Monday, March 1, 2010

DIBONCENG MOTOR OLEH PAK HAMZAH HAZ IV(4.13)

Sebagai wartawan Harian Kami sekitar tahun 1968, aku mendapat tugas mengikuti operasi penumpasan gerilyawan Gerakan Pembebasan Rakyat Serawak (GPRS) bersama KKO (sekarang Marinir TNI-AL) di Kalimantan Barat.

Pada masa konfrontasi tahun 1964-1965 menjelang akhir pemerintahan Orde Lama, PGRS ini merupakan sekutu Indonesia melawan Inggeris-Malaysia dan banyak mendapat pelatihan dari tentara Indonesia. Perdamaian dengan Malaysia kemudian dipulihkan oleh pemerintah Orde Baru dan pada saat bersamaan TNI mulai menumpas pemberotakan G30S/PKI yang berhaluan komunis. PGRS ternyata menjadi berhaluan komunis sehingga berbalik menjadi lawan.

Pada saat itu pula di Kalimantan Barat baru saja berakhir kerusuhan antar etnis antara etnis Tionghoa dan suku Dayak. Ribuan pengungsi orang Tionghoa dari pedalaman Kalimantan lari menyelamatkan diri meminta perlindungan pada aparat keamanan di kota-kota besar terdekat.

Di kota Pontianak, nampak pemandangan yang jarang sekali kita saksikan, yaitu banyak orang-orang Tionghoa yang mengemis-ngemis di rumah-rumah makan. Gadis-gadisnya menjadi tuna susila malam hari hanya sekedar untuk dapat mempertahankan hidup. Saat itu Pemda Kalimantan Barat membangun barak-barak penampungan pengungsi di luar kota Pontianak.

Sebelum ke Paloh yang menjadi front terdepan operasi KKO, aku bermaksud meliput terlebih dahulu keberadaan para pengungsi yang sangat menyedihkan itu. Aku menghubungi Harian Kami Edisi Kalbar untuk dapat ikut mendamping. Ternyata Pemimpin Redaksi koran tabloid itu , seorang mahasiwa Universitas Tanjung Pura, yang sekarang kita kenal sebagai Bapak Hamzah Haz, mantan Wakil Presiden RI dan Ketua Umum PPP.

Kami berjumpa di kampusnya. Sebelum ke barak pengungsi, kami terlebih dahulu mewawancarai Gubernur Kalbar Azhari saat itu. Setelah itu dengan mengendarai sepeda motor Jawa, Pak Hamzah Haz membongceng saya ke luar kota menyeberangi sungai melalui jembatan darurat terbuat dari kayu-kayu bulat.

Kondisi para pengungsi sungguh memprihatinkan. Kurus-kurus dan banyak yang tanpa pakaian. Barak mereka hanya beratap daun rumbia dengan dinding setinggi hanya sekitar satu meter.

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *