Saturday, March 13, 2021

JEJAK MENGIKUT KRISTUS : (6) PERENUNGAN KEMBALI

              

P

agi hingga sore, merupakan jam-jam yang cukup tenang. Hanya sekali-sekali ada gangguan-gangguan yang menakutkan seperti pada malam hari. Pada saat-saat begini, baru aku menyadari keadaanku yang sesungguhnya.  Aku bertanya jawab dalam hati, apakah penderitaan ini bukan teguran Tuhan padaku karena akhir-akhir ini makin jarang ikut beribadah ? Lalu, dahulu kurang menanggapi pencalonan gereja sebagai utusan mengikuti pendidikan Alkitab di Tentena untuk kemudian menjadi Guru Jumat (Gembala) di gereja kampung kami Uluanso.  Apakah ini semacam teguran seperti kepada nabi Yunus yang coba mengingkari panggilan Tuhan agar pergi memberi peringatan kepada penduduk kota Niniwe yang terancam akan dijungkirbalikan Tuhan karena kejahatan mereka ? Ada rasa ketakutan dan perasaan menyesal di sana dan mohon pengampunan.

 

Kuperhatikan, tubuhku telah demikian kurus, tangan dan kakiku tinggal tulang berbalut kulit, kalau aku duduk di kamar kecil aku sulit berdiri kembali. Aku juga menderita secara psikhis oleh halusinasi-halusinasi yang mencekam.Aku tidak tahu apakah aku masih dapat bertahan.

Adakalanya datang pikiran, bagaimana kalau Tuhan yang Mahakuasa memanggil aku dalam keadaan demikian. Aku tidak mau terlalu memikirkannya, karena Tuhanlah yang menentukan.  Meskipun kuakui masa itu aku berubah kurang setia kepadaNya, tapi Ia tak akan meninggalkan aku. Dia adalah Pengasih dan Penyayang. Karena itu aku pasrah saja.  Namun aku tetap mohon dan mengharapkan pertolonganNya agar disembuhkan.

Aku selalu meyakinkan diri, bahwa Tuhan tidak akan membiarkan umat yang berharap kepadaNya berlama-lama menderita. Dia akan segera melepaskannya pada waktuNya. Jadi hanya dibutuhkan kesabaran menanti pertolonganNya. Ya, hidupku hanya tergantung pada Tuhan. Sejak kecil aku memang selalu tertarik membaca Alkitab. Karena itu setiap ada ulangan pelajaran agama nilaiku selalu bagus.

Awalnya mungkin karena aku senang dengan ceritera-ceritera dan film perang yang menonjolkan kepahlawanan. Dalam Alkitab banyak kisah-kisah perang dengan pahlawan-pahlawannya yang perkasa, seperti Musa, Gideon, Simson, Debora, Daud, dan sederetan panglima-panglima perangnya.

Dari sering membaca Alkitab ini makin lama makin aku mengenal TUHAN karena ternyata Dialah sesungguhnya yang berperang di balik semua keperkasaan itu. Dia sesungguhnya bukan hanya kuat perkasa dan mahakuasa, tetapi juga maha tahu, maha kasih dan selalu menyertai umatNya. Lebih-lebih yang menderita seperti aku sekarang.

Aku yakin Yesus selalu menyertai dan menolong meskipun seperti telah kuakui, aku sering kurang setia kepadaNya. Ia menolong, misalnya, aku baru bekerja beberapa bulan,  kantor bersedia menanggung semua biaya perawatanku. Bahkan enam puluh persen gajiku tetap dibayarkan. Siapa yang akan bermurah hati memberiku fasilitas seperti itu sedang aku belum berbuat apa-apa ?

Pada saat-saat kesendirian ini pula, sepucuk surat tanpa kuduga-duga datang dari Nurdin Bakari, salah seorang teman akrab di SMA. Aku tak tahu dari mana ia mendapatkan alamatku. Ia menulis, ia dan teman-teman sekelas yang bersama kami mendaftar di Kodim Poso dahulu sedang mengikuti pendidikan Polisi Militer di Cimahi Bandung. Seorang lagi masuk AKABRI Darat di Magelang. Kupikir, kalau aku tidak ke Jakarta tentu aku sudah bersama-sama mereka.

Kami semua memang gandrung dengan kemiliteran. Ketika ada pendidikan P3R (Pendidikan Pendahuluan Pertahanan Rakyat) kami ikut. Demikian pula pada masa Trikora. Selama berminggu-minggu kami mengikuti berbagai latihan militer. Antara lain baris-berbaris, latihan melalui rintangan, perkelahian sangkur, teknik tempur dan latihan perang-perangan. Kami sedang menanti-nantikan penugasan ketika akhirnya datang pengumuman Belanda bersedia menyerahkan kedaulatan atas Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB. Komando Trikora dibubarkan.

Tetapi yang paling mengesankan, adalah ceriteranya selama di sekolah dahulu. Seperti peristiwa tak terlupakan dengan N, si hitam manis puteri Bupati Poso saat itu. Berbahagialah anda, katanya mendapat pengalaman yang mengesankan itu. Ia tidak tahu bagaimana cemasnya aku saat itu.

Surat Nurdin cukup panjang. Ia juga berceritera tentang M gadis pintar hampir untuk semua mata pelajaran. Lebih-lebih untuk bahasa Inggeris dan bahasa Jerman. Ia merupakan saingan berat dalam perolehan nilai pelajaran. Nurdin mungkin tidak tahu bahwa akupun baru menerima surat dari M. Surat itu merupakan balasan suratku yang kutulis di kapal dalam perjalanan ke Jakarta. Kenangan peristiwa itu melintas dalam ingatanku dan sejenak memberikan penghiburan.

Sepucuk surat lagi kuterima dari kak Maga. Ia telah ditempatkan di bawah Komando Batalion Intelijens Dwikora yang berpangkalan di Pakanbaru. Berhadapan dengan kekuatan Inggeris sebagai musuh yang berpangkalan di Singapura ketika itu. Ia menyatakan, ia sampai menitikan air mata, betapa sedihnya karena tak diijinkan menjengukku sebelum ke garis depan.

Aku percaya semua penghiburan ini sebagai tanda-tanda pemulihan dari Tuhan. Aku makin tergerak lagi untuk lebih mengenalNya melalui firmanNya. Alkitab pemberian kak Maga kubaca ayat demi ayat sambil berbaring. Terutama tentang pengharapan akan pertolongan Tuhan. Aku menemukan ayat-ayat yang meneduhkan pada Kitab Mamur 139 :1-12.

Mazmur ini memberitakan, Roh Tuhan selalu menyertai kita. Baik ketika kita duduk, berdiri, berbaring, di kegelapan, di ujung laut, di langit bahkan di tempat orang mati. Aku baca ayat-ayat ini berulang-ulang bahkan menghafalnya. Luar biasa. Kalau begitu disinilah makna nama Imanuel, Tuhan beserta kita. Nama yang disampaikan malaikat Gabriel kepada Maria, untuk Anaknya. Oh, kalau begitu Ia juga menyertai aku dan tahu keadaanku. Apalagi aku senantiasa menyeru namaNya.

Ketika tangan-tanganku yang lemah bertambah lemas dan mataku yang kurang tidur malam hari makin redup, Alkitab kudekap di dada dan tertidur. Tenteram dan damai. Dalam suasana seperti itu aku tetap merasakan jamahan tangan kasihNya. ***

JEJAK MENGIKUT KRISTUS : (5) .TEROR MIMPI DIWAKTU MALAM

Malam hari seperti aku diteror. Terlalu menakutkan. Datangnya malam , berarti akan datangnya saat-saat mencekam. Aku takut menghadapinya seorang diri. Aku merindukan sekali pada saat-saat seperti ini ada orang yang kupercayai mendampingiku agar aku dapat tidur dengan tenteram. Tetapi siapa ?

Selama dua bulan ini, hanya Siman dan kak Sepe , kedua sanak familiku di Jakarta, yang sekali-sekali datang membesukku. Itupun hanya sebentar. Kadang-kadang hanya sekali seminggu. Kak Sepe kabarnya sudah dapat pekerjaan di bengkel perusahaan bus milik orang Makasar, tidak berapa jauh dari rumah sakit ini. Waktu mereka datang, aku ingin sekali menceriterakan apa yang kurasakan setiap malam. Namun aku pikir percuma. Mereka toh tak dapat menungguiku malam hari. Lagi pula musuh-musuhku seperti ada di mana-mana. Dalam wujud perawat-perawat yang kini mulai kucurigai telah dipengaruhi dan bersekongkol dengan roh-roh jahat yang tak terlihat. Roh-roh ini seperti dapat mendengar, melihat dan mengawasi aku melalui kabel-kabel listrik yang menuju ke rumah sakit ini. Bahkan melalui jendela dan sela-sela lobang angin.

Mereka seakan mengancam,”awas kalau berani mengadu. Sebentar malam tunggu balasannya”. Pernah aku bertengkar dengan seorang perawat hanya karena persoalan garpu. Aku berpikir, tentu para perawat lainnya dan para dokter akan membela rekan mereka lalu semuanya membenciku. Aku benar-benar merasakan keterasingan.

Teman-teman sekantor maupun pimpinan, tak seorang pun yang pernah datang menjenguk. Demikian juga kakak dan isterinya tidak pernah menengokku. Aku sedih, mengapa mereka tidak datang menengokku sekali saja dalam keadaanku yang sekarat ini.

Semua kekalutan pikiran ini terbawa ketika akan tidur. Sering aku periksa sekeliling tempat tidurku, apakah ada suatu alat yang dipasang yang membuat aku tidak tenteram seperti ini malam hari. Tidak ada alat, tak ada kabel dan memang tidak ada apapun. Aku tidak mengerti, aku tidak melihat apa-apa, tetapi setiap malam aku seperti dicengkeram sesuatu yang mengandung arus listrik.

Dalam keadaan sepert itu, pernah seakan-akan aku mendengar suara Siman dan kak Sepe datang menengokku dengan motor Vespa. Tetapi petugas-petugas rumah sakit tidak mengijinkan mereka memasuki halaman rumah sakit. Kudengar mereka bertengkar hebat. Tentu saja membuat aku marah. Tetapi aku tidak berdaya, seperti disandera.

Pernah pula kudengar ibuku yang sudah sepuh hendak datang membesukku disertai kakakku yang perempuan. Mereka sudah masuk halaman rumah sakit, tetapi tidak diperkenankan masuk ke ruangan tempatku berada. Dari dalam jelas kudengar mereka memanggil-manggil aku sambil menangis. Mereka mengetok-ngetok jendela, memohon kepada para perawat untuk diperkenankan masuk menemuiku. Tetapi petugas-petugas rumah sakit tetap berkeras, tidak mau membukakan pintu.

Dari dalam akupun tidak tinggal diam. Aku memprotes. Karena tidak dikabulkan, aku mendesak minta pulang malam itu juga. Aku mengemasi barang-barangku ke dalam ransel. Sambil berkemas, aku mendengar banyak suara hiruk-pikuk seperti melalui pengeras suara. Diantara suara-suara itu seperti ada suara anak-anak yang memanggil namaku sambil mengejek. Pikiranku kacau. Benar-benar kacau. Hanya halusinasi ?

Contact Form

Name

Email *

Message *