Friday, November 2, 2018

Bendera Tauhid Bersanding Dengan Merah Putih

Meskipun beberapa oknum anggota Banser di Garut dan pimpinan GP. Ansor telah memohon ma’af atas pembakaran bendera yang mereka yakini sebagai bendera HTI yang terlarang pada peringatan Hari Santri yang lalu, demontrasi protes atas pembakaran tersebut tetap saja belum berakhir.
Pihak pemrotes berpendapat yang dibakar itu adalah berisi kalimat suci yang dijunjung tinggi oleh semua umat Muslim secara universil. Sementara aparat keamanan dan aparat pemerintah, nampaknya mewaspadai pengibaran bendera tsb. jangan-jangan sebagai upaya dari kelompok-kelompok yang ingin mengganti NKRI yang berdasar Pancasila dengan dasar lain. Apalagi, bendera tesebut pernah digunakan oleh HTI yang sudah terlarang berdasarkan keputusan Pengadilan.
Penulis meyakini para pemrotes sebagaian besar masih mencintai RI yang berdasarkan Pancasila, ber- Bhineka Tunggal Ika dan berbendera Merah Putih. Negara yang telah didirikan para tokoh sepuh Bangsa ini seperti Bung Karno, Bung Hatta, para tokoh agama seperti pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari, KH.Abdul Wahab Hasbullah dan pendiri Muhammdiyah KH. Ahmad Dahlan dan lain-lain. Bahkan jauh sebelumnya telah diikrarkan oleh para pemuda pejuang bersenjata tanggal 28 Oktober 1928 seperti dikenal dalam Sumpah Pemuda..
Lalu para lasykar dan prajurit yang ribuan gugur dalam mempertahankan kemedekaan, termasuk Jenderal Sudirman yang sedang sakit, rela berjuang di hutan dan dikejar-kejar Belanda. Makanya mengherankan, kalau ada mantan peewira tinggi TNI yang meramalkan NKRI Pancasila akan bubar sekitar 30 tahun lagi. Herannya lagi, seorang mantan panglima TNI sampai berujar, bahkan bisa bubar lebih cepat lagi !
Kalau saja Jendral Sudirman atau para pencetus Sumpah Pemuda tahun 1928  mendengar ucapan itu mereka akan marah besar. Masakan mereka mau korbankan jiwa mereka hanya untuk negara RI berusia sekian tahun ! Sering kita dengar impian para pejuang kemerdekaan  dalam lagu-lagu perjuangan, tujuan mereka adalah  mewujudkan negara Republik Indonesia yang Ækekal ! Yakin, kalau toh ada yang bermaksud mengkhianati keputusan dan pengorbanan para sepuh tokoh-tokoh di atas, tentu hanya segelintir orang.
Kembali pada bendera tauhid, hemat penulis tidak apa-apa dikibarkan, sepanjang tidak dimaksudkan untuk menggantikan bendera kebangsaan Merah Putih. Caranya, adalah pada acara-acara khusus seperti hari-hari raya keagamaan seperti hari Santri yang lalu bendera Tauhid dikibarkan bersanding dengan Merah Putih.
 Sebetulnya akan lebih baik, bila untuk hari Santri ada bendera khusus Santri. Didalamnya, selain kalimat suci Tauhid, juga ada gambar pesantren / sekolah, ada simbol kecil merah putih atau pita Bhineka Tunggal Ika.
Adalah lazim pengibaran dua bendera bersanding. Ketika ada pemimpin negara sahabat bertamu, kita menaikkan kedua bendera kebangsaan. Hal sama bila ada hajatan internasional,seperti Asian Games dan juga organisasi-organisasi olahraga, kesatuan-kesatuan  TNI/POLRI bahkan juga daerah Propinsi. Lazim bendera-bendera tersebut dikibarkan, namun tetap bersanding atau sedikit di bawah bendera Merah Putih. Beda misalnya, kalau kita tiba-tiba menemukan ada bendera negara asing berkibar sendirian di wilayah teritorial Indonesia. Sama seperti pengibaran bendera Bintang Kejora tanpa Merah Putih. Atau bendera GAM tanpa Merah Putih. Patut ditolak. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *