Sunday, March 27, 2022

KAPAN PEMBANTAIAN RAKYAT UKRAINA BERHENTI !!

 Sudah sebulan ini penulis berkali-kali membuka Youtube berharap perang sadis Rusia terhadap rakyat Ukraina berhenti melalui perdamaian. Tetapi yang kita dapatkan tetap saja tayangan mengerikan berupa peluncuran roket-roket raksasa yang meghujam kota-kota besar di Ukraina – di mana masih banyak warga sipil terjebak di dalamnya. Berlindung di lubang-lubang bawah tanah dengan kekurangan persediaan makanan, airminum, pakaian serta obat-obatan.

Flat atau rumah susun yang masih berpenghuni nampak lululantak dihajar rudal, yang ditembakan dari kejauhan. Dari peluncuran roket, tank-tank raksasa, pesawat dan helikopter tempur bahkan dari kapal perang di lepas pantai ! Kata yang punya alat penghancur massal itu, roket-roket dengan hulu ledaknya presisi. Tapi nyatanya banyak yang nyasar. Masih ingatkah kita di Jakarta dulu - ketika Rusia mau mendemonstrasikan pesawat barunya yang katanya canggih ? Nyatanya berakhir menubruk Gunung Salak. Masih beruntung reruntuhannya tak sampai menimpa kami yang ketika itu masih tinggal dekat kaki gunung  penanda kota Bogor itu.

Tak usah dipaparkan berapa jumlah korban selama sebulan ini. Dapat dibayangkan sendiri, baik personil militer kedua pihak, rakyat sipil, wanita, anak-anak, bayi, lanjut usia dan harta benda. Bahkan makam peringatan ribuan orang-orang Yahudi korban keganasan fasis Hitler di negeri itu juga porak-poranda.

Saya bayangkan, kalau satu saja rudal ICBM dijatuhkan di tengah-tengah kota Jakarta. Gimana jadinya ? Di Ukraina bukan cuma satu tapi ratusan. Maka mengherankan juga kalau masih ada tersisa mahluk yang hidup di kota-kota itu. Segala macam senjata mutakhir sampai yang mampu melumerkan tubuh orang ditembakkan. Hanya senjata nuklir saja yang belum diluncurkan. Tapi konon sekarang sudah disiapkan, tinggal tekan knop saja. Dan ngerinya, negara-negara nuklir lainnya kini telah melakukan hal yang sama.

Maka melihat ini, semua orang yang masih mempunyai rasa kemanusiaan harus segera melakukan usaha menghentikan invasi brutal ini. Bagi negara yang masih berfaham komunis seperti Rusia, asasinasi seperti ini mungkin hal biasa saja. Apalagi tokoh kuncinya Presiden Putin adalah mantan perwira KGB, organisasi intelijen militer yang terkenal sadis.

Teringat ucapan seorang tokoh Kremlin yang berujar, ”kalau untuk mewujudkan masyarakat komunis yang tulen, saya tak gentar berjalan di atas jutaan mayat manusia.”

Pada sidang-sidang Mahmillub (Mahkamah Militer Luar Biasa) sesudah peristiwa G.30.S/PKI tahun 1965, masih terngiang kudengar dialog antara Oditur Militer LetKol.Durmawel Ahmad, SH dan Ketua Mahkamah Kol.Hendotomo dengan terdakwa, salah seorang tokoh PKI yang terlibat dalam usaha koup itu -  tentang pandangan komunisme mengenai manusia. Dikatakan, “manusia itu tak lebih dari sepotong daging”.

Maka tak heran, kalau sekarang bisa terjadi seperti yang di Ukraina ini. Hal sama sudah terjadi di Tienanmin Tiongkok, terjadi di Madiun dan Lubang Buaya. Maka penulis heran, kalau masih ada saja di Indonesia yang setuju bahkan memuji-muji invasi Rusia ke Ukraina.

Yang juga mengherankan, Putin ini rupanya formalnya seorang Kristiani. Acara pembabtisannya dilakukan di sebuah gereja di St.Pettesburg (dulu Leningrad) dan  ditayangkan di televisi. Di mana pemahamannya tentang hukum pertama dan terutama kedua untuk mengasihi sesama manusia seperti yang diperintahkan Injil ? Menurut data di Google, ayahandanya memang seorang atheis, tetapi ibunya seorang Kristiani.

Tapi tak kurang-kurang, Paus dari Roma sendiri sampai memohon-mohon kepada Putin untuk menghetikan perang ini dan kembali menyelesaikan segala sesuatunya secara damai melalui perundingan. Demikian juga PBB dan negara-negara cinta damai lainnya, termasuk Indonesia. Namun, tetap saja Putin tak bergeming. Rudal-rudal, bom kecil besarnya tetap saja dihujamkan ke negeri tetangganya itu – dan menjadikannya seperti lapangan tembak uji-coba senjata pemusnah baru.

Maka penulis setuju sekali dengan sikap Pemerintah Indonesia yang ikut mengecam “operasi militer khusus” itu meski sebagai bayarannya oleh Rusia kita dimasukkannya dalam kelompok “negara tidak bersahabat”. Tak apa-apa. Dulu Uni Sovyet kita anggap sebagai negara sahabat. Banyak membantu dalam perjuangan Indonesia melawan kaum kolonial-imperalis. Hal itu ditandai dengan film “Kunjungan Sahabat”, yang awal tahun 60-an pernah diedarkan secara luas ketika Presiden Kruschev berkunjung ke Indonesia. Fotonya yang besar-besar dipajang di mana-mana. Tapi ini dulu. Politik luar-negeri kita sesuai UUD 1945 adalah bebas aktif. Meski kepada negara sahabat, kalau salah tetap kita katakan salah.

Menjelang KTT G-20 di Bali Nopember mendatang,  Indonesia sebagai Presiden G-20 diharapkan kembali bisa tampil berperan sebagai pemimpin dunia seperti Bung Karno. Pemrakarsa KTT Non Blok, Konferensi Asia Afrika, OKI, Asean, NEFOS.

Teringat juga peran kepala suku kami dulu yang juga kakek penulis. Meski suku kami terbilang kecil, tetapi melalui diplomasinya, beliau mampu mendamaikan dua kerajaan  besar yang selalu berseteru. Yakni Raja Bugis di perbatasan Sulawesi Selatan dengan Raja Marunduh, dari Kerajaan Mori yang wilayahnya kini meliputi Kabupaten Morowali Utara, tempat pabrik Nikel kebanggan Indonesia yang mendunia.***

 

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *