Wednesday, April 3, 2019

RUMAH RUBEN ONSU DITEROR HANTU ?


Rumah besar Ruben Onsu pembawa acara hiburan populer di televisi, kabarnya  sering diteror hantu berbentuk ular dan gorilla besar. Dan gara-gara itu ia diviralkan telah beralih agama. Lebih-lebih setelah foto  bersama isterinya yang menggunakan busana ala Timur Tengah ketika bewisata ke Dubai  beredar luas. Namun  berita lain mengatakan, Ruben membantah. Berita-berita itu semua bohong alias hoax.

Soal pindah agama, itu adalah hak pribadi orang per orang. Meski orang lain dapat mengingatkan sesamanya mana jalan yang benar. Disini penulis hanya berceritera soal hantu yang terkadang iseng mengganggu manusia. Dan adanya mereka itu penulis juga percaya mereka memang ada. Tetapi kita tidak mesti harus takut atau menyerah pada mereka.

Pada masa masih balita dahulu,  siang hari,  saya bermain-main disekitar ibu dan kakak-kakak saya yang tengah membolak balik rambut kepala sesama mereka  mencari mungkin ada binatang kecil bersarang di kepala.

Di sebuah sudut dibalik “basu” yang tersandar di situ, aku lihat seorang bapak bersandar dengan pakaian bergaris-garis vertikal dan memakai songko, semacam peci. Karena agak terhalang dengan basu, aku menggelengkan kepala ke kiri dan kekanan agar dapat melihat jelas bapak itu. Tetapi setiap kali aku memiringkan kepala  ia juga menghindar. Aku ketika itu belum mampu berbicara dan memberitahukan penglihatanku itu, tetapi hingga saat ini tetap melekat dalam ingatan.

Tahun 2002 selepas pensiun dan kami pindah dari Jakarta ke Bogor, kami membeli sebuah rumah lumayan besar  dekat Gunung Salak. Rumah dua lantai dengan lima kamar. Dua di atas dengan ruang keluarga yg besar, teras dan dak yang cukup luas. Di lantai bawah tiga kamar dengan ruang garasi.

Rumah ini sudah dua tahun lebih tidak dihuni. Semua dinding-dindingnya sudah penuh lumut dan sarang laba-laba. Terletak dekat kali kecil dan bagian bawahnya tanah rendah dan ada pohon nangka  besar.Kalau hujan lebat airnya bergemuruh seperti di air terjun.

Kata para tetangga, kalau malam, rumah itu seperti angker. Pantas saja sering sopir-sopir angkot kalau lewat depan rumah malam hari mereka membunyikan klakson. Kata mereka untuk “ijin lewat”. Belakangan kami tahu memang disitu dahulu bekas kolam. Pernah ada anak kecil  jatuh dan meninggal kekelap.

Pemilik rumah sebelumnya, seorang insinyur  lulusan Jerman asal Padang, telah pindah ke Bogor Kota bersama isteri yang juga seorang sarjana beserta anak-abak mereka. Alasan mereka  untuk lebih dekat ke tempat kerja.

Ketika  pindah, kami  harus bekerja keras. Membersihkan sarang-sarang binatang, menurunkan berbagai bingkai bertuliskan kata-kata yang tidak kami pahami dan dikalungi daun-daunan dan kembang yang sudah mengering. Mungkin benda-benda penangkal makhlus halus.? Benda seperti itu kami temukan di beberapa kamar. Semuanya kami turunkan, buang dedaunan dan kembangnya, dibersihkan kacanya, lalu isinya digantikan dengan gambar-gambar agamis. Seorang tukang kami minta untuk membenahi pengecatan seluruh temboknya dalam seminggu.

Semula tak ada yang aneh. Hanya sekali pagi-pagi isteri saya menemukan ada ular  lumayan besar  tidur melingkar di bawah bolsak di ruang tamu. Ketika itu saya sudah berangkat kerja. Seorang tetangga  datang membantu mengeluarkan reptil itu dengan membawa sebatang kayu. Meski isteri saya sudah berteriak-teriak “jangan dimatiin”, namun hewan sepanjang sekitar tiga meter itu rupanya mati juga di pinggir kali. Kami menganggap itu wajar saja karena memang rumah kami di pinggir kali dan dekat sawah. Bukan ular jadi-jadian kiriman orang, seperti kata beberapa orang.

Yang  agak aneh, adalah ketika isteri saya  sering ditepok seseorang dari belakang di bahunya ketika berada di dapur. Semula ia mengira itu ulah adik laki-lakinya yang sering bercanda. Tetapi ketika berbalik ke belakang tidak ada siapa-siapa. Maka sejak itu, tahulah itu pekerjaan mahluk halus yang mau mengganggu. Maka, seperti yang sering diajarkan para rohaniwan, selalu ia meneking dengan menyebut nama Tuhan. Dan akhirnya gangguan-gangguan seperti itu tidak ada lagi.

Memang pernah seorang tetangga memberi info, ada orang yang beberapa kali melemparkan batu dan tanah kuburan ke atas rumah kami dengan maksud untuk mengganggu kami. Dan memang beberapa kali kami mendengar ada sesuatu yang jatuh di atas genteng rumah pada malam hari, tapi kami tak tahu dari mana datangnya. Kepada tetangga itu kami tegaskan, dari segala yang kuasa di bumi ini, di atas ada yang Maha Kuasa yang melindungi sehingga kita tak perlu takut.

Jadi  kalau Ruben mengalami hal serupa, jangan lapor kepada polisi karena polisi tak memiliki pasal KUHP untuk dapat bertindak terhadap mereka. Juga jangan ke “orang pintar” karena bisa jadi semua itu kiriman dia. Kalau memang percaya kepada Tuhan, mengapa ia tidak datang kepadaNya  dalam doa, dengan atau tanpa didampingi Hamba Tuhan memohon agar mengusir keluar kaki tangan Lucifer itu dari rumahnya.?
Dalam suatu ibadah memasuki rumah baru, tuan rumah, seorang pengusaha keturunan Tionghoa, sesudah ibadah, nampak  naik turun tangga mendampingi Pastor memercikan air suci dan kemenyan ke semua ruangan sambil mengucapkan doa. Agar tidak ada penghuni gelap ikut menumpang di rumah besar itu.

Seorang saudara sepupu, yang pernah bergelut di dunia perdukunan, pernah menantang, apakah saya berani dan sanggup untuk tidak terkejut melihat bila ia mengeluarkan arwah saya berdiri di samping saya. Saudara sepupu ini memang terkenal bisa menyembuhkan orang sakit. Tetapi tidak boleh dipanggll mengobati pada siang hari. Dipanggil malam hari pun tak boleh menyalakan api.  Saya sendiri pernah dinandikan dengan air dingin di tengah kegelapan  malam  di belakang rumah. Maklum di kala itu di tempat kami  belum ada dokter dan obat-obatan. Jadi pengobatan ya ke mereka ini, pengbatan tradisional.

Kami menunggang seekor kerbau malam hari lewat padang yang memang terkenal angker. Saya duduk dibelakangnya seperti orang boncengan naik sepeda motor. Di belakang saya nampak gelap menyeramkan. Tentu saja saya tidak mau konyol. Karena katanya, bila saya kaget, arwah saya akan pergi dan tidak kembali lagi ke tubuh saya. Saya tidak yakin akan mampu untuk tidak kaget. Maka tak berani menerima tantangan sepupu ini yang telah melepas semua ilmu dan piaraannya sebelum meninggal muda.***





No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *