Tuesday, February 10, 2015

JANGAN ADA KESAKSIAN DUSTA DALAM KEMELUT KPK – POLRI




Mengikuti proses rangkaian peristiwa-peristiwa hukum yang menyangkut tuduhan kepada para pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhir-akhir ini, sepertinya mirip-mirip dengan kisah dalam Alkitab ketika Tuhan Yesus digelandang di depan sidang Sanhedrin,Mahkamah Agama Yahudi.
        Ketika Yesus beraktivitas mengajar, berkhotbah dan membuat mujizat di tengah-tengah masyarakat, orang-orang Parisi dan para ahli Taurat yang telah lama    merasa iri hati oleh kepopuleran Yesus tidak berani berbuat apa-apa. Sebabnya karena memang tidak ada dasarnya. Memang berulang kali mereka membuat pertanyaan-pertanyaan yang menjebak tetapi semuanya dapat dipatahkan.
Namun ketika malam-malam Yesus ditangkap di Taman Getsemani dan langsung malam itu juga dihadapkan ke sidang Sanhedrin, mulailah  bermunculan saksi-saksi. Karena anggota-anggota Mahkamah itu umumnya adalah para ahli Taurat dan Orang Parisi yang sebelumnya sering dikecam secara terbuka oleh Yesus, maka dicarilah saksi-saksi palsu yang mereka harapkan dapat memberatkan  Yesus.

Tertulis dalam Alkitab, seluruh anggota Mahkamah mencari kesaksian palsu terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati. Tetapi mereka tidak memperolehnya walaupun tampil banyak saksi dusta.

Di antara saksi-saksi itu mungkin ada yang memberi kesaksian, bahwa murid-murid Tuhan Yesus pernah melanggar hukum Sabat dan tradisi Yahudi dengan memetik gandum di hari Sabat, Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit di hari Sabat, tidak cuci tangan sebelum makan, dan makan bersama “orang berdosa” (pemungut cukai). Tapi semua itu tidak akan membawaNya ke ancaman hukuman mati.

Tapi pada akhirnya muncul juga dua orang saksi yang berkata :”Orang ini pernah berkata, aku akan meruntuhkan Bait Allah ini dan kemudian membangunnya kembali dalam tiga hari”. Dan itu rupanya dianggap cukup kuat untuk penjatuhan hukuman mati. Karena Bait Allah di Yerusalem memang sangat disakralkan oleh orang Yahudi.

Padahal ketika mengajar itu, Yesus berbicara dalam bahasa simbol. Umat Kristen umumnya memahami, Bait Allah yang dimaksudkanNya itu bukan bangunan Zinagoge di Yerusalem, tetapi  MANUSIA yang dahulu diciptakan “amat baik adanya”, tetapi kemudian jadi rusak oleh dosa. Dan manusia yang sudah rusak itu kemudian akan dihancurkannya melalui pengorbanan/penghancuran tubuh manusiawi-Nya di kayu salib untuk kemudian dibangun kembali menjadi “manusia baru” dengan kebangkitanNya pada hari ketiga.

Jadi, para ahli Taurat itu hanya memberikan penafsiran sempit mereka sendiri dan mereka tidak lagi meminta atau memberi kesempatan kepada Tuhan Yesus menjelaskan akan maksud ucapanNya itu.

Kembali pada kasus KPK-POLRI, akhir-akhir ini muncul banyak saksi-saksi, yang anehnya semuanya peristiwa bertahun-tahun sebelumnya. Dan semuanya bermunculan begitu saja dalam waktu yang hampir bersamaan.

Kalau kesaksian itu benar, mungkin masih bermanfaat. Tetapi kalau semua itu hanya kesaksian palsu atau kesaksian dusta belaka, maka baiklah diingatkan kembali akan Hukum ke-9 dari Hukum Sepuluh yang mengatakan : “Jangan  mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu”. Apalagi kalau diawali dengan sumpah pula. Tentu saja bagi mereka yang (masih) mengimani ayat Kitab Suci ini. ***


No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *