Monday, May 17, 2010

KISAH NUVO, SANG DALMESION PALSU


Hewan penjaga kami, Nuvo, nyaris jadi santapan para penggemar "RW", hidangan yang diolah dari daging penggonggong. Hewan ini terbilang masih kecil ketika sopir seorang teman akan membuangnya. Semula akan dibawa ke sebuah restoran "RW". Tapi kebetulan kami berpapasan, maka ia menawarkannya.

Sebenarnya kami sudah memelihara beberapa ekor anjing. Itupun dari anak-anak "si Bewok" seekor anjing blaster yang pada suatu pagi kami temukan seperti menghiba-hiba di depan pintu pagar.Mungkin ia dibuang pemiliknya dan kini ia kelaparan.

Ceritera "riwayat hidup" Nuvo, berawal ketika teman ini bersama keluarganya lewat di daerah Menteng Jakarta Pusat, kawasan elit di jantung ibukota RI. Anak laki-lakinya melihat seekor anak anjing mungil di antara anak-anak anjing yang sedang akan ijual. Ia minta dibelikan. Warnanya putih dengan belang-belang hitam.Kata penjualnya jenis "Dalmesion" dari luar negeri dan cukup cerdas.

Tetapi, makin besar anjing ini tidak menunjukkan sifat-sifat seekor Dalmesion. Segala jenis makanan dilahapnya tidak beda dengan anjing lokal. Belang-belang hitamnya yang sebesar-besar daun kembang sepatu, mulai luntur. Keluarga ini sadar, rupanya mereka tertipu. Anaknya minta dibelikan yang baru. Dan si Dalmesion palsu yang malang akan dibuang ! Mendengar kisah lucu namun ada sedihnya ini, keluarga kami merasa kasihan dan berdia menampungnya. Kami memberinya nama Nuvo, sesuai nama sabun yang kami gunakan ketika kami pertama kali membersihkannya.

Sekarang sudah lebih dari enam tahun menjadi bagian keluarga kami. Ia kami tempatkan menjaga di halaman depan rumah. Dia nampak tegas. Orang-orang, siapapun tak boleh ada yang berhenti,mengobrol di jalan depan rumah. Apalagi kalau parkir. Ia akan menggonggong berkepanjangan membuat keributan, tak perduli di larut malam. Kadang-kadang Nuvo memang agak "kelewatan". Sering kali ia tiba-tiba mengagetkan ibu-ibu pengajian, anak-anak sekolah bahkan sang uztad yang berjalan meminggir sambil mengobroldekat pagar kami.

Meski sering membuat ulah, banyak juga banyak simpatisannya. Anak-anak suka menjadikannya obyek tontonan. Semacam kebun binatanglah. Bahkan ibu-ibu yang menggendong anak-anak balita mereka sering menongkrong di balik lobang pagar. Kata mereka, anaknya baru banyak makan bila sambil menonton Nuvo.

Tetangga-tetangga juga menganggap Nuvo sebagai pemberi peringatan supaya waspada. Lebih-lebih ketika tetangga belakang kehilangan tabung gas dan tetangga samping kehilangan sepeda motor.

Satu lagi. Gonggongan Nuvo tidak selalu "memarahi". Ia juga memberitahukan kalau ada tamu.Rupanya ia sudah mengenal orang-orang yang sering ke rumah. Kalau menggonggong dalam keadaan marah, mukanya nampak garang. Ia menerjang pagar dan menggaruk-garuk mau keluar menyerang. Tapi kalau memberitahukan ada tamu, gonggongannya tak sekeras kalau sedang marah. Ekornya dikipas-kipaskannya, mukanya lebih ramah dan kepalanya terarah ke pintu rumah, seakan-akan mau memberitahu ada tamu.

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *