Sunday, April 19, 2009

BLT DIKONVERSI KE PADAT KARYA KEBERSIHAN

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) memang dimaksudkan untuk membantu rakyat miskin terutama mereka yang sangat terpukul dengan dampak kenaikan harga BBM tahun lalu. Selain segi-segi positifnya, banyak pula kritik-kritik yang dikemukakan yang menyangkut BLT ini. Baik ekses-ekses dalam penyalurannya maupun efeknya jangka panjang, yaitu dapat membuat orang jadi pemalas, menjadikan orang jadi bermental pengemis dan hidup dengan ketergantungan kepada pemerintah dan terus-menerus mengharapkan bahkan menuntut bantuan pemerintah. Jadi lupa memikirkan potensi atau talenta yang mungkin ada dalam dirinya untuk dikembangkan agar dapat hidup mandiri secara terhormat dan bermartabat.

Berkenan dengan itu agaknya baik dipertimbangkan apakah tidak sebaiknya penyaluran BLT ini untuk selanjutnya dilakukan melalui proyek-proyek kegiatan padat karya dengan sasaran tetap untuk rakyat miskin dan kegiatan-kegiatan yang juga bermanfaat dan langsung dirasakan oleh masyarakat keseluruhannya. Salah satu kegiatan yang dapat dipikirkan adalah kegiatan kebersihan sungai-sungai di perkotaan. Program kegiatan ini ditawarkan kepada keluarga-keluarga miskin yang secara sadar menyatakan diri secara tertulis sebagai warga miskin dan dikuatkan Ketua RT/RW setempat. Orang yang mampu dan merasa malu demi gengsi mengaku sebagai warga miskin dan memegang Kartu Miskin tidak berhak diikutkan dalam program ini. Penyaluran BLT dapat terus dilakukan melalui Kantor Pos bekerjasama Lembaga Sosial Desa/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Keluarahan (LKMD/K).

Faktanya, selama ini kebersihan sungai-sungai di perkotaan, tak terkecuali di Ibukota Negara Jakarta, kebersihan sungai-sungai sangat memprihatinkan, tak sanggup ditangulangi oleh Pemerintah Daerah d.h.i Dinas Kebersihan atau Dinas PU. Entah karena kekurangan anggaran, sarana operasional atau kurangnya rasa tanggung jawab aparat. Sampah-sampah, terutama sampah plastik yang sulit dihancurkan mikroba terus menumpuk. Bukan saja menghalangi lancarnya aliran air sehingga menimbulkan genangan-genangan, tetapi juga sangat jijik dipandang dan menyebarkan bau tidak sedap. Genangan-genangan itu, seperti sudah banyak terjadi, menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk penyebar penyakit Demam Berdarah (DBD). Pada waktu musim penghujan, sampah-sampah yang bertumpuk itu menyebabkan limpahan air meluap, mengalir tak terkendali sampai ke rumah-rumah penduduk, tanpa pandang bulu, rumah si kaya atau si miskin.
Dengan mengarahkan penyaluran BLT kepada kegiatan pembersihan sungai, maka yang akan terjadi adalah :
1. Mereka yang akan bersedia bekerja dalam kegiatan yang oleh sebagian orang dipandang “kotor” ini adalah benar-benar terseleksi, hanya mereka yang sunguh-sungguh tak punya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Entah karena pendidikan rendah atau tak ada lowongan.

2. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar mau bekerja dan bukan orang-orang malas.

3. Mereka adalah benar-benar orang yang jujur mengakui kemiskinannya dan mau bekerja apapun asalkan halal dan bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk lingkungan bersama. Jadi tidak akan terjadi orang yang sesungguhnya mampu secara ekonomi ikut-ikut menikmati BLT dengan mudah.

4. Setiap pekerja diberikan upah sesuai hasil kerjanya. Misalnya berdasarkan jumlah karung sampah yang dapat dikumpulkannya. Dapat dilakukan sendiri-sendiri atau berkelompok. Sesudah dilakukan pengecekan dan pencatatan untuk pemberian hak pembayaran BLT, tumpukan karung-karung sampah itu kemudian diserahkan kepada instansi kebersihan untuk ditindaklanjuti secara kedinasan. Dengan sistim ini, maka pekerja akan berusaha mengumpulkan sampah sebanyak-banyaknya (dengan kata lain melakukan pembersihan lingkungan sebersih-bersihnya) agar bisa mendapatkan upah yang sebanyak-banyaknya.

5. Kelompok-kelompok kerja ini dapat ditetapkan wilayah kerjanya misalnya per Kecamatan, per sungai dengan panjang tertentu, atau dapat pula secara mobil, yaitu dikerahkan ke bagian-bagian sungai yang sampahnya banyak.

6. Untuk awal pelaksanaannya, dapat dimulai dengan uji coba di suatu wilayah misalnya selama 3 bulan, sebagai bahan kajian untuk program selanjutnya.

7. Diharapkan dengan dukungan massmedia, kegiatan ini akan mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat luas yang dapat segera melihat dan merasakan manfaatnya. Mungkin sekali akan ada LSM-LSM baik lokal maupun asing yang akan terdorong ikut memberikan bantuan, baik dana maupun teknologi.

8. Dalam kampanye massmedia, misalnya dalam televisi ditayangkan gambar-gambar kondisi sungai-sungai diperkotaan kita yang memprihatinkan. Diselang-selingi dengan tayangan gambar-gambar sungai di kota-kota besar luar negeri yang terawat baik dan upaya apa yang mereka lakukan untuk mewujudkan itu. Lalu ditayangkan program kegiatan yang sedang dilakukan dan bukti awal hasil dan manfaat yang telah dapat dirasakan dan disaksikan. Kemudian menggugah masyarakat untuk ikut mendukung pengembangan kegiatan ini sehingga pada akhirnya diharapkan semua sungai-sungai di perkotaan kita menjadi bersih, indah. Bencana banjir dan pengembangan penyakit berkurang. Akan lebih baik lagi bila dalam kegiatan ini dibarengi pula dengan penghijauan di sepanjang kali.

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *