Sunday, May 30, 2010

Riwayat si Buduk


Kami namakan dia Si Buduk karena memang waktu ditemukan sekujur tubuhnya budukan. Sekarang sudah tinggi besar bak anjing herder. Kisah penemuannya cukup dramatis. Begini ceritanya. Pada suatu pagi ada seekor anak anjing liar berbulu hitam kecoklatan ditubruk mobil tidak jauh dari depan rumah kami.

Istri saya yang memang dari keluarga penyayang binatang ikut bergegas melihat makhluk malang yang saat itu sudah tergolek diam di atas aspal. Ingin tahu apakah masih hidup atau sudah mati, istri saya menggerak-gerakan ekor binatang itu dengan ujung kakinya. Tapi tiba-tiba hewan itu membalikkan badannya dan menggigit kaki istri saya.

Dengan darah mengucur keras istri saya berlari pulang. Bagian bawah betis kaki yang terluka itu segera ku ikat kuat untuk menghambat kucuran darah dan mencegah darah bekas gigitan anjing itu menjalar ke jantung. Sekitar luka kubersihkan dengan lap air hangat kemudian ku isap keluar darahnya, untuk mengeluarkan kemungkinan adanya kuman rabies atau bakteri penyakit lainnya.

Setelah itu kami berkeliling kota mencari rumah sakit atau klinik yang dapat memberikan suntikan anti rabies. Sungguh aneh, rumah-rumah sakit di Bogor tak ada yang memiliki vaksin itu dan menyarankan supaya ke Bandung. Akhirnya kami minta diberikan tablet-tablet antibiotik saja. Untunglah akhirnya dapat berangsur sembuh.

Nasib anak anjing itu ? Kami pikir nasibnya sudah tamat karena warga sekitar kami umumnya menganggap anjing binatang haram. Tapi seminggu kemudian, sekelompok anak-anak yang naik di atas tembok dekat anak anjing malang itu ditubruk, berteriak-teriak. Mereka melempar-lembar ke tanah kosong dan bersamaan dengan itu terdengar teriak anjing terkaing-kaing !

Saya segera pergi melihat apa yang terjadi. Dan benar di antara semak-semak di bawah pohon pisang terlihat anak anjing yang sebelumnya tertabrak itu tengah meringkuk dan menggigil seperti kedinginan atau ketakutan. Saat itu musim hujan dan kota kami memang terkenal sebagai kota hujan dan dingin. Makanya kami heran, anjing itu masih dapat bertahan hidup.Sangat memprihatinkan. Kurus, berbau dan tentu lapar.

Saya pulang ke rumah mengambil nasi lengkap dengan lauknya sepotong daging. Ketika makanan kusodorkan dengan hati-hati, ia pun mendekat perlahan-lahan menggoyang-goyangkan kepala dan kedua telinganya. Itulah tanda seekor anjing menunjukkan persahabatannya. Tak lama kemudian makanan itu habis dilahapnya. Ia memang lapar.

Aku bermaksud membawa untuk merawat anjing itu. Tapi bagaimana caranya ? Memegangnya, nanti digigit lagi. Dijerat, nanti mati atau dia marah merasa dianiaya lagi. Akhirnya aku ingat ada kandang kucing terbuat dari kawat di rumah. Salah satu dindingnya merangkap sebagai pintunya yang dapat diangkat tutup.

Saya menambah makanannya. Ketika ia sedang makan, ku sungkup dan ku serok dia ke
dalam kadang lalu ku tutup. Maka dengan mudah dapatlah aku membawanya pulang. Sekujur
tubuhnya terdapat luka-luka, budukan dan berbau. Lalat-lalat mulai berdatangan.

Kupikir, anjing ini mesti dimandikan. Caranya ? Dari sela-sela jeruji kandang itu ku ikatkan tali ke lehernya dan ujung talinya ku tarik di antara sela-sela dinding yang berlawanan dengan pintu dan ku ikatkan. Dengan seember air yang telah kuberi larutan sabun mandi yang wangi ku mandikan dan ku sikat kekujur tubuh anjing itu melalui pintu kandang yang kini sudah dapat ku buka. Sesudah itu ku siramkan air yang dicampur dengan minyak tanah ke sekujur tubuhnya untuk menghilangkan bau dan mengobati luka-lukanya.

Ternyata kesehatan si Buduk cepat pulih. Makin jinak dan makin besar. Ketika mulutnya ku buka, gigi-giginya sangat tajam seperti jarum. Maka untuk mengurangi bahaya bila suatu ketika ia lepas dan menggigit orang, maka ujung-ujung giginya ku tumpulkan sedikit dengan kikir. Mendengar suara anak-anak ia sangat marah. Mungkin ingat waktu dilempar-lempari dulu.

Ia kami tugaskan menjaga keamanan samping rumah yang bersebelahan dengan tanah kosong. Sekali seminggu ku bawa dia berjalan-jalan keluar untuk tidak terlalu jenuh karena lama diikat. Bergantian dengan Nuvo dan Pluto. Tak boleh bersamaan, karena ketiganya jantan, maka kalau bertemu cenderung berkelahi. ***

NAMBAH HUTANG LAGI, NAMBAH HUTANG LAGI !!!

Pemerintah negeri ini seperti keranjingan membuat hutang baru untuk rakyat. Sedikit-sedikit membuat hutang. Menurut Detik Com, Utang pemerintah Indonesia sampai akhir April 2010 tercatat sebesar Rp 1.588,02 triliun.

Utang Pemerintah dalam mata uang dolar AS, meningkat cukup banyak. Per 30 April 2010,mencapai US$ 176,21 miliar, naik dari posisi akhir Desember 2009 yang sebesar US$ 169,22 miliar.

Belum cukup juga, Bank Dunia telah menyetujui hutang baru kepada Indonesia senilai US$ 200 juta untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Pinjaman kebijakan pembangunan atau Development Policy Loan (DPL) ini merupakan yang pertama kali diberikan kepada RI.

Bahkan menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa Presiden SBY akan ke Oslo Norwegia untuk membahas masalah itu, menggalang dana bantuan sebesar US$ 1 miliar untuk menjaga hutan-hutan di Indonesia.

Kapan negeri ini bebas dari lilitan hutang. Istilahnya bantuan. Kalau hibah, memang
membantu. Kalau hutang bilang hutang, jangan disebut "bantuan" karena melilit. Dan patut diduga para koruptor, baik lama atau baru, kini mulai sibuk merancang "rekayasa" baru yang lebih canggih untuk menyatroni uang utangan itu.

Menurut sejarah, Kompeni-Belanda dulu bangkrut karena korupsi dan hutang. Karena itu mereka sportif menyatakan diri tak mampu lagi mengelola negara lalu membubarkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada Sri Ratu.

Dengan hutang begitu banyak, mestinya para pengelola negara yang gampangan membuat hutang ketimbang mendorong potensi negeri ini produktif, diganti saja dengan yang kreatif.

TEGA-TEGANYA .............!

Ibu Sri Mulyani telah pergi. Mantan Menteri Keuangan itu menjelang keberangkatannya banyak menitikan air mata. Di depan layar acara televisi saja, entah sudah berapa kali dia harus berusaha keras menahan perasaannya untuk tidak meangis. Namun gejolak hati yang begitu mendera, sang air mata tak urung juga berjatuhan.

Dapatlah kita bayangkan berapa banyak sudah air mata yang tercurah ketika ia menyendiri atau kepada siapa yang ia biasanya percayai untuk curhat, mencurahkahkan isi hati, unek-uneknya.

Kita hanya dapat membayangkan bagaimana sebetulnya selama ini tokoh wanita yang jenius ini, dibalik penampilan yang nampaknya tegar, rupanya ia cukup menderita batin. Di dera oleh rangkaian pemeriksaan Pansus DPR dengan pertanyaan yang tajam-tajam menyangkut kebijakannya dalam kasus Bank Century selaku Ketua KSSK. Didera oleh kasus pengemplangan pajak yang menyangkut pengusaha Aburizal Bakry yang tidak lain adalah mantan koleganya sendiri dalam Kabnet.

Sebagai Menteri Keuangan, katanya tidak boleh menangis. Sebab pasar uang dan pasar modal bisa jatuh.Bayangkan, demi kepentingan bangsa, selama ini nampaknya ini ia terpaksa harus menahan derai air mata.

Dalam kasus ini Sri Mulyani dengan segala dedikasi kepada negara dan atasannya, berjuang keras menuntut hak-hak negara dan rakyat dari para pengemplang pajak. Dan dalam kasus inilah Sri Mulyani dan Aburizal Bakry nampak berseteru. Yang semula ditutup-tutupi tetapi akhirnya terbuka juga bagi umum.

Sri Mulyani seakan mendapatkan "jalan keluar" dengan penunjukkannya menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, jabatan internasional yang terhormat. Tetapi ketika SBY merangkul AB dan menjadikannya sebagai teman sekerja utama sebagai Ketua Harian Sekber Partai-partai Koalisinya, persoalannya menjadi lain. Timbul kesan seperti Sri Mulyani "didubeskan", istilah lain dari kata disingkirkan secara tersamar kemudian
Apalagi terjadi ketika Sri Mulyani masih masih menjabat.

Thursday, May 20, 2010

KRONCONG, MENGAPA KURANG MEMASYARAKAT ?

Musik Kroncong adalah salah satu jenis budaya Indonesia yang sering dibanggakan, namun agaknya kalah bersaing dengan musik dan lagu-lagu populer di kalangan masyarakat.

Mengapa ? Mungkin karena lagu dan musik kroncong dianggap kurang laku di pasar komersial. Selama ini ada kesan seakan-akan lagu-lagu dan musik kroncong hanya cocok untuk orang tua-tua atau yang lanjut usia. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Buktinya, selama Gesang dalam perawatan sering datang rombongan anak-anak muda dan anak-anak sekolah mengunjungi Gesang. Mereka mampu menyanyikan lagu-lagu Kroncong sang Maestro itu dengan baik.

Masalahnya antara lain pada penataan penampilan acara-acara musik kroncong. Penampilan acara-acara musik Kroncong jarang dilakukan di media massa, khususnya televisi. Hanya TVRI saja yang selama ini yang secara reguler menampilkannya. Itupun hanya sekali seminggu dan penyelenggaraan yang nampak seperti asal-asalan.

Dulu sebelum ada pengoperasian televisi swasta, RRI-TVRI secara rutin penyelenggarakan lomba Bintang Radio-TV, diantaranya lagu-lagu irama Kroncong. Maka bermunculanlah bintang-bintang muda penyanyi Kroncong seperti Mus Muliadi, Masnun Sutoto, Elok Satiti, Maljinah, Sundari Sukotjo dan lain-lain. Mereka merupakan penerus dari Bram Titale, Tan Tjeng Bok atau Mat Item dll.

Apabila program ini dilanjutkan dengan mengundang para pengusaha ikut berpartisipasi sebagai sponsor, ada keyakinan musik kroncong akan dapat diterima kembali di hati semua kalangan masyarakat. Bukan hanya kaum tua tetapi juga kalangan muda.

Musik kroncong yang berirama tenang, sesuai dengan orang-orang yang menghendaki ketenangan, saat istrahat/santai, dan mendapatkan inspirasi. Syair-syairnya yang menggambarkan rasa cinta tanah air, Bandar Jakarta, Bengawan Solo, Tirtonadi, Kroncong Kemayoran, Anging Mamiri, Banyu Biru, Jembatan Merah akan sangat menarik buat para pencinta alam. Demikian pula lagu Sepasang Mata Bola, Bandung Selatan, Pemda, akan membangkitkan semangat juang para angkatan muda Indonesia.

Selama ini penyajian acara musik Kroncong di TVRI kurang terarah. Para pembawa acara terlalu banyak mengobrol keluarga, latar belakang tidak serasi dengan pesan syair-syair lagu yang dinyanyikan serta tema lagu-lagu yang dibawakan kurang memperhatikan situasi yang sedang berkembang saat itu.

Misalnya, ketika membawakan lagu Bengawan Solo atau Tirtonadi sebaiknya ditampilkan latar pemadangan kali yang tenang dengan panorama yang indah dan alat-alat transportasi air yang sedang berlayar. Hal sama ketika membawakan Bandar Jakarta, Bandung Selatan atau Gambang Semarang.

Khusus pada penyelenggaraan bulan Oktober (Sumpah Pemuda) dan Nopember (Hari Pahlawan) agar lebih banyak ditampilkan lagu-lagu perjuangan seperi Sepasang Mata Bola, Pemuda,Bandung Selatan, Selendang Sutera dsbnya.

Syair-syair lagu kroncong banyak yang bertemakan hubungan cinta antar sebuah pasangan kekasih. Mungkin oleh para penciptanya semula dimaksudkan untuk
menggambarkan hubungan cinta tanah air, antara para pemuda pejuang dengan Tanah Air yang mereka cintai untuk menghindari tindakan keras pihak penjajah. Namun tidak ada salahnya bila pada masa kini dikemas menjadi yang sesuai dengan kehidupan pasangan muda yang sedang memadu kasih. Pakaian para penyanyi wanitanya tidak perlu harus pakaian nasional, kain-kebaya. Biarkan bebas karena bukan acara protokoler.

PENCIPTA LAGU KRONCONG "BENGAWAN SOLO" BERPULANG !

Hari ini, Kamis 20 Mei 2010, jam 18.10, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional Indonesia, Maestro Kroncong Tanah Air, Gesang meninggal dunia dalam usia 92 tahun di Solo.

Pencipta lagu Kroncong "Bengawan Solo" yang telah mendunia ini, menjelang akhir hayatnya sempat mengeluh lagu kebanggaannya ini telah diklaim oleh beberapa orang warga Belanda sebagai ciptaanya. Seluruh bangsa Indonesia khususnya Pemerintah patut memberikan penghargaan tinggi kepada tokoh berjasa ini, yang memperkenalkan buadaya Indonesia, melebihi kebanyakan diplomat kita.

Memang akhir-akhir ini banyak orang-orang asing yang tanpa malu-malu mau mempatenkan khasanah budaya Indonesia menjadi hak miliknya, kendati sejarah menunjukkan itu semua adalah budaya asli Indonesia. Yang paling bernafsu adalah Malaysia. Masakan tari Pendet Bali, Reog Ponorogo, batik, angklung, lagu Maluku Rasa Sayang E, mau dipatenkan sebagai miliknya. Alasannya, karena di sana banyak juga warga asal keturunan Indonesia.

Tapi kalau di Belanda ada juga yang melakukan hal sama sungguhlah aneh. Maka orang-orang asal Indonesia di Belanda, baik warga Indonesia maupun warga Belanda yang cinta Indonesia boleh cari tahu siapa "orang-orang aneh" ini dan apa alasannya.

NAMA-NAMA PENULIS INJIL DINISTA

Kita sungguh prihatin melihat dan mendengar nama-nama penulis Injil dinista di media massa, lebih-lebih di media televisi. Sejak merebaknya pengungkapan praktek korupsi dan jual beli kasus di lingkungan lembaga penegak hukum, merebak pula akronim Markus yang diplesetkan sebagai singkatan Makelar Kasus.

Pada jamannya Jendral Beny Murdani sebagai Pangkopkamtib, di mana sering ditemukan korban-korban berindikasi kriminal dari penembak-penembak tak dikenal, menyebar pula akronim Petrus sebagai singkatan yang diplesetkan dari Penembak Misterius.

Padahal apabila ditilik dari sudut Tata Bahasa Indonesia, penyingkatan-penyingkatan ini salah sama sekali, sehingga wajar bila ada dugaan dibalik ini memang ada yang merekayasanya untuk menista Injil dan para penulisnya !

Sangat disayangkan, meski suara hati nurani para penista ini mungkin mengetahui rasul-rasul ini, para martir ini, adalah orang-orang kudus yang dipilih khusus oleh ALLAH untuk pewartaan Injil,namun mereka dengan mengalir saja mengumbar penistaan ini. Baik di forum para politisi, pemerintahan, forum diskusi hukum bahkan di panggung hiburan. Padahal Injil, diakui sebagai Kitab Suci bukan hanya oleh umat Kristen tetapi juga oleh kitab suci umat Islam.

Anehnya, orang-orang Kristen pun kadang-kadang ikut latah menggunakan akronim itu tanpa beban. Bahkan seorang presenter beragama Kristen yang sedang naik pamor, malahan sebelumnya pernah menjadi pembawa acara mimbar agama di televisi, ikut memperkenalkan pula akronim plesetan untuk Lukas dan Matius !

Memang umat Kristen umumnya dalam menyikapi "penganiayaan" atau "penzoliman" seperti ini lebih banyak diam. Hanya mendoakan supaya mereka bertobat, dan menyerahkan kepada Tuhan yang empunya hak pembalasan. Namun untuk kearah pertobatan itu, perlu ada yang memberi peringatan.

Menurut Kitab Yehezkiel, kita wajib saling mengingatkan. Bila melihat bahaya bakal datang kepada seseorang kita patut mengingatkannya. Bila tidak, dan orang itu kemudian binasa, maka tanggung jawab atas kematian orang itu pun akan ikut dituntut dari kita.

Ada kisah dalam Alkitab, ketika nabi Elisa diolok-olok serombongan anak-anak di Betel,"Naiklah botak ! Naiklah botak !", maka sekonyong-konyong keluarlah dua ekor beruang mencabik-cabik empat puluh dua orang dari anak-anak penista itu.

Pada masa sekarang, mungkin bukan beruang lagi yang digunakan Tuhan untuk pembalasan. Bisa tanah longsor, banjir, bisa tsunami, gempa bumi, bus penuh masuk jurang atau yang lain. Karena itu marilah kita simak firman pada Yehezkiel 33: 11 :" Katakanlah kepada mereka : Demi Aku yang hidup, demikianlah firman ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu
yang jahat itu ! Mengapa kamu akan mati ?"

Wednesday, May 19, 2010

HIKMAH DARI GTM SUSNO DUADJI

Tentu para penyidik Tim "Independent" Polri yang memeriksa Komjen Susno Duadji dalam statusnya sebagai tersangka akan jengkel dengan sikap Susno tutup mulut tak mau menjawab pertanyaan pemeriksa.

Bagi orang yang mengikuti kasus Susno, sikap GTM (gerakan tutup mulut ini dapat dipahami. Bagaimana mungkin orang yang "mbahnya" penyidik dan pemeriksa, jenderal lagi, tidak memperoleh jawaban yang memadai atas alasan apa ia dinyatakan sebagai tersangka, ditangkap dan ditahan.

Banyak orang menduga termasuk penulis, perlakuan yang dialami oleh Susno ini adalah sebagai pelampiasan ketersinggungan atau perasaan dilecehkan dari sementara petinggi Polri akibat sikap Susno yang sering tidak "kulo nuwun"dalam beberapa aktivitas sebelumnya. Alasan formalnya adalah pelanggaran disiplin Polri menurut PP No.2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

Namun ada hikmah yang dapat diambil dari yang dicontohkan oleh Susno ini, yaitu membangunkan kesadaran hukum (SADARKUM) bahwa masyarakat sesungguhnya mempunyai hak untuk menanyakan alasan dasar hukum bila kepadanya dilakukan tindakan hukum oleh aparat negara. Dan bila tidak dapat diterima, maka ia dapat menolak diperiksa.

Pentingnya SADARKUM ini, khususnya bagi rakyat kecil, sudah sejak lama dipandang kebutuhannya.Karena itu mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (alm) yang terkenal itu pada masa pemerintahannya mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Seluruh biayanya dari Pemda DKI. Namun LBH diberi kebebasan dan independensi, termasuk dalam menyikapi kebijakan Pemda DKI. Bahkan LBH seringkali harus berhadapan dengan Pemda, terutama dalam hal penggusuran jalur hijau yang banyak dilakukan saat itu.

Tidak hanya itu. Ali Sadikin juga membuat proyek "SADARKUM" untuk menyebarkan informasi-informasimengenai peraturan-peraturan yang perlu diketahui masyarakat. Ia melibatkan wartawan-wartawan yang dianggap "oposisi" ketika itu seperti dari Harian Kami.

KUNJUNGAN PRESIDEN TAK MENYENTUH PELARIAN KORUPTOR

Sungguh aneh, dalam agenda kunjungan Presiden SBY ke Singapura, seperti disiarkan TVRI, tidak disinggung sama sekali masalah pelarian para koruptor ke negeri kecil itu, yang selama ini menguras isi dompet negara Indonesia. Padahal rombongannya demikian besar.

Pelarian para koruptor ke negeri itu. sebetulnya sangat memalukan kehormatan rakyat Indonesia.Negeri kecil di depan mata lebih dari 200 juta rakyat Indonesia, seperti sebuah sosok yang angkuh.Sampai pernah mereka menawarkan menjadikan wilayah Indonesia jadi medan latihan udara mereka sebagai imbalan pengusiran para koruptor itu. Dan pemerintahan SBY mau menerima itu. Untung rakyat bereaksi menolaknya.

Juga masih ingat kasus seorang mahasiswa doktoral jenius yang mati misterius di Singapura ? Serta penggantungan dua marinir Indonesia pada masa damai ? Seharusnya Indonesia bertindak "bebas aktif" seperti Bung Karno ! Bahkan seperti Letjen KKO Ali Sadikin yang minta cukup diberi personil 100 orang untuk menduduki negeri kecil itu akibat penggantungan prajurit RI itu. Seharusnya negeri itu perlu dikampanyekan sebagai negeri "pelindung koruptor" dan tak perlu memelihara hubungannya. Dan para aparat Indonesia yang selama ini mefasilitasi, lalai atau bahkan sengaja meloloskan para koruptor ke luar Indonesia, dihukum berat.

Kabarnya investasi mereka ke Indonesia konon meningkat akhir-akhir ini. Jangan-jangan uang itu malah dari uang kita sendiri yang dibawa lari. Dan perlu waspada dalam penguasaan lahan, entah dengan alasan untuk perkebunan, HPH, pertambangan dll. Jangan sampai terjadi, karena tak dapat menguasai secara politis, lalu ada niat menguasai wilayah RI secara de facto. Apalagi sistim pengawasan kita sangat lemaaaah.

Monday, May 17, 2010

KISAH NUVO, SANG DALMESION PALSU


Hewan penjaga kami, Nuvo, nyaris jadi santapan para penggemar "RW", hidangan yang diolah dari daging penggonggong. Hewan ini terbilang masih kecil ketika sopir seorang teman akan membuangnya. Semula akan dibawa ke sebuah restoran "RW". Tapi kebetulan kami berpapasan, maka ia menawarkannya.

Sebenarnya kami sudah memelihara beberapa ekor anjing. Itupun dari anak-anak "si Bewok" seekor anjing blaster yang pada suatu pagi kami temukan seperti menghiba-hiba di depan pintu pagar.Mungkin ia dibuang pemiliknya dan kini ia kelaparan.

Ceritera "riwayat hidup" Nuvo, berawal ketika teman ini bersama keluarganya lewat di daerah Menteng Jakarta Pusat, kawasan elit di jantung ibukota RI. Anak laki-lakinya melihat seekor anak anjing mungil di antara anak-anak anjing yang sedang akan ijual. Ia minta dibelikan. Warnanya putih dengan belang-belang hitam.Kata penjualnya jenis "Dalmesion" dari luar negeri dan cukup cerdas.

Tetapi, makin besar anjing ini tidak menunjukkan sifat-sifat seekor Dalmesion. Segala jenis makanan dilahapnya tidak beda dengan anjing lokal. Belang-belang hitamnya yang sebesar-besar daun kembang sepatu, mulai luntur. Keluarga ini sadar, rupanya mereka tertipu. Anaknya minta dibelikan yang baru. Dan si Dalmesion palsu yang malang akan dibuang ! Mendengar kisah lucu namun ada sedihnya ini, keluarga kami merasa kasihan dan berdia menampungnya. Kami memberinya nama Nuvo, sesuai nama sabun yang kami gunakan ketika kami pertama kali membersihkannya.

Sekarang sudah lebih dari enam tahun menjadi bagian keluarga kami. Ia kami tempatkan menjaga di halaman depan rumah. Dia nampak tegas. Orang-orang, siapapun tak boleh ada yang berhenti,mengobrol di jalan depan rumah. Apalagi kalau parkir. Ia akan menggonggong berkepanjangan membuat keributan, tak perduli di larut malam. Kadang-kadang Nuvo memang agak "kelewatan". Sering kali ia tiba-tiba mengagetkan ibu-ibu pengajian, anak-anak sekolah bahkan sang uztad yang berjalan meminggir sambil mengobroldekat pagar kami.

Meski sering membuat ulah, banyak juga banyak simpatisannya. Anak-anak suka menjadikannya obyek tontonan. Semacam kebun binatanglah. Bahkan ibu-ibu yang menggendong anak-anak balita mereka sering menongkrong di balik lobang pagar. Kata mereka, anaknya baru banyak makan bila sambil menonton Nuvo.

Tetangga-tetangga juga menganggap Nuvo sebagai pemberi peringatan supaya waspada. Lebih-lebih ketika tetangga belakang kehilangan tabung gas dan tetangga samping kehilangan sepeda motor.

Satu lagi. Gonggongan Nuvo tidak selalu "memarahi". Ia juga memberitahukan kalau ada tamu.Rupanya ia sudah mengenal orang-orang yang sering ke rumah. Kalau menggonggong dalam keadaan marah, mukanya nampak garang. Ia menerjang pagar dan menggaruk-garuk mau keluar menyerang. Tapi kalau memberitahukan ada tamu, gonggongannya tak sekeras kalau sedang marah. Ekornya dikipas-kipaskannya, mukanya lebih ramah dan kepalanya terarah ke pintu rumah, seakan-akan mau memberitahu ada tamu.

Friday, May 14, 2010

POK CHOY SISTIM HIDROPONIK



Penanam dengan sistim hidroponik saya lakukan dengan menggunakan gelas-gelas plastik sisa air mineral. Gelas-gelas itu kulubangi bagian bawahnya, di dasarnya kuberi beberapa pecahan genteng atau bata merah lalu kuisi media tanam seperti campuran di atas.

Media tanam dalam gelas itu disiram lalu di 2-3 benih sawi ditanam di tengah-tengahnya. Gelas-gelas berisi media dan benih itu kemudian kutempatkan dalam wadah yang agak lebar tapi dindingnya tidak terlalu tinggi. Dalam wadah itu kutuangkan air rendaman pupuk kandang. Harus tetap diperhatikan agar pupuk cair itu tidak sampai kering. Karena dari situlah tanaman tetap dapat makan dan minum serta membuat wadah tanamnya tidak kering. Setelah satu bulan sayurnya sudah dapat dipanen.

Dengan kebun pot ini, maka kebutuhan konsumsi kami untuk jenis sayuran ini sudah lebih dari cukup. Mudah kan ? Bagi yang memiliki ternak seperti kambing, sapi, kerbau, ayam, sayang bila hasil buangannya tak dimanfaatkan.

Wednesday, May 12, 2010

PENYAYANG BINATANG (1)


Keluarga kami penyayang binatang. Kami memiliki kolam berisi sekitar 50 ekor ikan mas. Semula kupikir dapat jadi sumber penambah lauk di meja makan. Tapi anak-anak dan isteri pantang makan hewan peliharaan sendiri. Dijual ? Tidak boleh. Hanya untuk enak dipandang saja.

Hal sama juga, ketika dahulu kami memelihara ayam "kampung". Telurnya memang bisa dikosumsi,bahan obat aatau dijual. Tetapi ayamnya tak boleh dijual. Pernah anak bungsu kami sambil menangis,harus tarik-menarik dengan seorang pedagang keliling untuk mempertahankan beberapa ekor ayam kami yang sudah telanjur dibayarnya.

Pada kesempatan yang lain, secara sembunyi-sembunyi saya mengambil salah seeokor ayam untuk kami konsumsi. Pagi hari ia membuka kandang untuk memberi mereka makan. Ia periksa satu-satu,karena belasan ayam itu semuanya sudah diberi nama. Seekor ayam jagonya tidak ada. Ia panggil panggil namanya dan mencarinya ke setiap pojok tanah kosong di belakang rumah. Ternyata ia berhasil menemukan bulu-bulunya di belakang. Tak ayal lagi, jadilah aku "tersangka" dan terpaksa mengaku.

Keluarga kami juga menjadi penampung kucing-kucing yang malang. Isteri dan anak-anak paling tidak tahan mendengar suara kucing mengeong "minta tolong". Bukan sekali dua, aku diminta menepikan kendaraan di jalan hanya untuk mengambil anak kucing yang sudah basah menggigil kedinginan dalam parit. Sering kali pula mereka mengangkat anak-anak kucing yang sengaja dibuang orang-orang yang tak "berperi kebinatangan" di tempat sampah.

Anak-anak kucing nampak lucu ketika mereka sedang "berlatih" bersama. Belajar mengejar, berlatih ketrampilan memanjat, menyergap mangsa dengan gayanya yang lucu, guling-gulingan dan latihan berkelahi. Di kalangan para petani khususnya, kucing merupakan hewan yang dapat diandalkan dalam melawan musuh bersama yaitu hama tikus.

Dengan matanya yang bagaikan mengandung sinar laser, kucing dapat menyelinap dalam kegelapan malam. Mengendap-endap kemudian menyergap santapannya, yang sekaligus musuh majikannya.

Namun, di balik kelucuan dan manfaat memelihara kucing, meong pun dapat membuat ulah yang dapat membuat seisi rumah marah besar.Ketika mereka bermain perang-perangan, lebih-lebih para kucing remaja, mereka tak jarang menyambar benda-benda pajangan berupa binatang yang terbuat dari bahan keramik atau bahan pecah belah lainnya,
sehingga jatuh. Braaaaaaak , hancur berkeping-keping. Dapat pula yang diucak-ucak boneka kesayangan si kecil.

Sang kucing juga senang mengasah kuku pada perabotan yang terbuat dari bahan dengan permukaan agak kasar seperti kulit. Biasanya pada kursi-kursi tamu atau bolsak. Tak heran kalau tiba-tiba sang ibu menjadi berang mendapati seperangkat perabotnya yang baru dibeli mahal-mahal telah compang-camping !

Satu lagi sisi menjengkelkan kaum kucing, yaitu di bidang kesehatan. Mereka sering menjadikan pojok rumah menjadi toilet. Lagi pula di pojok yang sulit dijangkau seperti di bawah ranjang. Dan, meskipun relatif sedikit, namun "harum"nya tak kalah semerbaknya dari produk manusia.

Itulah sebabnya, maka suatu kali secara diam-diam aku membawa salah seekor kucing kami yang sudah besar tapi kuanggap telah banyak berbuat ulah yang "kelewatan". Aku meninggalkannya ke suatu pasar yang jauh dari rumah. Kupikir, tentunya dia tak akan tahu jalan pulang dan ia akan tetap dapat hidup dari sisa-sisa makanan buangan dari warung-warung sekitar pasar.

Apa yang terjadi ? Lagi-lagi seisi rumah sibuk mencari " Si Lepok". Lebih-lebih si bungsu, anak perempuan kami sepulang sekolah, di tengah hujan gerimis dengan memakai payung, ia berkeliling mencari anggota keluarga yang hilang itu. Seminggu kemudian, sang kucing berhasil ditemukan dalam keadaan agak menyedihkan. Meski kondinya dapat dipulihkan kembali, namun beberapa waktu kemudian ia "meninggal dunia".Aku menguburkannya di halaman rumah lalu si bungsu menaburkan kembang-kembang merak di
pusarahnya.

Ya, melalui hewan peliharaan, agaknya kita memang dapat belajar untuk saling memahami dan menerima !

Thursday, May 6, 2010

SUSNO DUADJI VS MAFIA HUKUM

Perseteruan Susno Duadji dan para pengacaranya dengan Polri kembali memuncak ketika Susno menolak hadir dalam pemeriksaan yang direncanakan tanggal 6 Mei 2010. Pihak terpanggil merasa curiga pemanggilan untuk diperiksa sebagai saksi itu hanya jebakan untuk kemudian mengubah statusnya menjadi tersangka lalu langsung ditahan.

Seperti sering diungkapkan SJ dan pengacaranya, SJ masih tetap mencintai lembaga POLRI, tetapi ia mulai meragukan sebagian petinggi-petinggi di sana. Mungkin ibarat kapal yang disandera para awak yang membelot. Semua pihak tetap bersetuju kalau kapal tetap harus diselamatkan. Masalahnya orang-orang di kapal itu menjadi tidak jelas mana awak yang tetap setia dan mana yang pembelot. Mana kawan dan mana lawan, karena semuanya semula adalah teman sendiri. Mana polisi sejati dan mana polisi yang mentalnya sudah rusak.

Apalagi Susno sudah pernah dianggap "musuh Polri" oleh salah seorang penasehat Kapolri. Dan sebutan ini, meski lama kemudian baru dibantah Kapolri, nampaknya memang selaras dengan perlakuan yang pernah dialami Susno. Seperti ketika ada pengiriman satuan-satuan anti teror ke rumahnya serta pencegatannya di Bandara Sukarno Hata ketika akan berangkat memeriksakan kesehatannya di Singapura.

Semula juga Susno dipanggil untuk diperiksa atas pengaduan kedua pati Polri bintang satu yang merasa dicemarkan nama baiknya oleh Susno dalam pengungkapan kasus mafia pajak. Sudah banyak bukti bahwa ternyata semua yang dilaporkan Susno itu ternyata benar ! Satu-persatu, ada perwira polisi, jaksa, hakim dan pengacara resmi jadi tersangka. Semua itu bermula dari laporan Susno.

Kalau mau sportif, seharusnya Kapolri berterima kasih kepada Susno, dan mengembalikannya lagi pada jabatannya atau memberikan tugas khusus untuk membantunya melanjutkan pembersihan di tubuh Polri. Susno telah berjasa mengindentifikasi oknum-oknum "pembelot" di sekelilingnya, bahkan yang pernah dijuluki Kapolri sebagai "pengkhianat". Kapolri harus berterima kasih, karena kalau oknum-oknum itu tetap bercokol di Polri, bukan tidak mungkin Kapolri sendiri atau penggantinya, suatu ketika juga dapat terjebak dan jatuh pula dalam kehinaan karena pelanggaran hukum.

Tetapi apa yang dirasakan dan disaksikan oleh banyak orang, Susno sepertinya selalu dikejar-kejar dengan tuduhan pelanggaran disiplin. Masalah seragamlah, bolos masuk kantorlah, tidak ijin bersaksilah, tidak ijin ke luar negeri lah, dst.dst. Orang awam saja dapat membayangkan bagaimana tidak enaknya orang yang tadinya berkuasa, tiba-tiba setiap hari datang ke kantornya, tanpa diberi pekerjaan, mungkin pula tanpa meja kursi. Apalagi dikelilingi orang-orang bermasalah yang pernah dilaporkannya tetapi tetap menjabat. Mereka akan memandangnya dengan sinis.

Kita yakin, Susno pun akan rela menerima hukuman disiplin kalau memang bersalah, sesuai tanggung jawabnya sebagai pati Polri memberi contoh kepatuhan kepada yunior-yuniornya tetapi tidak sampai kepada pemecatan. Pimpinan Polri sepantasnyalah memberi pertimbangan pengampunan atau keringanan mengingat jasanya yang telah berani mengungkap kasus-kasus korupsi.

Pada sisi lain, yang juga dikhawatirkan banyak orang adalah apabila Susno dibungkam melalui penahanan sehingga tak ada lagi yang berani mengungkapkan tindak pidana korupsi. Sebetulnya kalau Susno mau, dia bisa juga melakukan tuntutan balik bila ia merasa diperlakukan sewenang-wenang. Pasal 6 huruf s. PP.No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian RI menyatakan, anggota Polri dilarang bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan.

SRI MULYANI PERGI, INDONESIA INTROSPEKSI

Selama ini sudah bukan rahasia lagi banyak orang-orang pintar Indonesia memilih bekerja di negeri orang karena merasa di negerinya sendiri merasa tidak diterima. Bahkan ada yang merasa diobok-obok. Itu mungkin yang ikut dirasakan tokoh wanita cendekiawan ini, meskipun tidak terucapkan.

Pokok masalah yang sering dimunculkan menyangkut tokoh ini adalah keputusannya sebagai Ketua KSSK dalam kasus Bank Century yang menyetujui pemberian dana talangan kepada Bank bermasalah itu. Keputusan itu diambil berdasarkan pertimbangannya, bahwa bila tidak dilakukan akan menimbulkan dampak yang besar pada perekonomian Indonesia. Soal penilaian ini memang relatif, tetapi sebagai pemegang otoritas pada saat mendesak itu ia harus mengambil keputusan.

Dalam kasus ini sebetulnya Sri Mulyani tidak sepenuhnya dapat dimintakan pertanggunganjawaban. Karena yang disetujuinya sebenarnya hanya sebesar Rp 673 milyar. Tetapi orang-orang yang menindaklanjutinya kemudian mengubahnya menjadi Rp 6,7 triliyun ! Sebetulnya yang menjadi masalah pokok adalah proses perubahan jumlah yang sekitar 10 kali lipat itu ! Sri Mulyani sendiri sempat kaget diketahui dari hasil rekaman kata-katanya "seperti mau mati berdiri", ketika mengetahui hal itu. Itu sebetulnya sudah menujukkan ketidak terlibatannya secara langsung dalam manipusai jumlah talangan itu. Kalau boleh dikatakan kelalain,karena dia tak menetapkan plafond. karena dalam pengusulan talangan memang ada kata-kata "kemungkinan masih dapat berubah" jumlah yang perlu ditutupi. Disnilah sebetulnya dibutuhkan kebesaran hati Sri Mulyani, sebagai pemimpin mengakui tanggung jawabnya secara arif, "saya bertanggung jawab", khususnya ia lalai memberi jabaran yang lebih tegas pada keputusannya.

Atas kesalahan itu, Presiden sebagai atasannya, cukup memberi peringatan atau teguran lisan sesuai PP.30/1980. Tentu saja dengan tetap menjaga tata krama budaya (Jawa). Hal ini sudah pernah dilakukan mantan Presiden Suharto sewaktu menegur menteri perhubungannya, yang dinilai rakyat arogan mendemontrasikan helikopternya di atas pemukiman penduduk.

Bila pengakuan ini ada (jadi tidak merasa benar sendiri 100 %), mungkin rakyat (dhi DPR), mungkin akan lebih dapat bermurah hati memaafkannya.

Proses di Pansus DPR telah memutuskan, kebijakan pemberian talangan itu merupakan suatu pelanggaran. DPR merekomendasikan kepada KPK untuk menindaklanjutinya menurut hukum. Dan sebagai konsekwensinya, Sri Mulyani sebagai mantan Ketua KSSK harus ikut menjalani proses hukum untuk mengklarifikasi ada tidaknya keterlibatannya dalam tindak pidana korupsi.

Namun ketika proses ini belum selesai, Sri Mulyani mendapat tawaran untuk menduduki jabatan sebagai orang kedua di Kantor Pusat Bank Dunia di Amerika Serikat. Dan untuk itu dia mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan RI. Yang menjadi masalah kemudian bagaimana proses lanjut proses hukumnya setelah 1 Juni 2010 nanti mulai menduduki jabatannya yang baru.

Banyak orang berpendapat, sebaiknya ia dan KPK menjernihkan dulu kasus hukumnya sebelum berangkat. Agar nanti tidak menjadi hambatan bagi KPK demikian pula jangan menjadi beban pikiran bagi yang bersangkutan ketika melaksanakan tugas barunya.

DPR pun sebagai konsekwensi keputusannya sebaiknya pun segera mengambil sikap lanjut. Selama ini salah satu tuntutan yang disuarakan adalah agar ia mengundurkan diri sebagai Menkeu. Tetapi proses itu baru dapat dilaksanakan bila terbukti ada pelanggaran hukum. Namun dengan adanya perkembangan baru ini DPR pun harus mengambil sikap. Kalau DPR secara politis menilai telah terjadi pelanggaran, maka DPR pun harus menentukan sikap atas pelanggaran itu : dapatkah dimaafkan saja karena bukan dia yang memanipulasi kebijakannya disamping telah banyak berjasa pada negara ? Apalagi dengan terpilihnya menjadi pejabat lembaga internasional yang bergengsi itu ikut menaikkan kredibilitas bangsa di dunia internasional. Atau apakah DPR secara definitif menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum yang berlarut-larut ?

Sebenarnya disamping kasus Bank Century, Sri Mulyani juga sering dikecam karena kebijakan ekonominya selama ini dianggap neo liberal. Di belakang ini tentunya ada kepentingan politik. Menjadi pertanyaan, kalau kebijakan ekonomi selama ini dikatakan neo liberal, lalu mau alternatif lain ekonomi apa ? Yang paling sering diwacanakan adalah "ekonomi kerakyatan" dan "ekonomi syariah". Hanya yang menjadi
masalah adalah kedua alternatif itu masih mengambang karena belum ada rumusannya yang jelas. Hal kedua, apakah akan dapat diterima oleh masyarakat luas, lebih-lebih yang kedua mengingat penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam latar belakang budaya.

Agaknya pilihan yang dapat diterima semua pihak adalah sistim ekonomi seperti yang telah digariskan oleh para pendiri republik ini sesuai Pasal 33 Konstitusi 1945.

Saturday, May 1, 2010

HARI PENGHAKIMAN SUDAH DEKAT ?

Akhir-akhir ini tanda-tanda akhir zaman sesuai yang diwartakan Injil makin banyak digenapi. Bukan saja tanda-tanda alam seperti gempa bumi, kerusakan muka bumi, longsor dan banjir. Terjadi hujan meteor. Ada yang menimpah rumah. Bahkan bumi ini terancam akan berbenturan dengan sebuah meteor raksasa dalam beberapa tahun mendatang yang akan memusnakan semua kehidupan di bumi.Manusia juga makin tawar hati.

Manusia menyerahkan anaknya, anak menyerahkan orangtuanya dan mutilasi manusia makin sering terjadi. Penindasan orang-orang miskin demi ketertiban, makin kerap berlangsung dengan menyayat hati.

Perbuatan korupsi seperti bukan lagi hal yang memalukan. Bila ketahuan dan tertangkap, masih bisa tertawa-tawa disorot televisi seperti anak kecil tanpa noda. Sang suami dan sang ayah tidak sungkan-sungkan menyuapi anak-istrinya dengan barang haram asal korupsi. Dan sang ibu serta anak-anak pun tak kalah sungkannya melahap barang haram itu, dan menjadikan diri sebagai tukang tadah hasil korupsi. Tak ada pemberontakan nurani dalam diri mereka !

Apalagi yang kini sedang digenapi ?
1. Apa yang dibisikan dalam kamar, akan diteriakkan di bubungan rumah ! Bukankah perbuatan-perbuatan korupsi yang banyak terungkap sekarang semuanya dirancang dan dilaksanakan secara rahasia ? Sekarang diteriakkan melalui antena radio, televisi, suratkabar, pengeras suara para demonstran.

2. Dengan mulutmu engkau dibenarkan dan dengan mulutmu pun engkau akan dihakimi ! Bukankah sekarang orang akan didukung bila ia menyatakan kebenaran dan sebaliknya dihakimi oleh karena ucapannya ?

3. Bila orang-orang dibungkam dalam menyatakan kebenaran, maka batu-batu ini akan meneriakannya ! Bukankah sering terjadi ketika penguasa cenderung untuk menghambat kebebasan menyatakan pendapat ada batu-batu lain, seperti massmedia, LSM atau parlemen mengungkapkannya.

4. Cinta akan uang akar segala kejahatan ! Mengapa orang korupsi ? Mengapa orang membobol ATM ? Merampok, menculik dan membunuh ? Mengapa orang mengarang kesaksian dusta atas sesamanya di pengadilan ? Mengapa orang nekat membuat pabrik sabu ? Bukankah semuanya berakar pada cinta akan uang ?

5. Dosa beranak cucu dosa-dosa. Contoh penggenapan. Untuk menutupi dosa korupsi, ketika diperiksa membuat dosa baru : berdusta bahkan sumpah palsu. Untuk menghilangkan saksi-saksi mungkin melakukan dosa penyuapan. Atau pembunuhan. Memang upah dosa ujung-ujungnya maut.

Orang-orang mungkin berkata : "semua perbuatan yang dikatakan "tercela" itu telah berulang-ulang kulakukan, dan saya baik-baik saja ? Sehat-sehat saja dan tak terjadi apa-apa ? Bahkan gemuk-gemuk ? ".Orang-orang di bumi yang teraniaya pun menggugat keadilan Tuhan. Bahkan roh-roh mereka yang terbunuh pun bertanya, "Kapan Tuhan membalaskan kematian kami ?"

Melalui Nabi Yehezkiel dan Rasul Petrus, datang jawaban."Karena TUHAN itu Maha Kasih, sesungguhnya Dia tidak menginginkan manusia itu binasa ! Yang diinginkan, ditunggu-tunggu dan diberi kesempatan adalah agar manusia-manusia itu bertobat. Bertobat dan bertobat dari kejahatannya. Mengapa manusia harus binasa ?

Jawaban lain datang melalui Rasul Yohanes dalam wahyu : "Tunggulah sedikit waktu lagi. Kejahatan mereka belum genap !". Jadi rupanya ada akumulasi dosa tertentu sebelum hukuman setimpal yang memang sangat mengerikan itu ditimpakan bagi setiap orang.

Asal Mula Orang Bahono Bergabung Dengan Kerajaan Mori

Pada tahun 1907 seluruh daerah Kerajaan Mori sudah aman. Tak ada lagi perang, baik dengan Belanda maupun antar suku, termasuk suku Bare’e, suku Towatu dan Tomoiki. Suku-suku ini semula tidak termasuk suku Mori. Tetapi dalam perang antar suku, Raja Marunduh dapat mengalahkan suku-suku ini sehingga dengan sendirinya wilayah mereka menjadi bagian dari Kerajaan Mori. Namun setelah Raja Marunduh takluk kepada Belanda, raja-raja kecil ini merasa tidak terikat lagi dengan raja Petasia itu. Saat itu suku-suku yang masih berada di benteng-benteng pertahanan di pegunungan termasuk suku Tomobahono yang sering juga disebut Tolasi.

Pada suatu hari seorang pembesar Belanda mendatangi Rumah Besar di muara sungai Tiwo’a. Itu adalah kedatangan Belanda yang kedua ke Ue Lagasi, Kepala suku Bahono. Belanda tetap mengakui Ue Lagasi sebagai Kepala Suku dan sekaligus mengangkatnya menjadi Kepala Kampung. Ia diminta untuk memerintahkan rakyatnya pindah dari benteng-benteng pertahanan di gunung dan mulai membangun perkampungan di tanah datar. Belanda akan menjamin keamanan. Ue Lagasi setuju. Maka tahun 1910 mulailah suku Bahono-Lasi membangun kampung di Lintumewure daerah Ture’a. Karena itu maka orang Bahono-Lasi sering pula disebut Toture’a.

Tahun 1916 terjadi peristiwa yang menimbulkan kekecewaan dan penderitaan rakyat Bahono akibat politik Belanda yang semau-maunya membagi-bagi wilayah pendudukan mereka tanpa memperhatikan tradisi penduduk setempat. Belanda mulai menjalankan keinginannya dengan memperalat raja-raja sebagai wakilnya. Mereka juga menempatkan pengawas-pengawas yang disebut Petor, baik di Malili maupun di Kolonodale.
Daerah Ture’a dan kampung Lintumewure seluruhnya termasuk pemerintahan Petor Malili dengan Andi Halu raja Bugis sebagai wakilnya di Tole-Tole.

Pada musim panen, suku Bahono/Lasi hendak memungut hasil kebun mereka yang kebanyakan di daerah Kerajaan Mori. Tetapi tiba-tiba dilarang Raja Mori dengan alasan bahwa sesuai dengan perbatasan yang baru, kebun-kebun itu termasuk wilayah Petor Kolonodale. Sedangkan Kampung Lintumewure termasuk Petor Malili.
Raja Mori berpesan, apabila suku Bahono/Lasi bersedia pindah ke daerah wilayahnya barulah mereka boleh mengambil hasil tanaman mereka.

Mendengar pesan itu, Ue Lagasi memutuskan menyelenggarakan musyawarah adat (terisoa) yang diikuti seluruh rakyatnya, teristimewa orang tua-tua dan mandur yang bekas panglima perangnya (pongkiari) Ue Baby.Rakyat dimintakan pendapat mereka apakah sepakat secara sukarela pindah dan membangun kampung baru di tepi sungai Ulu’anso dan tepi sungai Po’ahaa. Seluruh rakyat setuju pindah ke kedua tempat itu, yang termasuk dataran Lembo, Kerajaan Mori/Petasia.

Berdasarkan hasil musyawarah adat itu, Ue Lagasi sebagai Kepala Kampung bersama Ue Baby segera ke Malili meminta surat pindah ke Petor Kolonodale. Usulan pindah dikabulkan dan setelah itu mereka segera berangkat menghadap Raja Mori dan Petor Belanda menyerahkan surat itu.

Raja maupun Petor menyetujui keinginan rakyat Bahono dan langsung pula menyetujui dibangunnya perkampungan baru, Ulu’anso dan Kumpi. Hal ini mudah dimengerti mengingat antara Ue Lagasi dan Raja Marunduh selalu ada hubungan baik. Bahkan Ue Lagasi pernah memprakarsai upacara perdamaian antara Raja Marunduh dengan Raja Luwu di Sungai Kasitawa sehingga Ue Lagasi mendapat julukan :”Tondo dopi Mokole”. Konon, Batho, tangan kanan raja yang sekaligus pengawalnya berasal dari Bahono-Lasama (Lasaeo). Ia telah menjadi kerabat istana. Dan ketika raja Marunduh mengundurkan diri ke benteng pertahanan Wulanderi, ia menjadi salah seorang yang memimpin pertahanan dari serangan Belanda di Ensa Ondau dekat Korompeeli sekarang.

Rencana penggabungan itu ternyata bukan tanpa hambatan. Sekitar seminggu kemudian pada waktu malam, tiba-tiba datanglah Andi Halu dari Tole-Tole ke Lintumewure dan mengusir seisi kampung. Ia sebenarnya tidak senang dengan kepindahan orang Bahono itu. Ia memberi pilihan. Siapa yang mau pindah, saat itu juga harus segera berangkat keluar. Andi Halu ketika itu dikawal polisinya yang bernama Tomakaraja.

Mengetahui kejadian itu, Ue Lagasi turun dari Palampa (rumah panggung) kediamannya. Ia memerintahkan seluruh rakyat turun dan mengosongkan kampung. Ia menyuruh rakyat membunyikan tawa-tawa (gong) dan meminta segera berangkat malam itu juga dan tinggal di kebun masing-masing dekat perbatasan wilayah Petor Malili dan Petor Kolonodale.

Ketika meninggalkan kampung Lintumewure, tak henti-hentinya rombongan membunyikan tawa-tawa. Saat itu Ue Lagasi berteriak-teriak :”Tewulu padekawa”. Artinya “perahu Datu berangkat/berlayar ke laut”. Kata-kata ini sebagai ejekan kepada Andi Halu yang mengusir rakyat tanpa mengenal peri kemanusiaan.

Tahun 1919 semua bangunan rumah-rumah sudsah selesai dan rakyat Bahono mulai menempati Kampung Ulu’anso dan Kumpi.Sebagian besar pemukim asal Benteng Pa’ano memilih Kampung Ulu’anso. Sebagian lagi memilih Kampung Kumpi seberang sungai Kasitawa, kira-kira dua kilometer dari Ulu’anso. Mereka umumnya berasal dari Benteng Waawulo. Sebagai kepala kampung Kumpi yang pertama Ue Lagasi menunjuk Ue Langkamuda.

Mulailah suku Bahono membangun hidup baru dengan mengolah tanah yang subur mulai dari Kororeo sampai Uwoi Mowewu atau Wita Motaha. Banyak yang kemudian memiliki daerah peternakan.atau walaka. Marga Lapoliwa misalnya memiliki peternakan di Bahono, Lembono dan Soline. Sedangkan Marga Lagasi peternakan sapi di Wita Motaha.

Di Lintumewure sampai saat ini (2005) masih terlihat bekas kampung orang-orang Ture’a – Lasi yang mendiami tempat itu antara tahun 1911 – 1916. Pohon-pohon tanaman tahunan seperti mangga, durian dan langsat masih ada. Rumpun sagu peninggalan Ue Latingka kini masih ada dan dijaga salah seorang keturunannya, Lasiondi, pensiunan guru di Nuha. (dikutip dari “Buku Teratai Bahono Berkembang” karangan Latarima Lapoliwa).

Contact Form

Name

Email *

Message *