Sunday, May 30, 2010

Riwayat si Buduk


Kami namakan dia Si Buduk karena memang waktu ditemukan sekujur tubuhnya budukan. Sekarang sudah tinggi besar bak anjing herder. Kisah penemuannya cukup dramatis. Begini ceritanya. Pada suatu pagi ada seekor anak anjing liar berbulu hitam kecoklatan ditubruk mobil tidak jauh dari depan rumah kami.

Istri saya yang memang dari keluarga penyayang binatang ikut bergegas melihat makhluk malang yang saat itu sudah tergolek diam di atas aspal. Ingin tahu apakah masih hidup atau sudah mati, istri saya menggerak-gerakan ekor binatang itu dengan ujung kakinya. Tapi tiba-tiba hewan itu membalikkan badannya dan menggigit kaki istri saya.

Dengan darah mengucur keras istri saya berlari pulang. Bagian bawah betis kaki yang terluka itu segera ku ikat kuat untuk menghambat kucuran darah dan mencegah darah bekas gigitan anjing itu menjalar ke jantung. Sekitar luka kubersihkan dengan lap air hangat kemudian ku isap keluar darahnya, untuk mengeluarkan kemungkinan adanya kuman rabies atau bakteri penyakit lainnya.

Setelah itu kami berkeliling kota mencari rumah sakit atau klinik yang dapat memberikan suntikan anti rabies. Sungguh aneh, rumah-rumah sakit di Bogor tak ada yang memiliki vaksin itu dan menyarankan supaya ke Bandung. Akhirnya kami minta diberikan tablet-tablet antibiotik saja. Untunglah akhirnya dapat berangsur sembuh.

Nasib anak anjing itu ? Kami pikir nasibnya sudah tamat karena warga sekitar kami umumnya menganggap anjing binatang haram. Tapi seminggu kemudian, sekelompok anak-anak yang naik di atas tembok dekat anak anjing malang itu ditubruk, berteriak-teriak. Mereka melempar-lembar ke tanah kosong dan bersamaan dengan itu terdengar teriak anjing terkaing-kaing !

Saya segera pergi melihat apa yang terjadi. Dan benar di antara semak-semak di bawah pohon pisang terlihat anak anjing yang sebelumnya tertabrak itu tengah meringkuk dan menggigil seperti kedinginan atau ketakutan. Saat itu musim hujan dan kota kami memang terkenal sebagai kota hujan dan dingin. Makanya kami heran, anjing itu masih dapat bertahan hidup.Sangat memprihatinkan. Kurus, berbau dan tentu lapar.

Saya pulang ke rumah mengambil nasi lengkap dengan lauknya sepotong daging. Ketika makanan kusodorkan dengan hati-hati, ia pun mendekat perlahan-lahan menggoyang-goyangkan kepala dan kedua telinganya. Itulah tanda seekor anjing menunjukkan persahabatannya. Tak lama kemudian makanan itu habis dilahapnya. Ia memang lapar.

Aku bermaksud membawa untuk merawat anjing itu. Tapi bagaimana caranya ? Memegangnya, nanti digigit lagi. Dijerat, nanti mati atau dia marah merasa dianiaya lagi. Akhirnya aku ingat ada kandang kucing terbuat dari kawat di rumah. Salah satu dindingnya merangkap sebagai pintunya yang dapat diangkat tutup.

Saya menambah makanannya. Ketika ia sedang makan, ku sungkup dan ku serok dia ke
dalam kadang lalu ku tutup. Maka dengan mudah dapatlah aku membawanya pulang. Sekujur
tubuhnya terdapat luka-luka, budukan dan berbau. Lalat-lalat mulai berdatangan.

Kupikir, anjing ini mesti dimandikan. Caranya ? Dari sela-sela jeruji kandang itu ku ikatkan tali ke lehernya dan ujung talinya ku tarik di antara sela-sela dinding yang berlawanan dengan pintu dan ku ikatkan. Dengan seember air yang telah kuberi larutan sabun mandi yang wangi ku mandikan dan ku sikat kekujur tubuh anjing itu melalui pintu kandang yang kini sudah dapat ku buka. Sesudah itu ku siramkan air yang dicampur dengan minyak tanah ke sekujur tubuhnya untuk menghilangkan bau dan mengobati luka-lukanya.

Ternyata kesehatan si Buduk cepat pulih. Makin jinak dan makin besar. Ketika mulutnya ku buka, gigi-giginya sangat tajam seperti jarum. Maka untuk mengurangi bahaya bila suatu ketika ia lepas dan menggigit orang, maka ujung-ujung giginya ku tumpulkan sedikit dengan kikir. Mendengar suara anak-anak ia sangat marah. Mungkin ingat waktu dilempar-lempari dulu.

Ia kami tugaskan menjaga keamanan samping rumah yang bersebelahan dengan tanah kosong. Sekali seminggu ku bawa dia berjalan-jalan keluar untuk tidak terlalu jenuh karena lama diikat. Bergantian dengan Nuvo dan Pluto. Tak boleh bersamaan, karena ketiganya jantan, maka kalau bertemu cenderung berkelahi. ***

2 comments:

anonym said...

teringat peliharaan di rumah...

amalia_deska@yahoo.co.id said...

kasian banget ya bu?

Contact Form

Name

Email *

Message *