Monday, February 10, 2020

ALTERNATIF PERINGATAN DINI BANJIR JAKARTA


Nampaknya upaya penanggulangan banjir di kota Jakarta belum juga banyak kemajuan. Di saat terjadi hujan lebat di hulu sungai-sungai yang bermuara di Jakarta,  banjir di ibukota negera ini tetap saja tak terhindarkan.
Maka untuk mencegah terjadinya kerugian warga yang lebih besar, baik korban jiwa maupun kerugian harta benda, faktor peringatan dini sangatlah penting. Bila bahaya yang bakal mengancam dapat diinformasikan lebih awal, maka warga Jakarta akan masih memiliki waktu yang cukup untuk bebenah. Memindahkan atau menitipkan  harta benda yang biasanya ditaruh di lantai dasar seperti mobil dan sepeda motor di garasi ke tempat lain seperti di rumah saudara, teman atau tempat lain yang aman dari banjir.
Para pedagang masih sempat memindahkan barang-barang dagangan mereka dari lantai toko ke ke tempat yang lebih tinggi sehingga terhindar dari kerugian. Dan yang paling utama adalah mengungsikan anggota-anggota keluarga yang rawan terserang penyakit akibat banjir.
Pada peristiwa banjir besar setelah keramaian menyambut sukacita tahun baru tanggal 1 Januari malam yang lalu, telah jatuh beberapa korban jiwa. Disamping itu kerugian harta benda cukup besar dan belum pernah terdata.
Belajar dari pengalaman ini Gubernur Anies Baswedan lalu menginisiasi pengadaan alat pengeras suara di tiap kelurahan. Kepada para Kepala Kelurahan diinstruksikan di saat bencana banjir terjadi, mereka harus keluar berkeliling memberi peringatan kepada warganya untuk waspada dan mencari tempat yangg lebih aman serta bersiap-siap dievakuasi bila diperlukan.
Belum ada informasi apakah cara ini cukup efektif. Faktanya, dalam beberapa kasus bencana seperti di Aceh, Palu dan beberapa tempat lainnya, para pamong setempat tak nampak tampil mengendalikan situasi, menguatkan warganya yang tengah mengalami musibah serta memberikan petunjuk-petunjuk apa yang perlu dilakukan. Mungkin mereka sendiri sedang panik dan tengah sibuk menyelamatkan keluarga dan harta miliknya.
Agaknya patut dicontoh apa yang telah dilakukan almarhum Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB yang  memanfaatkan media televisi menyampaikan informasi terus-menerus mengenai berbagai hal  ketika terjadi gempa tsunami dahsyat di Palu. Padahal beliau sendiri sedang dalam perawatan dokter. Hal yang sama juga dilakukan mantan Gubernur Ahok ketika terjadi banjir besar pada masa pemeritahannya di DKI Jakarta.
Ia menempatkan petugas-petugas pemantau banjir di pintu-pintu air Katulampa Bogor, Depok dan Manggarai dan secara terus-menerus menyampaikan perkembangan tinggi air melalui tayangan langsung di televisi sehingga seluruh warga yang  menyaksikan dapat melihat sendiri lalu bersiap-siap mengantisipasinya.
Menurut penulis,  daripada menghabiskan anggaran untuk membeli perangkat pengeras suara lebih baik Pemda DKI mengadakan kontrak kerjasama dengan satu atau dua stasiun televisi nasional yang untungnya semua berlokasi di Jakarta. Agar mereka menyediakan kesempatan penayangan khusus secara terus-menerus perkembangan banjir di musim hujan serta memberikan petunjuk apa yang perlu dilakukan  warga Jakarta, khususnya di lokasi-lokasi yang sudah menjadi langganan banjir. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *