Friday, March 12, 2010

Hikmah Dari Pansus Bank Century (2)

DILEMA PAK BOEDINONO
1. Dahulu Pak Boediono dikenal sebagai seorang intelektual yang sederhana, rendah hati dan jujur, sehingga ketika ia dipercaya menjadi Menteri lalu Gubernur Bank Indonesia, orang banyak menaruh harapan kepadanya.

2. Maka ketika ia dicalonkan dan kemudian menjadi Wakil Presiden, banyak pula orang yang mempertanyakan apakah seorang intelektual dan akademisi seperti dia cocok duduk dalam jabatan politis strategis itu. Belajar dari "Dwi Tunggal SBY-JK" sebelumnya, tidakkah ia hanya akan menjadi sekedar "pelengkap" atau bank serep ? Apalagi ketika mulai muncul tuduhan sebagai salah seorang tokoh yang mengantarkan perekonomian negara ke arah ekonomi neo liberal.

3. Dalam hal pengabilan kebijakan menyangkut penalangan Bank Century, memang sah-sah saja bila ia menganalisis situasi dan mengambil kesimpulan tentang situasi monoter di kala penalangan akan dilakukan lalu mengambil kebijakan. Tetapi kemudian beliau nampak seperti bukan seorang intelektual ketika ia tak berani menyatakan secara tegas apakah uang talangan itu termasuk uang negara atau bukan. Padahal hukum-hukum positif mengenai keuangan negara sudah banyak menegaskan itu. Lalu, data Bank Century dari BI sebagai dasar untuk penetapan jumlah dana talangan yang selalu berubah-ubah.! Perencanaan macam apakah ini.

Celakanya lagi, dalam keputusan yang akan membebani keuangan negara itu, tidak ditetapkan plafond dana yang dapat diberikan untuk menalangi bank yang bobrok itu. Ibarat memberikan cek atau surat hutang yang angkanya dibiarkan kosong sehingga orang lain dapat mengisi semaunya ! Dan akibatnya fatal. Yang semula disetujui Rp 632 milyar nyatanya diberikan Rp 6,7 triliyun, alias sepuluh kali lipat !

Sering para spekulator mengatakan, uang negara itu tidak hilang. Pada saatnya bila Bank Century yang kini ganti kulit menjadi Bank Mutiara telah meraih keuntungan, uang negara itu dapat dikembalikan. Beranikah para spekulator itu mempertaruhkan harta miliknya untuk negara bila ramalan mereka tak terbukti ??? Bila Bank itu dijual sekarang, dengan harga berapa mereka berani membayarnya ?

4. DPR secara resmi telah menyalahkan dengan tegas kebijakan penalangan Bank Century di mana Dr. Boediono selaku Gubernur BI dan Wakil Ketua KSSK (Komite Sinkorionisasi Sistem Keuangan) ketika itu ikut bertanggung jawab. Karena itu lalu menyusul banyak tuntutan agar ia mengundurkan diri selaku Wakil Presiden setidak-tidaknya untuk sementara sambil menunggu klarifikasi melalui proses hukum. Ia dinilai tak akan dapat lagi melakukan fungsinya secara efektif karena akan banyak sekali mendapat penolakan.

5. Tetapi Pak Boediono telah mengambil sikap tak akan menundurkan diri dengan alasan tak mau mengingkari suara rakyat yang telah memberikan dukungan yang tinggi pada pemilu yang lalu. Lagi pula ia tak ingin meninggalkan Presiden SBY yang telah memberikan kepercayaan kepadanya.

6. Nampaknya beliau ingin tetap mempertahankan statusquo. Tetapi mungkin Pak Boediono lupa bahwa perolehan suara yang tinggi pada pemilu yang lalu itu adalah terjadi ketika ia masih dipandang sebagai seorang yang sederhana, rendah hati, jujur dan bersih. Tetapi sekarang dalam pandangan banyak orang telah menjadi tokoh yang cacat, bukan lagi seorang yang sederhana tetapi sudah menjadi miliader dengan kekayaan yang bahkan melampaui kekayaan Presiden dengan penambahan signifikant dalam setahun terakhir. Dia tidak lagi dapat dipandang sebagai figur yang bijak, setidak-tidaknya dalam menangani Bank Century. Andaikata ada polling pendapat saat sekarang, akanlah terlihat apakah mayoritas rakyat masih dapat memberi kepercayaan.

Tidak mau meninggalkan Presiden SBY yang telah memberikan kepercayaan ? Kalau hanya menyangkut dua pribadi memang boleh-boleh saja. Tapi bila dilihat dari kepentingan negara dan bangsa, sesungguhnya merugikan. Rakyat memerlukan seorang Wapres yang menjadi salah satu simbol negara, yang dapat bekerja penuh dan segenap perhatiannya terfokus untuk kepentingan rakyat. Bukan seorang Wapres yang di satu sisi setiap saat harus mengcounter para oposannya dan di satu sisi lagi mau melaksanakan fungsinya. Itupun akan masih mendapat penolakan di lapangan sehingga tidak akan efektif.

Kasus beliau malah menjadi beban bagi Presiden. Bahkan mungkin bagi keluarga beliau sendiri. Selama ia masih dalam posisi sekarang ia akan tetap terusik. Mungkin tambah gencar. Agaknya lebih bijaksana sikap yang diambil seorang pejabat tinggi Kejaksaan Agung dalam kasus penahanan kedua pimpinan KPK beberapa waktu yang lalu yang memilih mengundurkan diri. Bukan karena ia terbukti atau mengaku bersalah menurut hukum, tetapi "agar tidak menjadi beban institusi".

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *