Monday, February 24, 2020

MUNGKIN PROF.YUDIAN TERTAWA, HA HA HAAA.....!!!


Setelah selesai mengikuti tayangan ILC (Indonesian Lawyer Club) berjudul “Agama musuh besar Pancasila” di Tvone Selasa tanggal 18 Februari dan diulang kembali Minggu malam tanggal 23 Februari 2020, mungkin Prof.Yudian Wahyudi akan tertawa terbahak-bahak.

Mengapa ? Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang juga tokoh NU, Kiyai dan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu mungkin akan merasa lucu melihat ungkapan antagonis yang sebelum dilemparkannya telah membuat para kolega profesornya, tokok agama, politisi dan budayawan nampak kebingungan. Mengapa gerangan Profesor Yudian membuat pernyataan aneh itu. Kepala BPIP, Lembaga pretisius bentukan Presiden itu, yang seharusnya menjadi tokoh terdepan untuk merekatkan Pancasila dengan agama-agama yang diakui negara, malah terkesan mempertentangkannya.

Ada yang semula mengira, hanya kepleset lidah. Tapi setelah meneliti dengan hati-hati dan cermat keseluruhan isi video paparan Prof. Yudian, tiba juga pada kesimpulan, ucapan Kepala BPIP itu keliru. Apalagi ia sudah melakukan klarifikasi. Meski begitu, tanda-tanya dibalik misteri ucapan pimpinan lembaga binaan para tokoh sesepuh bangsa itu, tidak juga hilang-hilang. Sampai-sampai Karny Ilyas, President ILC hampir tak mampu mengendalikan panasnya diskusi. Terlebih ketika salah seorang pendebat mengatakan, dalam sejarah hanya komunis yang selalu menentang agama. Lalu mempertanyakan apakah BPIP bentukan Presiden itu tidak terpapar faham komunis ? Peserta dari pihak pendukung pemerintah sontak berang dan balik mempertanyakan keprofesoran mitra debatnya.

Pada akhirnya, sebagian besar berkesimpulan ucapan Yudian itu memang tidak etis dalam kedudukannya sebagai Kepala BPIP. Karena itu dianjurkan agar  mengundurkan diri atau dikaji kemungkinan memprosesnya secara hukum.

Bagi penulis, tentu Yudian yang profesor hukum dan Syariah ini bukan tidak mempunyai maksud dengan mengeluarkan pernyataan antagonis ini. Saya menduga ini adalah suatu stategi dengan tujuan agar warga bangsa ini lebih serius lagi mendalami makna Pancasila dan menyatakan ketegasan sikapnya terhadap ideologi Pancasila. Kini Prof Yudian bisa mendata mana para tokoh yang besar-benar Pancasilais sejati, lahir batin, mana yang masih abu-abu dan mana yang masih alergi terhadap Pancasila. Mungkin dalam pikiran Yudian, barangkali saja setelah melemparkan ungkapan itu, ada yang akan terpancing nyeletuk : “ Ya, benar itu Profesor. Saya setuju dengan Anda”. Nah, ketahuan belangnya. Mungkin ia agak kecewa. Karena masih banyak tokoh yang belum dapat ditebak sikapnya.

Jadi, ini mungkin saja suatu strategi psycological warfare dalam rangka kritalisasi pendukung sejati Pancasila sebagai ideologi negara. Atau setidak-tidaknya sebagai humor tingkat tinggi . Yang tidak semua orang bisa memahaminya. Karena tak mungkinlah Prof.Yudian yang Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila berbalik mempertentangkan agama dengan Pancasila. Sedangkan dia sendiri adalah tokoh agama, Kiyai, dan Rektor Universitas Islam Negeri yang sangat dihormati. MPR, yang telah menugaskan dirinya sendiri melalui keputusannya untuk memasyarakatkan idelogi Pancasila pada rakyat, terbukti tak ada gaungnya. Agaknya, memang perlu sekali-sekali menggunakan cara-cara inkonvensinil.***(Sam Lapoliwa).


No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *