Sunday, November 29, 2020

BERITA KELAM DARI SULAWESI

 

Para Opsir Bala Keselamatan

   Di tengah-tengah media sosial memberitakan tentang covid 19, HRS dan penangkapan sejumlah pejabat oleh KPK karena terlibat korupsi dan suap, Sabtu tanggal 28 November 2020 datang berita kelam dari Sulawesi Tengah yang hampir tak masuk akal di pikiran orang masih beradab. Empat orang tak bersalah dihabisi secara brutal dengan cara yang belum lama ini hanya kita dengar terjadi di Perancis !
Sepasang suami isteri, anak dan menantu dibantai dan beberapa rumah dibakar, diantaranya rumah yang sering digunakan sebagai tempat ibadah karena belum ada gereja. Para pelaku teror ini mesti segera dikejar dan diusut secara tegas tuntas. Sebab bila tidak, bisa ditiru para teroris lainnya. Akibatnya, akan menimbulkan rasa takut yang meluas di kalangan rakyat yang sedang dirundung berbagai bencana saat ini.
Bala Keselamatan adalah salah satu sekte agma Kristen yang diakui di Indonesia. Dikenal sebagai sebuah lembaga keagamaan yang banyak aktif di bidang sosial. Menolong orang-orang miskin, mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit dan membantu orang-orang susah. Semua adalah atas dasar Kasih, seperti yang diperintahkan Yesus Kristus.

Pertama kali saya mengenal komunitas Bala Kelamatan sekitar pertengahan tahun 1965, ketika bekerja di Suratkabar Harian Pelopor yang dipimpin Bapak J.K. Tumakaka. Beliau ketika itu juga menjabat Menteri Sekjen Front Nasional dan menjadi dosen di Universitas Pancasila, Jalan Borobudur Jakarta.
Harian Pelopor mengontrakan sebuah rumah untuk karyawannya di Jalan Paseban. Dan seorang diantara kami ternyata menjadi warga Jemaat Bala Keselamatan di Jalan Kramat Raya. Pernah saya diajak teman ini ikut beribadah bersama. Dan disitulah untuk pertama kalinya saya mengenal gereja Bala Keselamatan itu seperti apa.
Kesan pertama, jemaatnya, terutama para pemimpin mereka, berpakaian rapih. Dalam seragam mereka yang putih bersih, memakai pet dan tanda pangkat, nampak seperti perwira-perwira tentara Angkatan Laut dalam seragam Pakaian Dinas Upacara (PDUP). Hanya mereka tidak  dilengkapi senjata.

Tata cara ibadah mereka tidak jauh berbeda dengan jemaat Kristen Protetan pada umumnya. Yang membedakan hanya seragam dan tanda pangkat itu saja. Maksudnya tak lain hanya untuk menunjukan hierakhi jabatan pelayanan saja. Kalau di gereja Protestan pada umumnya di kenal ada pendeta, penatua dan Diaken. Pendeta dalam ibadah, umumnya menggunakan jubah putih atau hitam dengan destar. Sedangkan para Penatua dan Diaken umumnya memakai pakaian lengkap biasa dengan selendangg Stola di leher.

Penjelasan ini agaknya perlu, khususnya bagi mereka yang belum paham. Jangan sampai ada yang gagal paham, mengira Bala Keselamatan ini sebagai suatu kekuatan semi militer duniawi bila hanya membaca namanya.Sama halnya kalau dalam Kidung-kidung rohani Kristen adakalanya terdengar sebutan "Lasykar Kristus". Bukan berarti dalam gereja itu ada organisasi kelasykaran seperti zaman perjuangan kemerdekaan dulu. Setiap penganut Kristen yang sejati, memang harus menyadari dirinya sebagai lasykar dalam peperangan rohani. Melawan segala perbuatan dosa, termasuk yang muncul dari diri semdiri. Senjatanya adalah senjata rohani. Kebenaran, keadilan, perisai iman, ketopong keselamatan dan pedang Roh yaitu firman Tuhan.

Bala Keselamatan didirikan di Inggeris oleh William Booth (1829-1912), yang mulanya seorang pendeta Metodis. Ia memilih model menurut strata militer dan disebut "Salvation Army" Tujuannya untuk memerangi kerajaan iblis.Sasaran pertama adalah mengabarkan Injil kepada para rakyat jelata yang jalang di London Timur. Melalui Majalah "Seruan Perang" mereka melakukan kampanye besar-besaran terhadap pemberantasan percabulan, kemabukan, pencurian, dan pengangguran. Memberi perhatian besar terhadap orang-orang berkekurangan, orang sakit, yang terlantar dan jatuh ke daam dosa. Para opsir mMereka turun ke lapisan masyarakat yang biasanya kurang dihiraukan Gereja.

Maka adalah suatu ironi bahwa bisa terjadi orang-orang penyebar cita kasih ini, bahkan sampai ke wilayah terpencil harus mengalami perlakuan tragis begini. Namun demikian, kiranya para pelakunya dikaruniai kesadaran, bertobat dan diberi pengampunan oleh Tuhan yang maha Pengasih dan Penyayang. ****

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *