Sunday, February 2, 2020

Mengapa ada penolakan Observasi WNI Asal Tiongkok di Natuna ?


Ya, mengapa ada penolakan ? Alasan yang disuarakan warga Natuna yang berunjuk rasa, adalah khawatir mereka akan ketularan virus Corona yang terbawa oleh WNI yang baru dievakuasi tersebut.
Namun menurut penulis, penolakan tersebut mungkin disebabkan juga kesalahpahaman dari penjelasan para pejabat yang terkesan kurang “nyambung” sehingga apa yang dikatakan seperti  bertentangan dengan logika.
Beberapa pejabat mengatakan, para WNI yang dievakuasi itu sebelum berangkat ke Indonesia semuanya diperiksa kesehatannya di Tiongkok dan dinyatakan sehat. Jadi semua WNI yang dievakuasi itu orang-orang sehat semua.
Nah, logika sederhana mengatakan, kalau memang mereka telah dinyatakan sehat semuanya, mengapa  tidak langsung dipulangkan saja ke keluarga mereka masing-masing ? Kontras dengan apa yang mereka lihat. Semua instansi terkait nampak demikian sibuk menyiapkan tempat terisolir, menyiapkan para dokter dan petugas khusus anti kontaminasi dengan memakai masker .Semuanya untuk mengobservasi mereka.
Jadi kekuatiran mereka, WNI yang dievakuasi itu sebenarnya belum  sepenuhnya meyakinkan sehat. Sehingga perlu observasi lebih lanjut. Sayangnya, penjelasan yang kurang lengkap ini mungkin telah  telanjur memberi kesan informasi dari beberapa pejabat tersebut kurang jujur. Kenapa tidak dikatakan terus terang saja. Bahwa meskipun di Tiongkok mereka telah dinyatakan sehat, kita merasa perlu mengecek ulang lagi dengan lebih teliti oleh dokter spesialis kita sendiri yang ahli dengan peralatan yang lebih canggih. Perlu dijelaskan secara sistematis, bahwa ada masa inkubasi virus corona  sekitar dua minggu, sejak seseorang tertular sampai penyakitnya menunjukan gejala-gejalanya. Seperti panas, demam dan batuk. Mungkin saja ketika dicek kesehatan mereka di Tiongkok masa inkubasi itu baru mulai, semuanya masih normal sehingga dinyatakan sehat. Kalau gejala-gejala itu tidak muncul selama dua minggu masa observasi, barulah boleh dinyatakan dengan meyakinkan seseorang benar-benar sehat dan tak terinfeksi.
Dan patut diketahui pula bahwa penanganan terhadap WNI asal Tiongkok ini adalah dalam rangka juga mematuhi protokol PBB (WHO). Negara asal mereka (Tiongkok) wajib memeriksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mereka yang akan dijemput benar-benar dalam keadaan sehat.  PBB tak mengijinkan sebuah negara mengirim seseorang yang terpapar keluar dan masuk ke negara lain. Terbukti memang ada WNI yang tak diijinkan ikut tim penjemput karena ada indikasi telah terpapar virus Corona.
Meskipun di negara asal telah diperiksa dan dinyatakan sehat, negara tujuanpun diwajibkan WHO melakukan observasi  pada para pihak yang bersangkutan selama empatbelas hari sampai lewat masa inkubasi. Setiap negara termasuk Tiongkok dan Indonesiapun wajib mematuhi ketentuan PBB ini.
Lalu, mengapa observasi perlu dilakukan terpusat di satu tempat ? Kalau para WNI dari Tiongkok itu dikirim dan diobservasi di rumahsakit wilayah masing-masing, pasti akan timbul kesulitan karena belum tentu setiap rumahsakit di daerah memiliki peralatan yang memadai, demikian juga dokter ahli di bidang penyakit yang disebabkan virus. Apalagi ini menyangkut penyakit yang disebabkan virus jenis baru. Kalau terpusat, observasi lebih mudah dikordinasikan, peralatan yang dibutuhkan lebih mudah disediakan.
Sedangkan kalau para WNI asal Tiongkok ini dibiarkan langsung pulang ke keluarga mereka tanpa melalui masa observasi, mungkin  akan menimbulkan reaksi penolakan dari warga sekitar bahkan oleh keluarga sendiri. Konon, ada  warga Cina dari Wuhan pulang ke kampungnya masih dalam keadaan sehat. Tetapi oleh keluarganya ia dikurung dalam kamar yang dipalangi papan dan tak seorangpun boleh mendekati dan berkomunikasi dengannya.
Lalu mengapa di Natuna ? Konon, pernah terbesit berita, semula observasi akan dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta.Tapi kemudian dibatalkan. Mungkin karena di sana terdapat juga banyak pasien umum yang mungkin akan terganggu. Disamping itu rumahsakit ini juga dikelilingi rumah-rumah penduduk. Akhirnya ditetapkanlah di pangkalan militer Natuna. Bukan saja karena lokasinya jauh dari lokasi pemukiman penduduk, tapi juga akan lebih memudahkan penanganan, karena kebanyakan paramedisnya orang-orang militer.
Dengan uraian ini diharapkan warga Natuna dapat lebih paham dan mendukung dan mdenerima program kemanusiaan pemerintah ini. Memang dalam situasi darurat , sering kita terbeban  ikut berkorban untuk sesama anak bangsa yang lagi kesusahan seperti para WNI yang baru diungsikan dari Tiongkok ini.  Apalagi pemerintah telah memeberikan jaminan tak akan terjadi apa-apa. Dan kalau toh ada juga dampak negatifnya, tentu saja pemerintah tak akan tinggal diam membiarkan mereka.
Sangat disayangkan kalau seorang wakil Bupati yang notabene adalah pejabat pemerintah ikut-ikut menyuarakan penolakan. Lebih pantas disuarakan oleh anggota legislatif sebagai wakil rakyat. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *