upaya melengserkannya tidak
berhasil karena yang berwenang memberhentikannya hanya Kongres Partai
yang baru akan dilaksanakan tahun 2015. Semboyan Partai Golkar, “Suara Golkar, Suara
Rakyat” dipertanyakan lagi penerapannya,
karena Partai ini ikut menjadi pendukung
pemenangan opsi Pilkada tidak langsung, yang
dipandang merupakan perampasan
hak asasi rakyat untuk memilih sendiri Pemimpin-pemimpin mereka.
Partai Demokrat:
Menilik nama dan
lambang Partai ini terkandung tujuan mulia. Memakai lambang Bintang bersayap tiga “Mercy”,
yang menurut kamus, Mercy berarti kemurahan hati, rahmat dan kerahiman. Sedangkan dalam nama Demokrat tersirat sifat
moderat.
Akan tetapi,
ketika dalam pengusulan opsi ke tiga
dalam sidang DPR membahas RUU Pilkada tgl 26 September 2014 yang menuntut
Pilkada langsung dengan 10 syarat mutlak dan harus disepakati secara musyawarah/mufakat
alias aklamasi, menunjukan ketidakkonsistenan dengan sifat moderat tersebut.
Ketimbang
berusaha mencapai kompromi dengan jalan memberi dan menerima usul pihak lain,
malah sebaliknya keluar meninggalkan
sidang. Padahal seluruh partai pengusung
Pilkada langsung, PDIP, Hanura dan PKB secara
tegas dan terbuka telah
menyatakan dengan lantang dalam sidang dukungan
mereka secara penuh atas opsi Partai Demokrat itu.
Yang paling
kontroversial, adalah tidak konsistennya pernyataan-pernyataan para fungsional
DPP Partai Demokrat dengan praktek di lapangan
sehingga menimbulkan ketidak percayaan kepada partai ini.
Namun demikian,
adalah tidak adil menimpakan semua citra
negatif ini kepada seluruh warga ketiga partai ini. Karena ternyata masih
banyak di antara mereka patriot-patriot
sejati yang idealis yang benar-benar mau berpihak kepada harapan rakyat. ***
No comments:
Post a Comment