Thursday, January 8, 2015

Bersukacitalah dengan yang bersukacita, menangis dengan yang menangis



     Inilah yang kita saksikan selama penghujung tahun 2014 sampai mengawali tahun 2015 ini. Betapa kita tak terharu melihat kerjasama, kegotongroyongan, bahu-membahu segenap relawan dari seluruh lapisan masyarakat bangsa kita, saling menolong para korban bencana kecelakaan jatuhnya pesawat Air Asia di Selat Karimata.
Kerjasama serupa juga sudah nampak dalam bencana tanah longsor di Banjarnegara yang terjadi dalam selang waktu tidak lama sebelumnya dengan korban yang tidak sedikit pula. Bahkan salah seorang relawan operator alat berat sampai  menjadi korban meninggal dunia.
Khususnya satuan-satuan Angkatan Bersenjata RI termasuk POLRI. Mulai dari para Jenderal bintang 4 sampai prajurit pangkat terendah, mereka semua yang tergabung dalam koordinasi BASARNAS begitu siap dan sigap melakukan apa saja untuk memberikan pertolongan dalam tragedi kemanusiaan ini.
Keberbagaian satuan-satuan dari para relawan, dapat kita lihat dari uniform mereka. Angkatan Darat dengan seragam loreng hijau mereka. Angkatan Laut dengan seragam biru laut dan Angkatan  Udara dengan warna biru langit. Sedang POLRI dengan seragam coklat mereka.
Satuan-satuan dari tiap angkatan itupun dapat kita lihat juga dari warna-warni pakaian serta baret atau helm serta perlengkapan sesuai bidang spesialisasi tugas dan fungsi mereka. Ada baret merah KOPASUS-AD, ada baret hijau Ranger AD, baret hitam Artileri.  
Dari  AURI,AD dan AL  para penerbang dengan seragam terusan oranye atau hijau lumut, PASKHAS baret kuning Eka Paksi,  sedangkan dari Angkatan Laut ada baret jingga MARINIR, baret hijau lumut pasukan Armada, para penyelam dan lain sebagainya. Dari POLRI pun ada BRIGADE MOBIL dengan seragam hijau dan satuan-satuan lainnya dengan atribut sesuai penugasan mereka.
Mereka bekerja bergotong-royong dalam satu tugas bersama tanpa canggung. Nampak misalnya pada saat berlarian menurunkan para jenazah dari pesawat dan ambulance. Lalu bersama mengusung jenazah, merupakan suatu tontonan indah dari suatu kerjasama harmonis dari aneka warna satuan seragam dan baret merah, hijau, kuning, biru, coklat, oranye dan lainnya.
Sungguh suatu kontras ketika sebelumnya hati kita pernah disakiti oleh terjadinya insiden-insiden fisik yang menyebabkan jatuhnya korban yang sia-sia. Baik antar satuan maupun dari pihak warga masyarakat. Semoga setelah melihat tontonan kerjasama indah ini, hal seperti itu tak akan terjadi lagi. !!
Memang kehadiran para prajurit Tentara Nasional dan Polisi Negara RI dalam tugas ini adalah menjalankan perintah langsung dari Presiden / Panglima Tertinggi TNI dan Atasan Langsung POLRI. Mungkin  ada yang berkata, merekan kan  hanya dan karena menjalankan perintah !!  Pikiran Ini picik dan konyol.
Karena dari setiap ungkapan hati, tutur-kata dan gerak tubuh para prajurit TNI dan Bhangkara POLRI ini sangat terasa bahwa mereka melakukan tugas itu dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab seperti mau menolong keluarga dekat sendiri.
Sangat mengesankan ungkapan perasaan seorang perwira dari sebuah Hercules C-130 yang pertama kali melihat dan memotret salah satu korban yang mengapung di permukaan laut dan sekaligus sebagai titik awal penemuan lokasi kecelakaan. Ia  melihat korban yang tinggal memakai celana dalam seperti berenang gaya punggung dengan tangan melambai-lambaikan tangan ke atas seakan minta pertolongan awak pesawat.
Hati sang perwira merasa terguncang rasa gembira oleh prestasi keberhasilan penemuan itu, rasa keprihatinan seperti merasa korban itu seperti keluarganya sendiri dan berusaha untuk menyelematkannya secepat mungkin. Tetapi ketika pada pemotretan kedua terlihat bahwa korban itu ternyata sudah membengkak dan kedua tangan terangkat bergoyang-goyang itu rupanya karena hempasan ombak, serta-merta hatinya jadi bercampur sedih dan sejenak menundukan kepala. Malamnya ia tak dapat tidur. Terus terbayang korban mengapung itu, terbayang korban lebih dari seratus lainnya. Ia lalu bangun berdoa tahajud mohon ketenangan !!
Ada lagi penerbang TNI yang beberasa saat terpekur berdiri mendekap moncong pesawatnya  dengan kepala tertunduk berdoa sehingga begitu banyak komentar simpati di berbagai media nasional maupun internasional. Dapatlah diyakini, perwira ini seorang yang beriman kepada Tuhan, ia seorang yang rendah hati dan mengakui kelemahannya di hadapan Tuhan. Meskipun ia dikenal orang sebagai seorang penerbang yang hebat, namun ia tetap mohon keselamatan dirinya sendiri dan para awaknya ketika bertugas dan Tuhan memberkati sehingga tugas kemanusiaan mereka berhasil.
Sebab bukankah Captain Pilot senior Air Asia yang nahas ini juga seorang penerbang ulung dengan jam terbang lebih dari 20.000 jam terbang ?. Mantan penerbang pesawat tempur F-5 E Tiger bahkan konon F-16 juga !!
Ada banyak adegan-adegan mendebarkan dan mengharukan dalam operasi kemanusiaan global yang melibatkan ribuan orang ini, juga dari negara-negara sahabat. Anda lihatkah, ketika seorang awak pesawat berseragam oranye bergelantungan diturunkan dengan tali  puluhan meter terayun-ayun oleh angin kencang dari pesawat yang juga teguncang ? Dengan tangan yang sebelah ia coba menjangkau jenazah malang itu dengan tangannya, tetapi sayang terlepas oleh hentakan gelombang.
Untung sang penolong tidak stress kecewa lalu pegangannya terlepas dan malah jadi korban. Ia mungkin sedikit terhibur dapat menggapai beberapa peralatan dan barang penumpang dari pesawat yang jatuh itu seperti tas dan bagian tangga darurat. Mudah-mudahan selama operasi ini tidak ada kita dengar ada relawan yang jatuh korban jiwa seperti tragedi Banjarnegara.
Tak dapat disebutkan satu persatu peran dari unsur-unsur lainnya dalam operasi kemanusiaan ini. Dari BASARNAS sendiri, PMI, para nelayan, unsur pemerintah Daerah, para dokter, Pertamina yang mengerahkan tangker BBM, rumah-rumah sakit, psikolog dan masyarakat sekitar bencana juga dari  negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, Korea, Amerika serikat bahkan juga Rusia.
Peran massmedia, cetak maupun elektronik, juga sangat membantu menginformasikan secara terus-menerus perkembangan hasil operasi ini kususnya dari dia TV nasional “Metro-TV” dan “TV-One”. Terutama bagi para keluarga para korban yang terus dan terus menantikan kepastian atas nasib keluarga mereka. 
Sambil sangat berharap para penolong dapat cepat memberikan hasil pencarian, mereka juga menjadi lebih mengerti kalau jalannya operasi ini seperti “lamban” mengingat medan bencana yang begitu berbahaya. Mulai dari di udara ada angin badai, di permukaan laut gelombang 4-5 bahkan ada yang sampai 7 meter, di bawah permukaan laut ada arus laut yang kuat serta debu lumpur dari muara sungai yang melayang-layang mengganggu pemandangan di bawah permukaan laut. Ini juga mengganggu pendeteksian dari udara. Para keluarga korban jadi maklum mengapa pencarian dan pertolongan tidak bisa cepat,  dan mereka malah turut bersimpati dengan kerja keras yang menantang maut dari para relawan. Apalagi bekerja dalam kondisi kurang tidur, kurang istrahat pada kondisi berbahaya.
Demikian pula dalam mengatur koordinasi operasi dan informasi dari segenap unsur dan srata komando dari pimpinan dan petugas lapangan serta pelaporan dari lapangan ke Pimpinan BASARNAS.
Dengan peran massmedia dalam peliputan bencana ini, ada hikmahnya juga bagi masyarakat. Menjadi lebih simpatik lagi terhadap aparat TNI dan POLRI sebagai milik mereka sehingga tidak  semena-mena lagi dalam bereaksi terhadap  mereka ketika melakukan tugas. Melempari dengan bom molotov, meluncurkan anak panah dan lain sebagainya.
Masyarakat awam juga seketika menjadi “ahli” dan bertambah ilmu sekitar penerbangan,  ilmu kelautan dan fisika seperti meteorologi dengan adanya diskusi-diskusi dan analisis para ahli  yang terkait, dimana mereka ikut menyimak dengan cuma-cuma. Jadi, mereka jadi mengerti kalau suatu saat ada pilot yang menunda take off  pesawatnya mengingat resiko cuaca yang dapat ikut membahayakan mereka sendiri. Sehingga tidak perlu ngedumel. Kalau alasan ini diumumkan secara jelas kepada calon penumpang tentu akan dimengerti.
Hanya dari massmedia ada catatan : Karena proses operasi evakusi korban masih berjalan, hendaknya massmedia tidak terlalu dini mengungkapkan secara terbuka hal-hal yang kontroversial yang menjadi penyebab kecelakaan. Lebih-lebih yang menyangkut unsur-unsur yang kini tengah beroperasi di lapangan. Jangan ada yang merasa seperti dipojokan karena  dapat melemahkan semangat mereka. Tepat perintah Presiden Jokowi yang menegaskan sampai tiga kali, “sekarang semua fokus pada evakuasi korban”.
Peristiwa ini ironisnya terjadi dalam suasana Natal dan menjelang Tahun Baru 2015 dimana nampak sukacita mulai tergambar tidak hanya di kalangan umat Kristiani tetapi juga dari umat beragama lainnya di segala tempat. Dan tiba-tiba saja terjadi bencana mengerikan seperti ini. Ada sukacita ada dukacita.
Sesungguhnya judul karangan ini penulis ambil dari kalimat yang diilhamkan Tuhan kepada Rasul Paulus sekitar 2000 tahun yang lalu, yang menganjurkan agar umat manusia hendaknya ikut bersukacita dengan orang yang sedang bersukacita dan berdukacita dengan orang yang berdukacita. Jangan ada yang sebaliknya bersukacita di tengah kedukaan sesamanya.
Seperti yang dilakukan para relawan, mestinya saat menyambut Tahun Baru 2015 ini mereka berkumpul bersukacita dengan keluarga, demikian juga relawan yang Kristiani dapat merayakan Natal bersama keluarga dengan sukacita.
Tak ketinggalan pula peran para Rohaniwan semua unsur kepercayaan yang terus-menerus mendoakan semoga operasi pertolongan ini berjalan lancar. Juga  untuk ketabahan para keluarga korban maupun bagi keselamatan para reawan, agar Tuhan mencelikan mata mereka sehingga berhasil menemukan lokasi bencana, mengurangi amuk badai dan gelombang yang memungkinkan evakuasi dapat berjalan.
Pimpinan tertinggi negara juga, sangat berperan. Wakil Presiden maupun Presiden, yang bahkan ikut terbang mengamati  diatas medan operasi hanya berselang beberapa jam setelah kembali dari mengunjungi rakyat diujung timur Negeri ini. Negara memang benar harus  selalu hadir dalam  setiap permasalahan rakyatnya.***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *