Politik, Hukum, Biografi, Agama,Humor, Budaya, Hobi, Ketrampilan, Bahasa, Info-Berita (fakta/masalah>analisis>solusi)
Monday, February 24, 2020
ILC, ANTARA YANG PRO DAN YANG KONTRA
Seorang kerabat yang profesor hukum pernah mengeritik tayangan ILC (Indonesia Lawyers Club) melalui media sosial dan menyebutnya sebagai tayangan buruk. Namun pada medsos yang sama, saya menyanggahnya. Bukan karena Karni Ilyas dan penulis sama-sama ex.kontributor majalah Tempo yang kami banggakan, tetapi karena nyatanya memang sangat bermanfaat untuk peningkatan pengetahuan, meningkatkan daya pikir dan berlatih menimbang-nimbang mana yang benar dan mana yang salah.
Kalau ada kekurangan, mungkin adalah dalam keseimbangan antara jumlah peserta diskusi antara yang pro dan yang kontra mengenai sesuatu topik. Atau kesempatan untuk menyatakan pendapat tidak sama. Cenderung berat sebelah.
Mengapa penulis merasa ILC ini tetap dipertahankan dan tidak dibubarkan seperti diusulkan sementara orang, karena dalam ILC ini ditampilkan tokoh-tokoh yang kompeten atau ahli di bidangnya. Bukan pembicara abal-abal. Dengan mengkuti diskusi dan perdebatan dari para orang-orang pintar ini, para pemirsa dapat lebih dimantapkan lagi pengetahuannya mengenai suatu hal karena telah diuji oleh para ahlinya dari dua arah yang berbeda.
Pemirsa yang tingkat pengetahuannya mengenai suatu hal, semula mungkin cuma setingkat rata-rata SMA, bisa meningkat setingkat sarjana bahwa doktor. Apalagi bila dalam diskusi ILC ini ditambah lagi dengan ceritera-ceritera pengalaman lapangan oleh para praktisi. Pengetahuan pemirsa akan lebih dilengkapi lagi. Karena apa yang terjadi di lapangan terkadang tidak ada di kertas teori***
MUNGKIN PROF.YUDIAN TERTAWA, HA HA HAAA.....!!!
Setelah
selesai mengikuti tayangan ILC (Indonesian Lawyer Club) berjudul “Agama musuh besar Pancasila” di Tvone Selasa
tanggal 18 Februari dan diulang kembali Minggu malam tanggal 23 Februari 2020,
mungkin Prof.Yudian Wahyudi akan tertawa terbahak-bahak.
Mengapa ? Kepala
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang juga tokoh NU, Kiyai dan Rektor
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu mungkin akan merasa lucu melihat ungkapan antagonis
yang sebelum dilemparkannya telah membuat para kolega profesornya, tokok agama,
politisi dan budayawan nampak kebingungan. Mengapa gerangan Profesor Yudian
membuat pernyataan aneh itu. Kepala BPIP, Lembaga pretisius bentukan Presiden
itu, yang seharusnya menjadi tokoh terdepan untuk merekatkan Pancasila dengan
agama-agama yang diakui negara, malah terkesan mempertentangkannya.
Ada yang
semula mengira, hanya kepleset lidah. Tapi setelah meneliti dengan hati-hati
dan cermat keseluruhan isi video paparan Prof. Yudian, tiba juga pada
kesimpulan, ucapan Kepala BPIP itu keliru. Apalagi ia sudah melakukan
klarifikasi. Meski begitu, tanda-tanya dibalik misteri ucapan pimpinan lembaga binaan
para tokoh sesepuh bangsa itu, tidak juga hilang-hilang. Sampai-sampai Karny Ilyas,
President ILC hampir tak mampu mengendalikan panasnya diskusi. Terlebih ketika
salah seorang pendebat mengatakan, dalam sejarah hanya komunis yang selalu
menentang agama. Lalu mempertanyakan apakah BPIP bentukan Presiden itu tidak
terpapar faham komunis ? Peserta dari pihak pendukung pemerintah sontak berang
dan balik mempertanyakan keprofesoran mitra debatnya.
Pada
akhirnya, sebagian besar berkesimpulan ucapan Yudian itu memang tidak etis
dalam kedudukannya sebagai Kepala BPIP. Karena itu dianjurkan agar mengundurkan diri atau dikaji kemungkinan
memprosesnya secara hukum.
Bagi
penulis, tentu Yudian yang profesor hukum dan Syariah ini bukan tidak mempunyai
maksud dengan mengeluarkan pernyataan antagonis ini. Saya menduga ini adalah
suatu stategi dengan tujuan agar warga bangsa ini lebih serius lagi mendalami
makna Pancasila dan menyatakan ketegasan sikapnya terhadap ideologi Pancasila.
Kini Prof Yudian bisa mendata mana para tokoh yang besar-benar Pancasilais sejati,
lahir batin, mana yang masih abu-abu dan mana yang masih alergi terhadap Pancasila.
Mungkin dalam pikiran Yudian, barangkali saja setelah melemparkan ungkapan itu,
ada yang akan terpancing nyeletuk : “ Ya, benar itu Profesor. Saya setuju
dengan Anda”. Nah, ketahuan belangnya. Mungkin ia agak kecewa. Karena masih
banyak tokoh yang belum dapat ditebak sikapnya.
Jadi, ini mungkin
saja suatu strategi psycological warfare
dalam rangka kritalisasi pendukung sejati Pancasila sebagai ideologi negara.
Atau setidak-tidaknya sebagai humor tingkat tinggi . Yang tidak semua orang
bisa memahaminya. Karena tak mungkinlah Prof.Yudian yang Kepala Badan Pembina Ideologi
Pancasila berbalik mempertentangkan agama dengan Pancasila. Sedangkan dia
sendiri adalah tokoh agama, Kiyai, dan Rektor Universitas Islam Negeri yang
sangat dihormati. MPR, yang telah menugaskan dirinya sendiri melalui
keputusannya untuk memasyarakatkan idelogi Pancasila pada rakyat, terbukti tak
ada gaungnya. Agaknya, memang perlu sekali-sekali menggunakan cara-cara
inkonvensinil.***(Sam Lapoliwa).
PERLUNYA PEMANTAUAN CUACA DI HULU SUNGAI
**Jatuhnya
korban jiwa sepuluh remaja siswa SMP akibat bencana banjir di Sleman Daerah Istimewa
Jogyakarta tanggal 21 Februari 2020 yang lalu membuat semua orang prihatin. Penulis lalu teringat
kembali seorang sahabat, aktivis dan ketua Dewan Mahasiwa IKIP Negeri Jakarta tahun 70-an(sekarang-UIN)
yang menjadi korban banjir. Teman ini sering datang ke kantor kami, redaksi
Harian KAMI (Kesatuan Mahasiswa Indonesia) dan sering pula bertemu di Gedung
Kebudayaan Cekoslovakia Jakarta.
Suatu hari
ia memimpin serombongan mahasiswa IKIP melakukan kegiatan di pinggir sungai
yang melewati Kebun Raya Bogor. Meski cuaca cerah, tiba-tiba saja datang banjir
bandang yang menyapu para mahasiswa tersebut. Banyak yang jadi korban,
termasuk teman ini.
Dari penyelidikan
kemudian diketahui, pihak pengelola pintu air di Katulampa Bogor agak di hulu saat itu
membuka semua pintu-pintu air dengan maksud mengelonsorkan atau membersihkan
sampah-sampah di sepanjang kali yang melewati tempat wisata itu. Sayangnya, tidak
terlintas dalam pikiran mereka akan kemungkinan adanya warga masyarakat atau
wisatawan yang sedang melakukan kegiatan di sepanjang pinggir sungai. Akibat
kelalaian mereka terjadilah bencana itu.
Belajar dari
kedua peristiwa tragis ini, agaknya perlu dilakukan evaluasi atas persiapan-persiapan
yang perlu dilakukan dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang di pinggir
kali. Terutama yang berpotensi banjir. Para mahasiswa, pelajar, calon taruna
militer, pramuka, olah raga arum jeram dsbnya perlu mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya. Cukup tenaga pendamping yang kompeten, peralatan bantuan
darurat dan sebagainya. Perlu juga mengamati tanda-tanda alam di hulu sungai. Apakah
mendung dengan awan hitam, bahkan mungkin sudah ada tanda-tanda hujan lebat.
Lebih baik lagi bila ada instansi pemerintah, lembaga masyarakat atau
perorangan yang dapat diminta bantuannya untuk menginformasikan bila terjadi
hujan lebat di hulu. Atau yang sewaktu-waktu dapat dihubungi menanyakan keadaan
cuaca di kawasan hulu sungai.
Di sisi
lain, para pengelola yang diberi tanggungjawab mengatur aliran sungai, perlu
juga senantiasa menjaga keselamatan masyarakat di sepanjang aliran sungai. Bila
ada rencana pengelonsoran aliran air dengan membuka pintu-pintu air atau
mengalihkan aliran air di percabangan sungai, agar diinformasikan terlebih
dahulu ke perangkat-perangkat pemerintah desa sepanjang kali. Selanjutnya
diumumkan sebagai peringatan dini (alaram) kepada warga untuk waspada, Bahkan siap-siap untuk diungsikan bila dianggap
perlu. Misalnya dengan meminta bantuan para pengurus masjid yang memiliki
pengeras suara.
Sebelumnya, ratusan siswa SMPN 1 Turi, Kabupaten Sleman terseret arus banjir di Sungai Sempor, Padukuhan Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta saat kegiatan Pramuka dengan agenda susur sungai, Jumat (21/2/2020) sekitar pukul 15.30 WIB. Kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi ini diikuti sekitar 257 siswa. Pada saat turun ke sungai di lokasi belum hujan, tetapi di hulu sudah hujan.***
Sebelumnya, ratusan siswa SMPN 1 Turi, Kabupaten Sleman terseret arus banjir di Sungai Sempor, Padukuhan Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta saat kegiatan Pramuka dengan agenda susur sungai, Jumat (21/2/2020) sekitar pukul 15.30 WIB. Kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi ini diikuti sekitar 257 siswa. Pada saat turun ke sungai di lokasi belum hujan, tetapi di hulu sudah hujan.***
atusan siswa SMPN 1
Turi, Kabupaten Sleman terseret arus banjir di Sungai Sempor, Padukuhan
Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta saat kegiatan Pramuka dengan agenda susur sungai, Jumat
(21/2/2020) sekitar pukul 15.30 WIB.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan
mengatakan kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi ini diikuti sekitar 257 siswa.
"Kegiatan yang dilakukan yakni susur Sungai Sempor, pada saat turun ke
sungai di lokasi belum hujan, tetapi di hulu sudah hujan," katanya
seperti ditulis Antara.
Baca juga: Susur Sungai Bagi-bagi Bendera Merah Putih ke Warga
Ia mengatakan, saat ini proses evakuasi dan pendataan anak-anak di
sekolah sedang dilakukan.
"Sedangkan tim SAR gabungan masih menyisir sepanjang aliran Sungai
Sempor," katanya.
Ia mengatakan, data sementara 257 siswa ikut Pramuka susur sungai, yang
sudah terdata di sekolah 154 anak.
"Ada yang langsung pulang, kondisi luka luka empat dibawa ke Klinik SWA,
empat dibawa ke Puskesmas Turi, satu dibawa ke Klinik Purihusada,"
katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Susur Sungai, Ratusan Siswa SMPN di Sleman Terseret Arus Banjir ", https://regional.kompas.com/read/2020/02/21/18194441/susur-sungai-ratusan-siswa-smpn-di-sleman-terseret-arus-banjir.
Editor : Khairina
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Susur Sungai, Ratusan Siswa SMPN di Sleman Terseret Arus Banjir ", https://regional.kompas.com/read/2020/02/21/18194441/susur-sungai-ratusan-siswa-smpn-di-sleman-terseret-arus-banjir.
Editor : Khairina
Saturday, February 22, 2020
SADIS !!, HAMPIR SERIBU JAMBANG BAYI DIGUGURKAN
Naskah asli Sumoah Hypocrates |
Hypocrates, bapa Kedokteran |
Memang
mengerikan ! Sudah 903 janin bayi yang digugurkan dalam waktu 21 bulan !. Itu
yang baru diakui para pelakunnya ketika klinik gelap di Jalan Paseban Jakarta
Pusat itu ketika digerebeg polisi tanggal 15 Pebruari 2020 lalu. Salah satunya
yang sempat ditemukan karena baru digugurkan berusia sekitar 6 bulan.
Baru tiga
tersangka yang ditahan. MM, seorang dokter umum yang pernah dipecat karena masalah
disiplin, RM seorang bidan yang ikut membantu dan sekaligus sebagai calo serta
SI petugas klinik. Tetapi dari hasil pemeriksaan pendahuluan praktek aborsi
ilegsl ini disebut-sebut melibatkan sejumlah dokter lainnya serta sekitar 50
bidan yang pernah ikut mengirimkan pasien ke klinik ilegal itu.
Menurut
pengakuan para tersangka, dari 1.632 pasien yang terdaftar dalam kurun waktu 21
bulan itu 903 janin telah digugurkan. Kebanyakan dari mereka yang hamil di luar
nikah, ada karena gagal KB dan ada pula karena ketentuan tempat kerja yang menyaratkan
tidak hamil. Sedangkan tarip tergantung dari usia kandungan. Satu bulan 1 juta
, 2 bulan 2 juta, 3 bulan 3 juta dan 4 ke atas antara 4 juta sampai 15 juta
rupiah. Selama 21 bulan menjalankan praktek sadis itu mereka telah mendapatkan
uang 5.5 milyard rupiah.
Menurut
pihak Kepolisian, para tersangka dijerat Pasal 83 Juncto Pasal 64 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan atau Pasal 75 ayat (1), Pasal
76, Pasal 77, Pasal 78 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan
atau Pasal 194 Jo Pasal 75 ayat (2) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Juncto Pasal 55, 56 KUHP. Ancaman hukuman lebih dari 10 tahun penjara.
Membaca
berita ini, wajarlah kalau dipertanyakan moral dan hidup keagamaan orang-orang
ini. Hanya untuk mendapatkan uang tega-teganya melakukan pembinuhan yang
jumlahnya tidak jauh beda dengan jumlah korban virus Corona di Tiongkok. Apakah mereka masih beragama. Dan kalau
beragama apakah mereka tidak takut lagi kepada Tuhan ? Dan oknum dokter dan
oknum-oknum paramedis ini masih ingatkah Kode Etik Kedokteran Indonedsia (KODEKI) dan
Sumpah Hypocrates, bapak kedokteran segala zaman yang mewajibkan setiap dokter
dan tenaga medis agar selalu menjunjung
tinggi martabat manusia.
Dalam
sebuah wawancara penulis sebagai
kontributor Majalah “Oikoumene”
terbitan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dengan KH. Nazarudin
Latif sebagai Humas MUI (Majelis Ulama Indonesia) sekitar tahun 70-an, beliau
mengatakan, nyawa manusia itu diperkirakan sudah ada pada janin setelah berusia
diatas 3 bulan. Segelum itu janin sebagai wujud manusia bernyawa belum tumbuh
sempurna. Ia ibaratkan, kalau kayu-kayu bahan kursi belum dirangkai belumlah
menjadi kursi yang sempurna. Nah, ini ketika penggerebegan dilakukan, masih
ditemukan janin berusia sekitar 6 bulan yang baru digugurkan dengan paksa. Janin-janin
lainnya telah dibuang ke dalam septic tank,
Kami
kutipkan di sini dua pasal dari KODEKI sbb : Pasal 8 Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya,
memberikan pelayanan secara kompeten dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.Pasal 11: Setiap
dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup
makhluk insani.
Lalu dua bagian dari sumpah Hypocrates, 400 tahun SM di zaman
Yunani kuno yang kami kutip dari Wikipedia
sebagai berikut :
· ** Saya akan
menggunakan pengobatan untuk menolong orang sakit sesuai kemampuan dan
penilaian saya, tetapi tidak akan pernah untuk mencelakai atau berbuat salah
dengan sengaja. Tidak akan saya memberikan racun kepada siapa pun bila diminta
dan juga tak akan saya sarankan hal seperti itu.
·
** Juga
saya tidak akan memberikan wanita alat untuk menggugurkan kandungannya, dan
saya akan memegang teguh kemurnian dan kesucian hidup saya maupun ilmu saya.
Saya tak akan menggunakan pisau, bahkan alat yang berasal dr batu pada
penderita(untuk percobaan), akan tetapi saya akan menyerahkan kepada ahlinya. - Sam Lapoliwa ***
Friday, February 21, 2020
NGERI, PENCULIKAN SADIS ANAK-ANAK ……
Baru saja saya melihat gambar di WA dengan
penjelasan yang membuat hati terasa miris. Sejumlah anak-anak kecil ditemukan
dalam keadaan menyedihkan, terbius dalam kotak yang disamarkan dengan
kandang-kandang ayam. Kabarnya anak-anak ini akan dibawa ke Thailand dan di sana
akan dibunuh dan diambil organ-organ tubuh mereka untuk diperjual-belikan.
Mudah-mudahan tidak benar dan hanya hoax.
Masih segar dalam ingatan peristiwa bulan Nopember tahun lalu, Ahmad
Yusuf Ghazali, bocah berusia tahun,
hilang ketika dititipkan orangtuanya di sebuah PAUD tak jauh dari rumah mereka
di Samarinda, Kalimantan Timur. Dua minggu kemudian baru ditemukan dalam parit
dengan beberapa organ tubuhnya yang hilang.
Lalu, belum
lama ini pula, penduduk beberapa desa di Kabupaten Morowali pernah pula ramai
menyatakan kecemasan mereka melalui media sosial oleh munculnya seorang wanita
misterius yang sering mencoba mendekati
anak-anak kecil.
Meskipun
berita terakhir ini belum pernah ada kejelasannya, namun ini bisa menjadi
peringatan untuk para orangtua dan para guru di sekolah, pengelola taman
bermain dsbnya untuk lebih waspada.
Terlebih
kepada aparat Kepolisian yang digaji dan diperlengkapi Negara untuk melindungi
rakyat agar lebih proaktif lagi melakukan
inspeksi / patroli dan penyelidikan. Tidak hanya menunggu laporan. Terutama
para anggota polisi yang ditugaskan sebagai Binmas (pembinaan masyarakat) di
desa-desa atau Kelurahan wajib segera bergerak melakukan penyelidikan bila
mendapat informasi mengenai hal-hal yang mengganggu ketenteraman masyarakat.
Mereka harus segera memberi penjelasan kepada warga mengenai setiap informasi
yang meresahkan. Biar warga bisa kembali tenteram bila berita itu tidak benar .
Tetapi kalau benar, dijelaskan apa yang telah dilakukan polri terhadap para
pelakunya dan dimknta agar masyarakat diminta ikut waspada.
Adanya
gangguan keamanan di suatu wilayah, apalagi bila terjadi berulang kali , dapat
menjadi petunjuk ketidakmampuan atau kegagalan pimpinan polisi di wilayah itu dalam
melakukan kewajibannya memberikan rasa
aman kepada masyarakat, sehingga tidak layak dipromosikan.***
Subscribe to:
Posts (Atom)