Friday, June 26, 2020

Tertarik Menjadi Jurnalis ? ( ❶ )

PENGANTAR : MENGENAL PROFESI WARTAWAN
Secara umum biasa dikatakan wartawan atau yang biasa juga disebut reporter atau jurnalist, adalah orang-orang yang profesinya mencari berita tentang suatu peristiwa kemudian menyampaikannya kepada orang lain atau sekelompok orang lain melalui media massa. Mengapa profesi ini bisa berkembang pesat, tidak lain didorong naluri manusia yang selalu ingin tahu tentang banyak hal. Khususnya mengenai peristiwa yang baru terjadi, atapun mengenai sesuatu yang baru atau ingin diketahuinya. Misalnya berita mengenai daerah wisata yang indah dan ramai dikunjungi. Peristiwa yang terjadi bisa bermacam-macam, seperti tempat kejadiannya, sifatnya, dan lembaga yang menanganinya. Karena itu maka profesi kewartawanan kemudian digolongkan pula menurut bidangnya dan mulai pula terjadi spesialisasi. Wartawan yang khsusus ditugaskan di bidang masalah-masalah ekonomi disebut “wartawan ekonomi”. Biasanya mereka meliput masalah-masalah ekonomi . Mereka biasanya berkumpul di kantor-kantor instansi Pemerintah yang mrnangani kebijakan peekonomian, organisasi bisnis, perbankan dll. Wartawan hukum, yang khusus ditugaskan meliput peristiwa hukum yang 1 menyangkut instans Kepolisian, Kajaksaan dan Pengadilan. Wartawan Olah raga yang meliput pertandingan-pertandingan Olah Raga, baik tingkat Nasional maupun internasional seperti Asian Games, Sea Games, Thomas Cup, Piala Dunia dll. Sedangkan wartawan istana, sekelompok wartawan yang biasa meliput acara-acara kenegaraan di Istana dan seterusnya. Dengan adanya spesialisasi ini, maka setiap wartawan dituntut harus memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai bidang tugasnya. Wartawan istana yang sewaktu-waktu perlu mewawancarai para diplomat asing perlu menguasai beberapa bahasa asing dan mengenal hukum internasional. Selain penggolongan menurut isi bobot liputannya, wartawan dapat pula digolongkan menurut jenis media tempatnya bekerja. Ada wartawan media cetak, yang hasil liputannya akan dimuat di suratkabar atau majalah. Wartawan radio yang menggunakan pemancar radio untuk menyampaikan secara audio beritanya kepada para pendengarnya. Dan ada pula wartawan televisi yang menyampaikan liputannya secara audio-visual melalui layar televisi kepada para pemirsanya. Tentu saja mereka semua sudah melengkapi diri dengan peralatan yang canggih serta ketrampilan menggunakannya. Selain itu profesi wartawan juga bisa digolongkan menurut perlengkapan yang digunakannya. Wartawan tulis atau pewawancara adalah wartawan yang cara kerjanya lebih banyak mengumpulan informasi kemudian mencatatnya dalam notes kerjanya atau merekamnya dengan alat perekam. Kalau pewawancara radio atau televisi bisa saja ia terus menyiarkan beritanya secra langsung. Jadi peralatan wartawan tulis berupa buku catatan, alat tulis atau alat perekam. Ada lagi kelompok wartawan yang tugasnya khusus mengambil foto atau gambar-gambar pada suatu kejadian atau wawancara. Biasanya wartawan foto ini menjadi pendamping dari wartawan pewawancara. Namun wartawan tulis ini seringkali pula bisa merangkap menjadi wartawan foto mengambil sendiri gambar-gambar yang dianggap bagus untuk mendukung beritanya atau hasil wawancaranya. Memang seorang wartawan dituntut pengetahuan dan ketrampilan yang cukup. Dia perlu trampil karena seringkali ada tokoh atau narasumber yang enggan, tak mau diwawancara. Untuk ini wartawan memerlukan teknik khusus yang pada akhirnya membuat si tokoh itu mau juga buka suara. Misalnya dengan meyakinkan diperlukan untuk memperjelas suatu masalah. Atau meluruskan suatu anggapan yang salah. 3 Sekali lagi, wartawan perlu pengetahuan yang luas. Sebab bagaimana mungkin seorang wartawan pengadilan misalnya, bisa meliputi berita-berita di sidang-sidang pengadilan bila tidak tahu peraturan perundang-undangan. Seperti KUHP, KUHAP, hukum perdata, kehakiman, kejaksaan dll. Demikian pula istiklah-istilah seperti tuntuan, pleidoi, replik, duplik dsbnya. Makanya seorang tokoh pers nasional H. A. Notosutardjo menulis, wartawan adalah sebagai insan sosial-politik. Bisa sebagai diplomat, sebagai Duta Besar, sebagai menteri, sebagai profesor, sebagai ulama, sebagai hakim, sebagai penggugat, sebagai dokter, sebagai kritikus bahkan sebagai lalat. Mengapa sebagai lalat ? Karena perilaku wartawan dalam upayanya mendapatkan berita yang bagus, sering kali nampak seperti lalat yang tak tahu aturan. Lalat tidak tahu sopan santun dan tak mau dibatasi dalam upaya mendapatkan makanannya. Mereka berani menghadapi tantangan untuk diusir atau dibinasakan. Mereka mengelak namun tidak mundur.***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *