Tuesday, April 2, 2019

Memanfaatkan sia-sisa Masa Kampanye Pilpres


    Masa kampanye sampai saat pemungutan  suara pada tanggal 17 April 2019 tinggal dalam hitungan hari lagi. Maka itu kedua calon Presiden, baik 01 Jokowi-Ma’ruf maupun dari capres 02 Prabowo-Sandi makin giat melakukan kampanye terbuka ke daerah-daerah.
Sementara di Jakarta para calon legislatif maupun Team kampanye dari kedua kubu masih saja selalu sibuk berdebat kusir di acara-acara televisi. Yang menyedihkan ada pembicara-pembicara yang selalu memulai dengan asumsi-asumsi  pribadi yang belum tentu benar mengenai berbagai hal  menyangkut rivalnya kemudian mengambil kesimpulan. Padahal data-data yang dikemukakan tidaklah benar bahkan tidak masuk akal. Seakan-akan para pemirsa televisi semua  seperti orang-orang yang baru datang dari desa yang minim informasi. Mendengar asumsi-asumsi yang menyesatkan itu terus menerimanya bulat-bulat tanpa menimbang-nimbang karena sebelumnya tidak mempunyai informasi lain sebagai pembanding.
Padahal, pada abad teknologi infomasi sekarang, orang-orang semakin cerdas karena makin mudah mereka mendapatkan informasi. Uraian-uraian dari para ahli yang silih berganti memberikan kupasan mengenai berbagai hal di media televisi, serta mudahnya mencari informasi di Google dll, membuat mereka makin cerdas dan kritis. Tidak bisa lagi dicekoki dengan kata-kata yang tidak masuk akal. Justru mereka akan cepat tahu mana yang hanya bicara omong kosong dan mana yang dapat dipercaya.
Apalagi kaum muda, atau kaum milenial. Orang muda umumnya lebih kritis. Terhadap orangtua saja sekarang  mereka berani mendebat bahkan menentang bila yang dkemukakan tidak dapat diterima nalar mereka.
Tutur kata, bahasa tubuh para pembicara dari kedua kubu, jangan dikira tidak akan dinilai calon pemilih. Mereka tentunya akan memilih tokoh panutan yang dikampanyekan oleh orang yang bertutur dengan santun, ada tatakrama berdiskusi dan mempunyai pemikiran yang cemerlang. Mereka tak akan memilih calon yang dikampanyekan orang-orang bergaya jagoan, suka memfitnah, mengancam  dan menjelek-jelekan orang.
Sekarang apa yang perlu dimaksimalkan oleh kedua kubu dalam sisa masa kampanye ke depan ? Menurut penulis, untuk kubu 01 Jokowi-Ma’ruf, modal utama mereka sebenarnya adalah bukti kerja nyata selama 4 tahun lebih pemerintahan Jokowi-JK hingga saat ini.
Daripada menghabiskan waktu dan fasilitas yang disediakan media televisi berjam-jam dengan debat kusir yang sulit disimpulkan, lebih baik waktu tersebut digunakan memutar dan mengomentari tayangan audio-visual hasil-hasil yang telah dicapai sekarang secara berulang-ulang. Jalan-jalan tol baru yang mulus, MRT, bendungan-bendungan, lapangan terbang baru, Pos-pos lintas batas yang megah, proyekolah raga seperti Mandalika di NTB dan lain-lainnya.
Ditayangkan pula wajah baru Tambang Freeport di Papua yang selama bertahun-tahun digadaikan kepada asing dan kini sudah berhasil dikuasai kembali oleh Indonesia. Demikian pula Blok Mahakam dan lain-lain yang kini sudah pula kembali dalam pengendalian Indonesia.
Semua tayangan ini akan efektif. Biarlah fakta ikut berbicara sendiri yang dengan mudah dapat dipahami dan dicerna oleh semua lapisan masyarakat tanpa dapat dibantah. Kaum tua, kaum milenial, emak-emak dari  tingkat pendidika doktor/sarjana, tingkat SLTA/SLTP maupun yang hanya berpendidikan Sekolah Dasar akan mengerti karena melihat sendiri buktinya. Kata-kata dapat dapat dibantah tetapi fakta tidak.
Perlihatkan fakta daripada bicara panjang lebar mengenai statistik, ekonomi makro dan mikro dan ilmu tinggi lainnya yang hanya dapat dibayang-bayangkan. Data-datanya pun kerap masih diragukan kebenarannya. Apalagi  dijaman suburnya berita bohong (hoax) sekarang. Memaparkan data statistik dan narasi saja tanpa tayangan visual, sama saja dengan membaca koran dengan wajah seperti lapangan bola yang gersang tanpa gambar atau ilustrasi.
Setelah menayangkan hasil-hasil pembangunan fisk di atas, disampaikanlah tantangan apakah progam ini perlu dilanjutkan atau haruskah dihentikan ? Dapat dipastikan, semua warga daerah akan menginginkan seperti apa yang mereka telah saksikan itu dapat diwujudkan pula di wilayah mereka.  Daerah tertingal mana yang tak menginginkan ada jalan tol di daeahnya. Daerah mana yang tak ingin ada lapangan terbang didaerahnya. Atau wilayah pertanian mana yang tidak ingin dibangun bendungan di daerahnya.
Singkat kata poyek-proyek fisik seperti di atas tetap harus berlanjut. Karena bangunan fisik seperti inilah yang menjadi simbol adanya kemajuan bangsa. Maka adalah suatu blunder, apabila presiden mendatang, entah dari kubu 01 atau 02 sampai menyetop pembangunan jalan tol, perluasan jaringan MRT, pemangunan bendungan-endungan, pembangunan jakan trans kepulauan seperti trans Sumatera, Trans Sumetera, Trans Jawa, Trans Kalimantan dan seterusnya. Mungkin prosentasenya sedikit diturunkan mengingat
Untuk Capres 02 Prabowo-Sandiaga Uno, kita mengagumi keberanian Prabowo yang gigih dan tak kenal menyerah. Meki gagal dalam Pilpres tahun 2014 tetap berani maju tak gentar kembali bertarung dalam Pilpres 2019 ini. Mencerminkan sifat prajurit Indonesia yang pantang menyerah.
Namun ada dua catatan penulis untuk kubu Capres 02. Pertama, untuk lebih meyakinkan para calon pemilih, adalah perlu menjabarkan lebih lanjut mengenai progran-program yang telah ditawarkan. Terutama mengenai cara-cara mencapai tujuan program yang telah dipublikasikan serta sumber pembiayaannya. Seperti halnya proyek, perlu lebih dahulu dibuatkan study kelayakan. Realistis atau tidak.  Menguntungkan atau tidak. Menjanjikan target muluk-muluk adalah perkara mudah, tapi caranya bagaimana. Masuk akal ?
Jangan terjadi seperti halnya proyek rumah murah dengan DP 0 % di Jakarta yang tak pernah kedengaran lagi kabar beritanya. Demikian pula OK-OC yang hanya kita dengar melalui narasi dan statistik. Benar tidaknya tak pernah diverifikasi. Tak pernah ditayangkan secara visual seperti apa OK-OC itu sehingga kalau memang baik dapat menjadi percontohan.
Menghentikan pinjaman modal asing dan hanya mengandalkan dari penerimaan dalam negeri dengan meningkatkan pajak, di khawatirkan akan menimbulkan kegongcangan di kalangan dunia usaha. Menaikan pajak paperusahaan dan lain-lain dapat membuat para pengusaha merelokasi industri-industi dan modal mereka keluar negeri. Akibatnya yang terjadi bukan penambahan lapangan kerja tapi makin berkurangnya lapangan kerja. Bukannya penerimaan pajak bertambah, malahan makin menurun akibat berkurangnya perubahaan-perusahaan pembayar pajak.
Hal kedua, adalah kebesaran jiwa menerima hasil Pilpres  2019 nanti. Meski  target adalah menang, namun bagaimanapun harus bersiap menerima pula akibat yang tak diharapkan : kalah. Bagi Prabowo beban psikologis yang bakal dirasakan bila akibat terakhir ini yang terjadi, akan terasa lebih  berat dibanding kalau Jokowi mengalaminya. Mengapa ? Disamping telah banyak menguras dana dan daya, bagi Prabowo ini akan merupakan peluang terakhir mengingat usia yang tak akan memungkinkannya ikut kontestasi lagi di masa mendatang.
Sedangkan bagi Jokowi, beban psikologisnya tak akan begitu berat. Dia bisa kembali dengan lapang hati menjadi warganegara biasa atau sebagai pengusaha. Karena ia telah meninggalkan karya nyata yang pasti akan selalu diingat  banyak orang.
Anadaikata Prabowo memang beruntung keluar sebagai pemenang, maka tidak diharapkan ia boleh melakukan kebijakan-kebijakan semacam de-Jokowisasi, yaitu mencoba mengahapus kebijakan-kebijakan Jokowi yang sudah baik. Tidak tejadi seperti saat Ali Sadikin dicopot dari jabatan Gbernur DKI Jakarta. Datanglah pengganti dari Istana yang melakukan de-Bang Alisasi, diantaranya menganulir  kebijakan Jakarta Bebas Becak , jalur lambat untuk sepeda motor, sistim terminal transportasi buskota,  proyek Mohamad Husni Thamrin (MHT), yaitu betonisasi gang-gang becek di perkampungan serta tradisi batikisasi, yaitu penggunaan pakaian batik setiap Jumat dan Sabtu.
Sikap Prabowo yang secara ksatria dan legowo menerima kemenangan pesaingnya pada Pilpres tahun 2014, mudah-mudahan dapat diperlihatkan pula bila hal yang sama terjadi pada Pilpres 2019 mendatang ini. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *