Thursday, March 3, 2022

Apa yang dicari Rusia : RAKYAT UKRAINA DIBOMBANDIR RUDAL

Setiap mengikuti jalannya pertempuran hebat antara Ukraina dan militer Rusia yang kini sudah berlangsung seminggu , penulis selalu teringat dan membayangkan peristiwa heroik perlawanan rakyat  Surabaya tanggal 10 Nopember 1945. Ketika itu pasukan sekutu memborbardir kota Surabaya dari laut dan udara. Dengan persenjataan bambu runcing dan senjata seadanya hasil rampasan dari  balatentara Jepang yang sudah menyerah, mereka melakukan perlawanan. Tak terhitung jumlah korban yang jatuh.

Sekarang, Rusia tak segan-segan menghujani kota-kota Ukraina dengan berbagai rudal canggih jarak jauh. Menghujam bukan saja obyek-obyek dan markas-markas militer, tetapi juga pemukiman rakyat sipil seperti rumah susun, perkantoran, pembangkit listrik dan sarana umum lainnya. Tetapi dalam situasi persenjataan tak seimbang dengan pihak agresor, dan itupun sudah banyak dihancurkan, militer Ukraina di bawah Presidennya Zelensky bersama rakyatnya, nampaknya tetap maju tak gentar melakukan perlawanan. Berbeda ketika 20 Agustus 1968 Uni Sovyet menyerbu Cekoslowakia. Ketika itu Rusia yang memimpin Pakta Warsawa memasuki Praha ibukota Cekoslowakia dengan ratusan pasukan mobil lapis baja didukung antara 175 – 500 ribu personil militer.

Perdana Menteri Alexander Dubcek dan Presiden Ludwig Svoboda memerintahkan militernya tak mengadakan perlawanan karena percuma dan hanya akan menimbulkan banyak korban. Alexander Dubcek yang juga saat itu merangkap  Sekretaris Jendral Partai Komunis di negaranya sedang mengkampanyekan reformasi ekonomi dan sosial yang  dikenal dengan “Musim Semi Praha”. Ia kampanyekan sistem ekonomi pasar untuk menggantikan ekonomi terpusat dan melonggarkan kebebasan pers. Ia mendapat dukungan rakyat tetapi pemerintah Kremlin tak menyetujui.

Meski pemerintah dan militer Cekoslowakia tak mengadakan perlawanan, tetapi rakyat  tidak setuju dan melancarkan demonstrasi besar-besaran. Mereka ditindas dengan keras sehingga menimbulkan korban 208 tewas dan 500 lainnya terluka.

Ada persamaan dan perbedaan dengan ketika Rusia menyerbu Ukraina sekarang. Persamaannya, kalau dulu Uni Sovyet  menunjukkan keangkuhan kepada negara-negara kecil yang akan dicaploknya dengan keunggulan tank-tank bajanya. Sekarang mau menakut-nakuti dengan rudal-rudal balistik dan senjata nuklirnya. Kalau dulu Uni Sovyet menyerbu Cekoslowakia dengan dalih mau menolong elemen-elemen pro Rusia di negeri itu, sekarang dengan dalih mau menolong kaum separatis  di dua wilayah Ukraina sesudah Rusia terlebih dahulu mengakui keduanya  sebagai negara merdeka. Persamaannya yang lain adalah dua-duanya karena timbulnya rasa takut Rusia akan pengaruh NATO. Dulu, pakta pertahanan negara-negara Atlantik utara ini merupakan saingan Pakta Warsawa selama perang dingin. Sekarang, Rusia takut  dengan keinginan Ukraina untuk menjadi anggota NATO. Khawatir kalau NATO membangun pangkalan peluru kendali dan nuklir disitu yang dapat mengancam langsung wilayah Rusia. Padahal negara-negara Nato yang dipimpin Amerika Serikat itu  belum memenuhi keinginan Ukraina itu. Moskow sendiri menginginkan Ukraina tetap menjadi negara netral atau pro Rusia.

Sedangkan perbedaan penyerbuan Rusia dahulu dengan yang sekarang, adalah reaksi dari pemerintah, militer dan rakyat Ukraina serta negara-negara simpatisan. Semuanya kompak melakukan perlawanan. Putin, Presiden Rusia mengira akan dapat menundukan Ukraina dalam perang kilatnya selama empat hari. Ternyata gagal total. Pemerintah, militer dan rakyat Ukraina tidak lagi takut digertak. Mungkin ia lupa kalau rakyat Ukraina selama ini sudah mengalami enaknya hidup sebagai negara demokrasi dan kadung dengan kebebasan. Dan pemimpin mereka yang sekarang, Presiden Volodymyr Zelensky, seorang bekas komedian yang sangat populer dan disenangi rakyat. Terbukti pada pemilu lalu ia keluar sebagai pemenang, mengalahkan petahana sebelumnya yang pro Mokwa.

Begitu kuatnya dukungan rakyat kepada pemimpin pilihan mereka yang dipilih secara demokratis itu, segenap rakyat dengan bersemangat menyambut setiap seruan Presiden Zelensky agar bersatu mempertahanankan negeri. Setiap orang yang mau berperang dilatih menembak dan dibagi-bagi senjata dengan cukup hanya memperlihatkan KTP. Para perempuan ramai-ramai merakit bom molotov dan mempersiapkan makanan dan minuman buat ribuan prajurit dadakan itu. Seorang miss dunia, berpose dengan menyandang senjata otomatis. Demikian pula para atlit terkenal dan profesional ramai-ramai mendaftar, menerima senjata dan berlatih menembak.

. Saat iring-iringan tank penyerbu memasasuki jalan-jalan kota, mereka akan menghujaninya dengan bom-bom molotov bensin dan tembakan. Rudal-rudal panggul akan menghantam setiap pesawat atau helikopter yang melintas. Ini sudah terjadi sehingga sejumlah tank hangus dilalap api dan lainnya ditinggalkan penghuninya guna  menyelematkan diri. Di suatu tayangan televisi, seorang perempuan nampak mendemonstrasikan kebolehannya mengemudikan tank Rusia yang telah ditinggalkan.

Maka tidaklah heran, jika laju tentara merah yang bersenjata serba canggih itu tertahan, bahkan ada yang berhasil dipukul mundur. Sementara itu beberapa negara yang bersimpati, secara terbuka atau diam-diam telah memasok senjata-senjata anti tank dan anti pesawat kepada militer dan rakyat Ukraina. Karena itu jalannya perang ini diprediksi akan berjalan lama.

Kalaupun akhirnya pemerintah dan militer Ukraina dapat dikalahkan lalu Rusia membentuk pemerintahan boneka, itupun tak akan berlangsung lama dan sia-sia. Perlawanan rakyat akan terus terjadi. Mereka sudah marah dengan tembakan-tembakan rudal jarak jauh dan brutal menghancurkan kota-kota dan membunuh banyak orang itu. Tekanan-tekanan internasional, baik politik maupun ekonomi, pada akhirnya akan memaksa Rusia harus angkat kaki dari Ukraina dan menempuh jalan damai. Apalagi, terakhir dikabarkan, banyak orang-orang asing seperti dari Inggeris ikut  menjadi relawan, mempersenjatai diri dan mendaftar untuk ikut bertempur bersama pasukan Ukraina. Pemerintah Ukraina mengijinkan lalu mefasilitasi mereka dengan membentuk pasukan Legiun Asing.

Namun Ukraina pun perlu memahami akan kekhawatiran Rusia. Mereka sebaiknya secara sadar dan sukarela menerima status sebagai negara nonblok seperti diharapkan Rusia. Tidak menjadi anggota pakta pertahanan NATO ataupun blok Rusia dengan diikat  perjanjian internasional. Sebagai imbangannya, keutuhan wilayah negaranya harus dijamin. Dan dalam dalam urusan-urusan politik, ekonomi dan masalah non militer lainnya tak boleh diintervensi. Ukraina mesti menyadari bahwa sengketanya dengan Rusia bukan saja berdampak untuk kedua negara tetapi juga akan sangat berpengaruh pada ekonomi global.

Pelajaran apa yang dapat ditarik dari perang Ukraina-Rusia ini ? Persenjataan canggih ternyata tidak selamanya dapat menjamin langgengnya penguasaan atas wilayah lain yang diduduki. Dan kebijakan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta yang mengandalkan kekuatan rakyat seperti yang selama ini dianut Indonesia dan bukan pasa alusista canggih semata , terbukti tetap relevan.***

 



No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *