Tuesday, March 30, 2010

TAK SETUJU BOIKOT PAJAK

Kecewa dengan adanya mafia hukum pajak di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak boleh-boleh saja. Tetapi gerakan untuk mengajak masyarakat tidak membayar pajak tanpa ada solusinya agaknya kurang bijaksana. Maksud baik para pemrotes ini bisa dimanfaatkan orang-orang atau perusahaan-perusahaan yang selama ini memang jadi pengemplang pajak sebagai dalih untuk menghidari kewajibannya.

Penerimaan pajak yang sekarang menempati 70 % dari penerimaan negara akan sangat terganggu bila gerakan ini terus berlanjut. Kalau penerimaan negara mandeg, dari mana lagi negara akan membiayai pelayanan masyasrakat seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, rehabilitasi jalan, perlistrikan dan lain-lain.

Kalau memang untuk sementara ini Ditjen Pajak tidak mendapat kepercayaan lagi, maka untuk menampung pembayaran pajak mungkin dapat ditempuh cara seperti yang pernah diberlakukan terhadap Ditjen Bea Cukai sekitar tahun 70-an, yang melucuti sementara fungsi instansi ini dan mengalihkannya ke sebuah badan lain yang profesional.

Kepada Badan inilah para wajib pajak tetap dapat melakukan kewajibannya menyetorkan pajak. Ketika Ditjen Bea Cukai ketika itu dianggap sudah melakukan pembenahan diri dan dipandang sudah layak operasi lagi, barulah fungsinya dikembalikan lagi.

Untuk mewujudkan ini Presiden dapat mengeluarkan Perpu, karena bila penerimaan negara terhambat, maka negara ini bisa bangkrut sehingga perlu dilakukan langkah darurat dengan Perpu. Barangkali bisa sekaligus diberlakukan hukum acara "pembuktian terbalik". Dengan itu dapatlah dilakukan klarifikasi asal-usul kekayaan dari mereka yang kekayaannya jauh melebihi dari yang wajar sesuai pekerjaannya.

Monday, March 29, 2010

GAYUS TAMBUNAN SEBAIKNYA SERAHKAN DIRI

Gayus Tambunan yang oleh banyak orang akhir-akhir ini diharapkan dapat menjadi kunci pengungkapan mafia pajak dan mafia hukum, sebaiknya menyerahkan diri, daripada terus-menerus menjadi buronan.

Bila menyerahkan diri dan diberi perlindungan serta mau bekerjasama mengungkap sejelas-jelasnya kasus ini, akan sangat menjadi pertimbangan untuk mendapatkan keringanan hukuman bahkan mungkin pengampunan. Keluarga serta kedua keluarga besarnya tak perlul agi ikut susah-susah menyembunyikan diri.

Apalagi bila dalam kasus ini dia hanya dijadikan tumbal oleh para mafia hukum. Kejahatan yang melibatkan banyak orang hanya dia sendiri yang harus menanggung akibatnya. Mestinya ia belajar dari Komjen Susno Duadji. Dahulu ia dicerca sebagai pengkhianat bangsa, sekarang terbalik jadi disanjung-sanjung seperti pahlawan.

"PEMBUKTIAN TERBALIK" DAN "HUKUMAN MATI"

Sudah sejak lama masalah "Pembuktian Terbalik" diwacanakan. Tetapi tidak pernah nampak aksi nyata untuk mewujudkannya.

Menurut pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945 pemegang kekuasaan pembentukan Undang-Undang adalah DPR. Dus, dalam masalah pembentukan undang-undang, DPR lah yang seharusnya paling bertanggung jawab sebagai pemegang kuasanya. Sedang Presiden sesuai dengan pasal 5 "hanya berhak" mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.

Dengan demikian sesuai dengsan jiwa konstitusi ini, DPR lah yang harus lebih berinisiatif melahirkan undang-undang "pembuktian terbalik" ini. Selama ini agaknya kebanyakan rancangan undang-undang datangnya dari pemerintah. Tugas pokok pemerintah seharusnya lebih pada pembuatan peraturan untuk melaksanakan undang-undang.

Mungkin saja rancangan undang-undang dimaksud sudah pernah ada, tetapi tidak diproses lebih lanjut karena kurang mendapat dukungan. Kalau kurang mendapat dukungan, perlu dipertanyakan. Mungkin di balik itu ada kekuatan-kekuatan seperti "mafia hukum" yang selalu berupaya menggagalkannya karena akan merintangi tindak kejahatan mereka. Bahkan takut hasil-hasil kejahatan mereka sebelumnya kelak akan dikejar dengan undang-undang itu.

Oleh karena itu dengan makin maraknya pengungkapan tindak pidana ekonomi akhir-akhir ini serta sulitnya menjerat koruptor dengan hukum acara pidana saat ini, sudah saatnya undang-undang pembuktian terbalik ini benar-benar diwujudkan.

Lembaga-lembaga penekan dari masyarakat, LSM-LSM, mahasiswa, media massa, jaringan seperti facebook, bahkan kalau perlu demonstrasi-demonstrasi perlu dikerahkan melakukan tuntutan. Semua fraksi-fraksi di DPR harus didorong. Fraksi partai yang enggan biar "dicecar" sebagai a-nasionalis. Melalui Perpu, agaknya sulit karena syaratnya harus "keadaan darurat".

Begitu pentingnya pembuktian terbalik ini, sehingga bila perlu diangkat ke atas dan dimasukkan dalam konstitusi melalui sidang MPR !

Hukuman mati
Ada lagi masalah hukum yang perlu mendapat perhatian, yaitu mengenai hukuman mati. Hukuman mati jelas tak selaras dengan jiwa Sila pertama Pancasila. Sebagai umat beragama semua yakin nyawa adalah berasal dari Tuhan dan yang berhak mengambilnya juga adalah Tuhan.

Mungkin inilah yang menjadi dilema selama ini, sehingga nampak seperti ada keengganan dalam melaksanakan eksekusi terhadap para terpidana mati. Hati nurani dan keyakinan iman membisikkan, bukan hak manusia "mencabut nyawa manusia", tetapi di lain pihak harus melaksanakan keputusan pengadilan ! Akibatnya jumlah terpidana mati di penjara-penjara terus meningkat.

Perlu kiranya dipikirkan penggantian hukuman mati ini dengan hukuman puluhan bahkan diatas seratus tahun seperti telah dilakukan di berbagai negara. Ini sama artinya dengan menjatuhkan hukuman mati secara alami, bukan oleh tangan manusia. Bukankah lebih selaras dengan Pancasila dan lebih manusiawi ?

PEMECATAN GAYUS , HARAP TAK BLUNDER

Dirjen Pajak mengatakan sudah mengusulkan agar Gayus Tambunan dipecat, karena telah mengaku dan terbukti terlibat dalam "Mafia Pajak".

Lepas dari kekecewaan kita semua terhadap ybs, yang telah merugikan negara begitu besar, Ditjen Pajak agar mengkaji benar-benar peraturan yang ada sebelum menjatuhkan hukuman pemecatan tidak dengan hormat. Jangan karena panik lalu Ditjen Pajak melakukan tindakan gegabah yang dapat menciptakan masalah baru.

Menurut UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ( kalau belum berubah), seorang PNS diberhentikan dengan tidak hormat bila melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman penjara empat tahun atau lebih berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Sedangkan seperti diberitakan, dalam keputusan pengadilan Gayus Tambunan yang lalu dia diputus bebas.

Seingat saya ada satu PP tahun 1979 yang menyatakan seorang PNS yang tidak masuk bekerja selama enam bulan berturut-turut tanpa alasan yang sah, langsung diberhentikan tidak dengan hormat tanpa perlu melalu proses sesuai PP.30/1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Saturday, March 27, 2010

BERKEBUN DALAM POT


Berkebun dalam pot dapat memberi banyak manfaat :


1. Sebagai sumber sayur-mayur, seperti bayam, sawi, terong, kacang panjang, bawang, cabe, sayur katuk, dll guna memenuhi gizi keluarga dengan menggunakan bahan-bahan murah, seperti sampah yang diolah menjadi kompos dan kaleng-kaleng atau ember bekas sebagai pot. Terutama pada rumah dengan lahan terbatas.
2. Sebagai apotik hidup, di mana dapat ditanam tanaman-tanaman obat seperti jahe, kunyit, jeruk nipis, kumis kucing, sirih, dll. Kunyit selain membuat hidangan lebih "indah", juga sebagai obat infensi luar/dalam tubuh, juga penambah darah. Kumis kucing obat kencing batu.
3. Sebagai hobi, pengisi waktu luang dan mengatasi kejenuhan, seperti para pensiunan dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Jangan ngelamun aje.
4. Untuk keindahan dan kenyamanan lingkungan. Dengan mengolah sampah menjadi kompos berarti menjaga kelestarian lingkungan dan dengan penanaman tanaman-tanaman hias dalam pot menjadikan lingkungan lebih indah.
5. Untuk penghematan. Dengan adanya sumber sayur-mayur sendiri, bahan bumbu-bumbu dan tanaman-tanaman obat sendiri, dapat menghemat pengeluaran belanja dapur.
6. Sebagai ekperiment atau uji coba dalam skala kecil. Setelah beroleh pengalaman praktis dan berhasil dapat dikembangkan menjadi usaha bisnis komersil.
7. Sarana pertemanan antar sesama peminat untuk bekerjasama dan tukar-menukar pengalaman untuk peningkatan pengetahuan.
8. Khusus untuk blog ini sangat diharapkan adanya komentar-komentar dan sumbangan pemikiran, khususnya dari mereka yang berpengalaman terutama para penyuluh pertanian.

INSPIRASI SEORANG MURTADIN

Seorang teman, mengaku sering disindir sebagai Murtadin. Mengapa, karena dahulu ia memang seorang Muslim. Dalam sebuah bukunya ia menulis, kata ISLAM sebagaimana yang pernah dijelaskan teman-temannya adalah singkatan dari Imsak, Subuh, Lohor, Asar dan Magrib. Ini menunjukkan saat-saat umat Muslim melaksanakan sholat.

Namun sekarang, baginya kata itu selalu mengingatkan saat-saat mendebarkan dalam 24 jam proses kematian Isa Almasih (Tuhan Yesus Kristus) mulai saat penangkapan di Taman Getsemani sampai kebangkitanNya dari kematian.

Imsak ( I ) , mengingatkan dia waktu Ia membawa murid-muridNya untuk berdoa di Taman Getsemani.
Subuh ( S ) , mengingatkan dia waktu beliau ditangkap dan langsung diadili tanpa bersalah.
Lohor ( L ) , mengingatkan dia waktu Ia disalibkan.
Asar ( A ) , mengingatkan dia waktu Ia wafat dan diturunkan dari kayu salib.
Magrib (M ) , mengingatkan dia waktu Isa Almasih dimakamkan.

Sedang bila melihat umat Islam bergegas pergi ke mesjid-mesjid untuk sembahyang Jumat, mengingatkan dia akan hari saat Isa Almasih disalibkan, yang oleh umat Kristen juga sekarang hari itu sekali setahun dimuliakan sebagai "Jumat Agung". Karena pada hari itulah nubuat penebusan dosa manusia dengan "korban anak domba yang tak bercacat" digenapi.

Lalu hari kebangkitanNya, yaitu hari Minggu, hari ketiga setelah disalibkan dirayakan sebagai Hari Raya PASKAH. Karena itu pula maka hari hari Minggu menjadi hari Ibadah umat Kristen. Hari kemenangan atas maut. Yesus yang telah mengalahkan maut itu dalam Injil-Nya Ia telah mengingatkan bila Ia datang kembali ke dunia, semua manusia yang mati akan dibangkitkan dan akan diadili bersama dengan orang-orang yang masih hidup.

Ia sendiri yang akan menjadi hakim dan Ia menjanjikan setiap orang yang percaya kepadaNya dan mengikuti ajaranNya akan masuk dalam kehidupan surgawi yang kekal dan mereka yang tidak percaya akan dibuang ke dalam api naraka yang kekal. Hiii...........!

Friday, March 26, 2010

WAH, PELAPOR MALAH JADI TERSANGKA !

Komjen Susno Duaji diundang untuk memberi informasi lebih lanjut menyangkut laporannya tentang makelar kasus di lingkungan institusinya. Ternyata diperlakukan bukan sebagai undangan. Karena ternyata ia kemudian malah menjadi terperiksa atau tersangka.

Bukankah seharusnya ia didatangkan dengan Surat Panggilan atau Surat Perintah Dinas menghadap kalau memang akan diarahkan menjadi terperiksa ? Tidak jelas apakah Susno diperiksa atas dasar laporannya atau atas dasar pengaduan kedua oknum yang disebut-sebut dalam laporannya.

Seseorang yang didatangkan dengan undangan, Surat Panggilan dan Surat Perintah Dinas, dan pelapor kasus yang datang atas kerelaannya sendiri, jelas akan mendapat perlakuan yang berbeda. Seorang Undangan, sesuai etika akan diperlakukan dengan hormat dan sebaik-baiknya oleh Pengundang.

Seorang pelapor sukarela yang melaporkan suatu kasus untuk kepentingan umum, seogyanya dilindungi. Bila minta namanya dirahasiakan demi keamanan harus dihormati. Demikian pula agar tidak dipaksakan menjadi saksi di pengadilan demi keamanan dan pergaulan sosialnya. Menjadi kewajiban penyidiklah untuk mengembangkan bukti-bukti.

Sedang seseorang yang didatangkan dengan Surat Penggilan atau Surat Perintah Dinas dalam suatu kasus, memang dapat berakibat dia menjadi saksi, tersangka bahkan mungkin langsung dikenakan penahanan.

Agaknya memang perlu diatur atau dipertegas lagi tata cara penanganan pelaporan kasus. Agar pelapor dijamin keamanannya agar tidak serta-merta malah terbalik dia yang menjadi pesakitan dengan mencemarkan nama baik seseorang.

Kasus Susno ini akan menjadi suatu dilema. Pelapor justru menjadi tersangka. Sedangkan oknum-oknum yang dilaporkan terlibat kasus, tak ada sedikitpun pernyataan apakah sudah diperiksa.

Karena itu dapat dimaklumi kalau banyak orang yang khawatir tak akan ada orang lagi yang mau melaporkan tindaL kriminal kepada polisi. Termasuk orang yang dicurigai teroris. Sebab jangan-jangan ia akan dipaksa membuktikan kecurigaannya. Kalau tidak bisa, malah dijadikan tersangka mencemarkan nama baik orang. Bahkan mungkin ditahan. Terduga terorisnya sendiri belum diusut.


Cara Mengendalikan Diskusi

Bagaimana mengatasi perdebatan berkepanjangan dalam diskusi santai karena banyaknya usul, protes dan desakan ?

Ketika masih di kelas III SMA Negeri Poso dahulu, kami teman-teman sekelas mempunyai cara yang jitu. Bila salah seorang dari kami kebetulan seperti dalam posisi sebagai moderator atau bintang utama diskusi, maka gampang saja.

Mula-mula kami tanya satu-persatu orang-orang yang banyak rewel itu seakan-akan menginventarisasi masalah mereka. Kalau sudah, kami berkata : "Semua memang bagus, tapi sayang usul, saran dan protes rekan-rekan tak dapat diterima," lalu segera ketok meja dan berkata "Rapat selesai !".

Biasanya masih akan banyak protes. Lantas dijawab : "Tapi rapat sudah ditutup dan keputusan sudah diambil". Sebelum itu Anda memang sudah perlu siap-siap jaga jarak. Tapi biasanya semuanya akan tertawa merasa geli dengan "keotoriteran" Anda.

SUDAH BACA BUKU BERAPA ?

Suatu hari, di kantor pada jam istrahat, kami karyawan sedang santai bercengkerama. Tiba-tiba seorang teman lain datang mau ikut bergabung. Tetapi Pak Widadi, seorang yang memang senang membuat humor, melakukan "test" dulu. "Anda sudah baca berapa buku ? Kalau belum sepuluh, belum boleh", katanya disambut riang teman-teman. "Sudah seratus", jawab teman itu tak mau kalah.

Monday, March 22, 2010

SEKARANG BUKA-BUKAAN !

Efek domino dari hasil Pansus Bank Century yang lalu ternyata luar biasa. Sekarang di sana-sini saling buka-bukaan. Banyak koruptor masa lalu dan masa sekarang ketakutan. Partai-partai saling membuka nama-nama penerima suap di partai-partai seterunya. Khususnya menyangkut penyuap untuk meloloskan Miranda Gultom sebagai Deputi Gubernur BI. Hampir semua partai ternyata terlibat. PDIP, Golkar, Demokrat, PPP dstnya.

Sebagai rentetannya, beberapa partai nampak mulai melunak, mungkin supaya kader-kader korup itu tidak sampai diproses lebih lanjut. Beberapa tokoh PDIP secara aneh mulai putar haluan 180 derajat. Mau berkoalisi dengan partai pemerintah yang kini makin goyah. Padahal sebelumnya selalu ditentangnya dengan keras. Bisa jadi, partai oposisi inipun kalau jadi berkoalisi pada akhirnya akan ikut tenggelam bersama koalisinya pada tahun 1014.

Sebagai efek dominonya pula, banyak tokoh-tokoh yang mulai gerah melihat kenyataan menyedihkan itu lalu membentuk cikal bakal partai politik baru : Nasional Demokrat.

Di kalangan kepolisian juga kini mulai saling buka-bukaan. Para jendral kini saling membuka perilaku buruk masa lalu sesamanya menyangkut "makelas kasus". Yang sudah pensiun pun nampak cemas. Bahkan bongkar-membongkar itu sekarang sudah mulai merembet pula ke Kejaksaan Agung dengan divonisbebasnya Gayus Tambunan oleh Pengadilan dalam kasus penggelapan pajak dan pencucian uang. Menurut jaksa dan para hakim bukti kesalahan tidak ada. Ya, kalau tak serius dicari memang tak akan ada ! Komisi Yudisial perlu turun tangan.

MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Banyak pelajar yang sedang dan akan mengikuti Ujian Nasional tahun ini nampaknya cemas takut tidak lulus. Tahun lalu di beberapa tempat ada yang sampai bunuh diri. Bahkan diberitakan, menjelang ujian nasional ini, belum-belum sudah ada yang gantung diri.

Ini semua adalah gelagat kurang percaya diri, tidak merasa siap, karena kurang menguasai materi-materi pelajaran sesuai yang telah diprogramkan. Entah karena malas belajar, kurang buku-buku pelajaran atau karena guru-guru yang kurang kapabel.

Disamping kurang percaya diri, perasaan pesimis dan cenderung lekas putus asa ini juga akibat melihat, seakan-akan kesempatan hanya ada pada tahun ini. Padahal kalau belum lulus dapat mengulang lagi tahun depan. Bahkan sekarang malahan ada ujian susulan berupa Paket C. Peluang ini dahulu tidak ada. Kalau tidak lulus, tak ada pilihan lain kecuali mengulang dan menunggu lagi sampai ujian tahun depan sambil belajar lebih keras. Jadi perlu kesabaran dan ketekunan.

Ada lagi yang merasa, seolah-olah hanya kelulusan di Unas, satu-satunya yang memberi masa depan yang baik. Padahal banyak orang yang sukses karena kreativitas meskipun hanya berpendidikan rendah. Sebaliknya sekarang banyak sarjana yang menganggur.

Jadi, bila ada yang belum berhasil tahun ini, biarlah tetap tegar dan berusaha. Mental harus kuat, bersemangat dan tidak melempem !. Lihat juga peluang lain yang mungkin belum anda sadari. Tokoh-tokoh Buya Hamla, Adam Malik, konon juga H.Agus Salim lebih banyak otodidak.

Monday, March 15, 2010

Klarifikasi Kebenaran Sejarah Adam Malik

Tanpa mengurangi keinginan Julius Pour beberapa waktu lalu untuk menemukan kebenaran sejarah dengan “menyebarluaskan” isi buku Legasi of Ashes, The History of CIA” tulisan Tim Weiner yang memuat tuduhan Adam Malik seorang agen CIA, sungguh menggelisahkan kita. Perlu segera ada klarifikasi dan bangsa ini harus menyatakan sikap.

Penulis kenal Pak Adam Malik seorang pejuang, pemimpin dan diplomat terkemuka Indonesia pertama-tama melalui buku-buku sejarah. Perannya sebagai pemuda Pejuang Menteng 31, peristiwa Rengasdengklok dimana para pemuda “menculik” Bung Karno dan Bung Hatta untuk mendesak agar segera memproklamirkan kemerdekaan. Ia juga adalah tokoh pendiri partai Murba yang pada masa Orde Lama dibubarkan.

Ketika ia menjabat sebagai menteri Luar Negeri Indonesia lalu Menteri Utama, diplomat ulung ini pernah masuk sebagai laporan utama majalah terkemuka Amerika News Week. Ia mempopulerkan motto beliau dalam kariernya dengan mengutip dalam kata-kata Indonesia : semuanya bisa diatur. Memang dialah salah satu tokoh penggagas pemulihan kembali perdamaian di Asia Tenggara pada saat konflik konfrontasi dengan Inggeris-Malaysia masih tengah berlangsung. Dia pula salah satu penggagas dan yang merealisasikan pembentukan ASEAN. Lalu mengembalikan Indonesia menjadi anggota PBB. Dialah yang kemudian mengangkat nama harum Indonesia ke forum internasional sehingga boleh berdiri tegak kembali di pentas politik dunia.

Kegetirannya dalam hal penegakan hukum dan pelanggaran hak-hak azasi manusia pernah dia lontarkan ketika masih menjabat Ketua MPR. Ia mengecam keras praktek hukum rimba aparat keamanan yang menghukum mati para tersangka pelaku kriminal pada saat itu yang dikenal dengan petrus (penembak misterius). Hampir setiap hari ditemukan lelaki-lelaki bertato tergelatak di pinggir jalan dengan luka tembak di kepala. Tak ada proses hukum dan konon pernah ada orang salah culik dan ditembak hanya karena nama sama. Adam Malik meradang dan mengecam cara-cara penembakan misterius itu. “Kalau memang menjahat, adili mereka di pagi hari lalu petangnya ditembak mati di tanah lapang”, begitu sekali pernah ia ungkapkan seperti dikutip suratkabar.

Kalau tentang pengetahuan akan Negara dan bangsanya, Indonesia, dialah orang yang dipilih penerbit Ensiklopedi Americana dengan buku tebal-tebal itu untuk menulis tentang Indonesia.
Penulis beruntung pernah mengenal beliau secara langsung dalam tiga kali pertemuan. Pertama ketika ia menyerahkan piagam pemenang sayembara tulisan mengenai penegakan Hak-hak Azasi Manusia yang diprakarsai PWI dan LBH – dimana penulis menjadi salah seorang penerimanya. Saat itu ia sudah menjadi Wakil Presiden. Ini sekali lagi menunjukkan kegandrungan seorang Adam Malik dalam menghargai harkat manusia.

Pertemuan langsung kedua ketika cikal bakal Dewan Redaksi koran Harian Empat Lima membicarakan persiapan penerbitan koran ini di rumah beliau di Jalan Imam Bonjol Menteng. Kebetulan penulis bakal menjadi salah seorang redaktur di bawah kepemimpinan Zulharmans dan Drs. Suyatno Pemimpin Usaha. Sedang Adam Malik sebagai pendiri koran berlogo bambu runcing dengan Merah Putih di ujungnya ini, sebagai Penasehat.

Saya terheran-heran melihat di ruang tamu beliau selembar besar kain beludru bergambar jenazah Yesus Kristus terpampang di dinding, tepat di depan kursi-kursi tamu. Latar gambar yang kecoklatan memang menambah perasaan iba melihat tubuh dibalut separoh kain kafan itu diturunkan hati-hati ke lubang batu. Ini bukan saja mengekpresikan kemarahannya atas perlakuan tak manusiawi kepada sesamanya, tetapi juga menunjukkan bagaimana jiwa toleransi beliau atas kebinekaan khususnya perbedaan agama. Orang semua tahu itu adalah symbol-simbol Kristiani sedang Adam Malik adalah seorang Haji.

Pertemuan langsung ketiga ketika rapat bersama di kantor PT.Inaltu Pulogadung, yang mencetak Harian Empat Lima. Kami memutuskan tidak melanjutkan penerbitan koran ini. Alasan formalnya karena terus-menerus merugi. Tetapi yang sebenarnya, tim redaksi yang sebagian besar adalah bekas wartawan-wartawan Harian Kami yang dibreidel sebelumnya mulai gerah karena mulai coba didikte oleh sebuah lembaga sekuriti. Setiap malam seorang mayor intel mengawasi setiap berita-berita yang akan diterbitkan, dan bila ada yang menurut pendapatnya “dapat mengganggu keamanan” ia minta dicabut. Adam Malik yang memang seorang bekas jurnalis kawakan sungguh memahami suasana batin para wartawan muda-muda itu dan menyetujui pembubaran. Apalagi oleh campur tangan pihak luar itu Harian Empat Lima tak bebas lagi menampilkan berita-berita yang faktual dan kristis senafas dengan jiwa symbolnya.

Jadi menilik karakter beliau meski hanya sepintas ini, agaknya apa yang disebut-sebut bekas agen CIA itu mengenai Adam Malik sungguh diragukan. Patutlah dipertanyakan apa sesungguhnya motivasi melontarkan ceritera itu. Apa memang benar-benar mau mengungkap kebenaran ? Atau hanya mau mencari popularitas dan penghargaan murahan seakan-akan jadi orang sangat berjasa buat bangsanya ?

Bahwa Adam Malik sebagai tokoh berjiwa sosialis yang peduli akan nasib rakyat kecil, is ok. Karena partai Murba memang berhaluan sosialis. Tapi apakah semua kaum sosialis menjadi Marxis ? Semua orang yang berjiwa sosial, yang peduli akan nasib sesama adalah sosialis, termasuk semua pemeluk agama. Inilah akibatnya bila kata “sosial” disalahgunakan dalam dunia politik. Citranya menjadi rusak. Sosialis selalu dianalogikan dengan marxisme, bahkan komunisme. Sama dengan Islam yang sering didiskreditkan orang-orang tak bertanggung jawab - yang menganalogkannya dengan teror karena para teroris sering menggunakan predikat agama ini dalam nama organisasi atau gerakan mereka. Karena itu agaknya ada baiknya bila MUI mengeluarkan fatwa yang mengharamkan menggunakan nama Islam dalam nama organisasi atau gerakan yang menggunakan cara-cara kekerasan kecuali perang yang dibenarkan agama.

Adalah sulit dipahami bila seorang pribadi Adam Malik yang menentang pembunuhan semena-mena tanpa proses pengadilan terhadap mereka yang baru disangka sebagai pelaku kriminal, seorang pribadi yang gandrung dengan penegakan hak-hak azasi manusia, mau menerima uang 10.000 dollar AS untuk pembasmian Gestapu.

Pembasmian terhadap jutaan orang-orang yang disangka anggota Gestapu/PKI memang terjadi sesudah itu. Banyak kaum murba yang sebetulnya tak tahu politik dan hanya ikut-ikutan karena desakan ekonomi yang sulit, ikut menjadi korban. Masuk akalkah ini terjadi dengan melibatkan tokoh pembela hak-hak azasi manusia Adam Malik ? Uang itu mungkin saja ada diberikan kepada oknum yang mengaku-ngaku sebagai “orangnya Adam Malik”. Yang ini perlu diselidiki. Mungkinkah beliau mau mempertaruhkan reputasinya yang agung dengan perbuatan brutal itu ? Barangkali mantan agen CIA itu terobsesi dengan ucapan Lenin yang berkata jika akan mewujudkan komunisme yang murni ia tak akan gentar melangkahi timbunan mayat jutaan manusia.

Agen ini memberi predikat marxis kepada beliau lalu mengaitkannya dengan pembasmian jutaan manusia. Memang ini salah satu gaya-gaya kerja intelijens dalam melakukan perang urat syaraf. Mungkin saja ada dana dimaksud dan atas persetujuannya tapi digunakan untuk kebutuhan lain yang baik menurut pandangan beliau. Seperti Jepang melatih tentara Peta untuk tujuannya, tetapi Supriyadi menjalaninya untuk membela Tanah Air. Atau seperti yang banyak terjadi sekarang kaum politisi memberi uang kepada calon pemilih untuk membeli simpati mereka tetapi rakyat tidak memilihnya dan menggunakan uang itu untuk kesejahteraannya sendiri.

Bukankah Pak Adam Malik dijuluki Si Kancil karena cerdiknya ? Satu hal lagi kegeniusan beliau, ia tidak banyak mengandalkan pendidikan formal. Tak akan ditemui titel-titel yang berderet pada namanya. Ternyata ia mampu meraih karier tinggi. Demikian juga Haji Agus Salim. Mengapa sekarang sering dipusingkan dengan syarat titel kesarjanaan bagi seorang pemimpin bangsa ?

Friday, March 12, 2010

Hikmah Dari Pansus Bank Century (2)

DILEMA PAK BOEDINONO
1. Dahulu Pak Boediono dikenal sebagai seorang intelektual yang sederhana, rendah hati dan jujur, sehingga ketika ia dipercaya menjadi Menteri lalu Gubernur Bank Indonesia, orang banyak menaruh harapan kepadanya.

2. Maka ketika ia dicalonkan dan kemudian menjadi Wakil Presiden, banyak pula orang yang mempertanyakan apakah seorang intelektual dan akademisi seperti dia cocok duduk dalam jabatan politis strategis itu. Belajar dari "Dwi Tunggal SBY-JK" sebelumnya, tidakkah ia hanya akan menjadi sekedar "pelengkap" atau bank serep ? Apalagi ketika mulai muncul tuduhan sebagai salah seorang tokoh yang mengantarkan perekonomian negara ke arah ekonomi neo liberal.

3. Dalam hal pengabilan kebijakan menyangkut penalangan Bank Century, memang sah-sah saja bila ia menganalisis situasi dan mengambil kesimpulan tentang situasi monoter di kala penalangan akan dilakukan lalu mengambil kebijakan. Tetapi kemudian beliau nampak seperti bukan seorang intelektual ketika ia tak berani menyatakan secara tegas apakah uang talangan itu termasuk uang negara atau bukan. Padahal hukum-hukum positif mengenai keuangan negara sudah banyak menegaskan itu. Lalu, data Bank Century dari BI sebagai dasar untuk penetapan jumlah dana talangan yang selalu berubah-ubah.! Perencanaan macam apakah ini.

Celakanya lagi, dalam keputusan yang akan membebani keuangan negara itu, tidak ditetapkan plafond dana yang dapat diberikan untuk menalangi bank yang bobrok itu. Ibarat memberikan cek atau surat hutang yang angkanya dibiarkan kosong sehingga orang lain dapat mengisi semaunya ! Dan akibatnya fatal. Yang semula disetujui Rp 632 milyar nyatanya diberikan Rp 6,7 triliyun, alias sepuluh kali lipat !

Sering para spekulator mengatakan, uang negara itu tidak hilang. Pada saatnya bila Bank Century yang kini ganti kulit menjadi Bank Mutiara telah meraih keuntungan, uang negara itu dapat dikembalikan. Beranikah para spekulator itu mempertaruhkan harta miliknya untuk negara bila ramalan mereka tak terbukti ??? Bila Bank itu dijual sekarang, dengan harga berapa mereka berani membayarnya ?

4. DPR secara resmi telah menyalahkan dengan tegas kebijakan penalangan Bank Century di mana Dr. Boediono selaku Gubernur BI dan Wakil Ketua KSSK (Komite Sinkorionisasi Sistem Keuangan) ketika itu ikut bertanggung jawab. Karena itu lalu menyusul banyak tuntutan agar ia mengundurkan diri selaku Wakil Presiden setidak-tidaknya untuk sementara sambil menunggu klarifikasi melalui proses hukum. Ia dinilai tak akan dapat lagi melakukan fungsinya secara efektif karena akan banyak sekali mendapat penolakan.

5. Tetapi Pak Boediono telah mengambil sikap tak akan menundurkan diri dengan alasan tak mau mengingkari suara rakyat yang telah memberikan dukungan yang tinggi pada pemilu yang lalu. Lagi pula ia tak ingin meninggalkan Presiden SBY yang telah memberikan kepercayaan kepadanya.

6. Nampaknya beliau ingin tetap mempertahankan statusquo. Tetapi mungkin Pak Boediono lupa bahwa perolehan suara yang tinggi pada pemilu yang lalu itu adalah terjadi ketika ia masih dipandang sebagai seorang yang sederhana, rendah hati, jujur dan bersih. Tetapi sekarang dalam pandangan banyak orang telah menjadi tokoh yang cacat, bukan lagi seorang yang sederhana tetapi sudah menjadi miliader dengan kekayaan yang bahkan melampaui kekayaan Presiden dengan penambahan signifikant dalam setahun terakhir. Dia tidak lagi dapat dipandang sebagai figur yang bijak, setidak-tidaknya dalam menangani Bank Century. Andaikata ada polling pendapat saat sekarang, akanlah terlihat apakah mayoritas rakyat masih dapat memberi kepercayaan.

Tidak mau meninggalkan Presiden SBY yang telah memberikan kepercayaan ? Kalau hanya menyangkut dua pribadi memang boleh-boleh saja. Tapi bila dilihat dari kepentingan negara dan bangsa, sesungguhnya merugikan. Rakyat memerlukan seorang Wapres yang menjadi salah satu simbol negara, yang dapat bekerja penuh dan segenap perhatiannya terfokus untuk kepentingan rakyat. Bukan seorang Wapres yang di satu sisi setiap saat harus mengcounter para oposannya dan di satu sisi lagi mau melaksanakan fungsinya. Itupun akan masih mendapat penolakan di lapangan sehingga tidak akan efektif.

Kasus beliau malah menjadi beban bagi Presiden. Bahkan mungkin bagi keluarga beliau sendiri. Selama ia masih dalam posisi sekarang ia akan tetap terusik. Mungkin tambah gencar. Agaknya lebih bijaksana sikap yang diambil seorang pejabat tinggi Kejaksaan Agung dalam kasus penahanan kedua pimpinan KPK beberapa waktu yang lalu yang memilih mengundurkan diri. Bukan karena ia terbukti atau mengaku bersalah menurut hukum, tetapi "agar tidak menjadi beban institusi".

Hikmah Dari Pansus Bank Century (1)

Positifnya :
1. Merupakan suatu kemajuan karena untuk pertama kalinya sebuah Pansus DPR dapat berlangsung sampai menghasilkan keputusan final terlepas dari memuaskan atau tidak substansinya.

2. Dengan hasil ini menjadi pembelajaran dan peringatan bagi para pejabat publik khususnya para pengambil kebijakan di tingkat tinggi untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

3. Dengan Pansus ini banyak hal negatif yang selama ini tersembunyi dengan rapih dan tak dapat tersentuh karena para pelakunya berlindung dibalik hak imunitas atau "rahasia negara" dapat terungkap dengan jelas. Lebih lanjut lagi, kini dari kedua blok yang berbeda, mulai saling buka kartu. Mungkin ada yang hanya sekedar fitnah tapi juga mungkin ada yang benar. Biarlah proses hukum yang menyelesaikannya.

4. Dengan persidangan Pansus yang terbuka untuk umum dan ditayangkan langsung secara luas melalui media audio visual, rakyat Indonesia ikut mendapatkan pembelajaran mengenai ketatanegaraan kita.

5. Dari jalannya persidangan Pansus DPR ini rakyat selaku kontestant pemilu dapat menilai perilaku wakil-wakilnya di DPR, baik partainya maupun pribadi-pribadinya, sebagai masukan untuk pemilu yang akan datang. Mana Parpol dan anggota-anggota DPR yang benar-benar bekerja dengan sungguh-sungguh mementingkan negara dan bangsa yang dapat menjadi andalan sebagai pemimpin masa depan dan mana yang sama sekali tidak pantas untuk dipilih kembali dan bahkan kalau bisa perlu dituntut supaya di recall.

6. Ada pelajaran moral, bahwa tatkala seseorang diperhadapkan dengan kebenaran yang hakiki, ia akan mengikuti suara hati nuraninya. DPR sudah sejak lama dikritik sebagai gelanggang pertarungan antara kepentingan rakyat, kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi. Anggota-anggota DPR banyak difasilitasi dengan berbagai "kesenangan", baik perumahan yang relatif mewah, kendaraan mewah dan berbagai tunjangan. Sebagai manusia, tentu akan merasa sayang bila fasilitas-fasilitas itu hilang. Tetapi nyatanya, dalam sidang terakhir pengambilan keputusan melalui voting, banyak juga anggota yang mau "berkorban" memilih menuruti suara hati nuraninya berlawanan dengan arahan pimpinan fraksinya.

Negatifnya :
1. Penyelenggaraan Pansus Bank Century ini telah banyak sekali menghabiskan aqnggaran dari uang rakyat yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membangun sarana kesejahteraan rakyat dan perekonomian bangsa, seperti perlistrikan, sarana transportasi umum seperti kereta api, jalan dan jembatan, sekolah-sekolah dan kesehatan masyarakat.

2. Telah banyak sekali menguras waktu, tenaga dan energi para pejabat publik, termasuk parlemen yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi pokoknya.

3. Sampai pada semester pertama masa pemerintahan yang sekarang, DPR dan pimpinan pemerintahan masih saja berkutat pada urusan-urusan yang samasekali tak berkaitan dengan kesejahteraan rakyat dan pembangunan nasional. Beda sekali dengan pemerintah dan parlemen AS misalnya yang sejak awal, perdebatannya selalu fokus pada kepentingan kesejahteraan rakyat seperti penyediaan lapangan kerja, jaminan sosial, dan program kesehatan rakyat.

Monday, March 1, 2010

DIBONCENG MOTOR OLEH PAK HAMZAH HAZ IV(4.13)

Sebagai wartawan Harian Kami sekitar tahun 1968, aku mendapat tugas mengikuti operasi penumpasan gerilyawan Gerakan Pembebasan Rakyat Serawak (GPRS) bersama KKO (sekarang Marinir TNI-AL) di Kalimantan Barat.

Pada masa konfrontasi tahun 1964-1965 menjelang akhir pemerintahan Orde Lama, PGRS ini merupakan sekutu Indonesia melawan Inggeris-Malaysia dan banyak mendapat pelatihan dari tentara Indonesia. Perdamaian dengan Malaysia kemudian dipulihkan oleh pemerintah Orde Baru dan pada saat bersamaan TNI mulai menumpas pemberotakan G30S/PKI yang berhaluan komunis. PGRS ternyata menjadi berhaluan komunis sehingga berbalik menjadi lawan.

Pada saat itu pula di Kalimantan Barat baru saja berakhir kerusuhan antar etnis antara etnis Tionghoa dan suku Dayak. Ribuan pengungsi orang Tionghoa dari pedalaman Kalimantan lari menyelamatkan diri meminta perlindungan pada aparat keamanan di kota-kota besar terdekat.

Di kota Pontianak, nampak pemandangan yang jarang sekali kita saksikan, yaitu banyak orang-orang Tionghoa yang mengemis-ngemis di rumah-rumah makan. Gadis-gadisnya menjadi tuna susila malam hari hanya sekedar untuk dapat mempertahankan hidup. Saat itu Pemda Kalimantan Barat membangun barak-barak penampungan pengungsi di luar kota Pontianak.

Sebelum ke Paloh yang menjadi front terdepan operasi KKO, aku bermaksud meliput terlebih dahulu keberadaan para pengungsi yang sangat menyedihkan itu. Aku menghubungi Harian Kami Edisi Kalbar untuk dapat ikut mendamping. Ternyata Pemimpin Redaksi koran tabloid itu , seorang mahasiwa Universitas Tanjung Pura, yang sekarang kita kenal sebagai Bapak Hamzah Haz, mantan Wakil Presiden RI dan Ketua Umum PPP.

Kami berjumpa di kampusnya. Sebelum ke barak pengungsi, kami terlebih dahulu mewawancarai Gubernur Kalbar Azhari saat itu. Setelah itu dengan mengendarai sepeda motor Jawa, Pak Hamzah Haz membongceng saya ke luar kota menyeberangi sungai melalui jembatan darurat terbuat dari kayu-kayu bulat.

Kondisi para pengungsi sungguh memprihatinkan. Kurus-kurus dan banyak yang tanpa pakaian. Barak mereka hanya beratap daun rumbia dengan dinding setinggi hanya sekitar satu meter.

BENARKAH PEMULIHAN EKONOMI KARENA PENALANGAN BANK CENTURY ?

Selama ini pihak-pihak di Pansus DPR dan orang-orang lain yang sependapat dengan kebijaksanaan penalangan Rp 6,700.000.000.000,00 (sengaja ditulis jumlah nol-nya supaya dapat lebih dibayangkan betapa besar jumlahnya) kepada Bank Centuri, selalu mengklaim "kemajuan" perekonomian kita sekarang sebagai hasil positif kebijaksanaan penalangan itu.

Tapi benarkah ? Karena ada yang berpendapat, sebetulnya dampak sistemik dari kegagalan Bank Century sebenarnya tidak ada atau minim sekali. Indonesia saat itu tidak terlalu terimbas oleh krisis moneter yang menjalar dari Amerika itu, karena ketergantungan kepada eksport ke Amerika tidak terlalu besar. Berbeda dengan negara-negara seperti Singapura.

Jadi kalau ekonomi kita sekarang memang benar membaik, adalah karena Indonesia saat itu memang tidak mengalami krisis yang serius. Dan yang dikatakan kemajuan ekonomi itu memanglah hal yang sewajarnya seiring dengan pulihnya kembali perekonomian negara-negara yang mengalami krisis itu.

Contact Form

Name

Email *

Message *