Sunday, August 10, 2014

PRIHATIN DENGAN PAK PRABOWO SUBIANTO.



Dahulu saya pernah mengidolakan Prabowo Subianto. Bukan saja karena ia mantan perwira satuan elit yang kita banggakan, RPKAD, tetapi karena terkesan dengan pemaparannya mengenai misi-visi ekonominya ketika berkampanye  Pilpres tahun 2009  sebagai Cawapres bersama dengan Capres Megawati Sukarnoputri ketika itu.
Sampai-sampai dalam blog ini (22/6/2009) saya menulis  beliau pantas diberi gelar Doktor karena kagum akan cara dan materi pemaparannya. Bahwa ia pernah diberhentikan karena kasus “Tim Mawar”, itu juga saya anggap sebagai  sifat ksatria  seorang pemimpin, yang berani memikul tanggung jawab dari kesalahan  bawahannya.
Hal yang kemudian masih meninggalkan ganjalan baginya ketika   menjadi  Capres  pada Pemilu 2014 ini, adalah masih banyaknya kecurigaan akan keterlibatannya dalam kasus belum ditemukannya tigabelas aktivis lagi hingga saat ini.  Beliau sudah membantah terlibat, tapi itu nampaknya belum cukup.
Menurut hemat saya, Prabowo tidak cukup hanya defensif membantah, tetapi  sebaliknya aktif membuktikan bahwa ia benar-benar tidak terlibat. Tidak cukup hanya  menyatakan “mungkin oleh  tim yang lain”. Sebetulnya  kesempatan itu ada ketika  Mayjen Pur.Kivlan Zein mengungkapkan ia tahu siapa yang menculik, di mana mereka dibunuh dan di mana mereka dikuburkan !!. Padahal Kivlan Zein ini adalah termasuk kubu Merah Putih.
Apabila hal ini bisa diungkapkan dan pengungkapan itu benar-benar membuktikan  bahwa Prabowo tidak terlibat, maka ini akan menjadi suatu pemulihan yang tuntas  akan citra dirinya dari kecurigaan-kecurigaan itu.  
Tetapi apabila beliau memang ada keterkaitannya, mungkin akan lebih baik bila ia mengakuinya kemudian meminta maaf kepada para keluarga yang bersangkutan. Apalagi kalau dapat ditunjukan tempat pemakaman para korban kalau memang sudah meninggal agar dapat  dimakamkan kembali secara layak oleh keluarga.Hal ini akan sedikit melegakan keluarga, tidak lagi terus mencari dan mencari dalam ketidakpastian.
Bangsa kita terkenal pemaaf apalagi kalau kejadian itu akibat dari suatu perintah atasan yang tidak dapat ditolak !! Mungkin akan lebih mudah dimengerti. Orang yang salah tidak terus-terusan salah. Ada saatnya menjadi berubah.
Menyangkut Pilpres 2014,  meskipun pernah menjadi pengagum Prabowo,  saya sebetulnya lebih cenderung untuk menyarankan agar menerima saja hasil penetapan KPU yang lalu yang memenangkan Capres/Cawapres Nomor 2. Mengapa ?
Kalau alasan penolakan adalah kecurangan, baiklah kita juga berkaca diri : Apakah juga dalam Pilpres ini kubu kita bersih dari kecurangan ??  Di manakah  dapat ditemukan di dunia ini kejujuran sempurna dalam politik ? Dalam lembaga-lembaga keagamaan saja sulit. Apalagi  lembaga-lembaga  peneliti yang tadinya data mereka dijadikan acuan, ternyata mereka tidak dapat dan tidak berani mempertanggungjawabkan data mereka.
Langkah-langkah yang ditempuh kubu Merah Putih  akhir-akhir ini menurut hemat saya kurang tepat. Bahkan lebih banyak merugikan citra Pak Prabowo. Mulai dari  pernyataan menarik diri dari  proses Pilpres dan memerintahkan walkout  dari  proses perhitungan suara ketika sudah terlihat kecenderungan arah pemenang. Lalu mengajukan banding ke Mahkamah Konstitusi. Dengan tuntutan sampai pada Pemilu ulang !!!
Rakyat sebetulnya sudah capek dan bosan mengikuti  proses Pemilu. Mulai dari yang lalu-lalu dengan segala debat-debat yang terkadang kasar, fitnah dan kampanye hitam. Dan sekarang minta diulang lagi.
Tadinya saya bersukur MK cepat tanggap dengan menganulir pasal Undang-Undang dengan menetapkan Pilpres hanya satu putaran. Dengan demikian uang rakyat Rp 1,3 trilyun bisa dihemat dan tidak perlu lama berlelah-lelah. Dengan proses peradilan di MK sekarang, berapa lagi  biaya negara yang harus dikeluarkan. Biaya sidang, biaya puluhan pengacara dll, dll. Sedang rakyat kini tambah terpuruk oleh pembatasan bahan bakar.
Jelas, selama mengikuti ajang Pilpres sampai yang sekarang sudah ketiga kalinya, Pak Prabowo telah menghabiskan banyak biaya dan energi. Tetapi apabila langkah-langkah seperti sekarang tetap diteruskan, apalagi kalau mau diteruskan di Parlemen, bukannya akan menguntungkan tapi malah merugikan citra pak Prabowo.
Coba kalau saat penetapan hasil Pilpres saat itu pak Prabowo langsung menerima dan mengucapkan Selamat kepada kubu partner “bermain”. Pasti  jalan sejarah akan lain dari yang sekarang. Apresiasi  tokoh Prabowo akan melambung tinggi  dan disanjung sebagai Negarawan Besar oleh mayoritas rakyat. Bahkan juga oleh tokoh-tokoh dunia.
Tapi kesempatan belum tertutup. Hal terakhir ini masih bisa terjadi. Buatlah kejutan, sementara adu debat di MK, Pak Prabowo tiba-tiba mengumumkan pembatalan gugatan ke  MK, sambil menyatakan menerima hasil penetapan KPU dan menjanjikan kerjasama dengan Capres/Cawapres terpilih. Bekerjasama menanggulangi tantangan-tantangan besar yang kini dihadapi Negara dan Bangsa.
Kita yakin Pak Prabowo dapat mengambil keputusan kontoversial ini sekalipun mungkin berlawanan dengan para “Penasehat”.  Kalau pada debat mengenai “karya kreatif” dahulu bisa berbeda pendapat secara terbuka dengan mereka, mengapa sekarang tidak ?? ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *