Tuesday, July 29, 2014

JURNALISTIK SUKSES (5) : MENGAWALI PROFESI JURNALIST

Dari penjualan koran gratis yang kudapatkan, aku dapat mencukupi biaya tansport ke tempat kerja dan biaya sehari-hari. Bahkan dapat membeli pakaian baru. Aku juga merasa sangat tertolong dengan adanya jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan. Ada dokter perusahaan dan diberi penggantian harga obat-obatan. Malahan dokter mengabulkan untuk menambahkan dalam setiap recepnya beberapa kaleng susu fullcream sehingga kondisi tubuhku yang masih kurus dapat pulih lebih cepat. Setiap bulan gajiku kuterima penuh sehingga aku mulai dapat menabung.

Aku ingat kembali akan cita-citaku semula ke Jakarta yaitu untuk melanjutkan sekolah. Dan kondisinya sekarang sudah memungkinkan untuk mulai lagi. Karena itu pada tahun kuliah berikutnya aku mendaftar kembali ke Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Aku diperbolehkan tetapi harus mulai di tingkat I atau Persiapan lagi. Aku memang telah ketinggalan jauh dalam pelajaran dengan teman-teman kuliah seangkatanku. Untuk pelajaran teori mungkin masih dapat kukejar. Tetapi untuk praktek laboratorium kimia dan biology tak mungkin.

Semula semuanya bejalan baik.Tetapi kemudian aku berpikir ada ketidaksesuaian antara pendidikan yang sedang aku tempuh dengan pekejaan yang kini mulai kujalani dan telah mulai kurasakan manfaatnya. Masa depannyapun baik. Kupikir, mengapa segenap waktu dan perhatianku tidak kupusatkan saja pada pekerjaan ini tidak kukem-bangkan saja dengan lebih sungguh-sungguh. Baik dalam kemampuan dan ketrampilan maupun pengetahuan. Menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi sampai menjadi Apotheker akan memakan waktu dan biaya lebih banyak.

Karena itu kuputuskan untuk kuliah di Peguruan Tinggi Publisistik Jakarta (sekarang Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik -IISIP Lenteng Agung Jakarta). Lembaga pendidikan tinggi ini memang didirikan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan para pengajarnyapun berasal dari kalangan paktisi pers.

Meski hanya sebentar kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, namun banyak sekali ilmu pengetahuan yang kudapatkan. Misalnya rumus "reaksi bolak balik" atau "aksi - reaksi" yang selalu seimbang. Bukan hanya dalam ilmu kimia saja rumus ini berlaku tetapi juga dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai hukum "sebab-akibat".

Melalui kimia analisa, dapat diketahui suatu zat terdiri dari unsur kimia apa. Lalu melalui Botani Sistematik dapat dikenali tanaman-tanaman yang berkhasiat. Ilmu lain yang berkaitan dan menarik adalah Receptur mengenai pembuatan resep obat.

Ketika mengamati berbagai preparat dalam praktek botani anatomi di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa berpuluh-puluh kali, seperti layaknya menyaksikan pemandangan di dunia lain yang menakjubkan. Nampak sel-sel bak peta perkotaan yang hidup. Inti-inti sel nampak bergerak melaju dalam cairan sel seperti mobil-mobil di lalulintas ramai. Teratur dan tidak ada yang saling bertubrukan. Ternyata ada lagi dunia lain, yaitu dunia mikrobiology, karya agung dari yang Maha Pencipta !

Namun dengan peralihan kuliahku ke PTP, pengembangan ke ilmu-ilmu di atas jadi tak berlanjut. Aku selanjutnya lebih berkonsentrasi pada upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dibidang publisistik atau jurnalistik.

Disamping melalui perkuliahan, aku belajar menjadi wartawan. Mulai dengan mencari dan menulis berita kemudian menyampaikannya ke Redaksi. Waktuku yang seharusnya kugunakan untuk tidur istrahat setelah bekerja semalaman, sebagian kugunakan untuk meliput jalannya sidang di Pengadilan Negeri Jakarta. Kuliah sore hari. Berita-berita yang kubuat umumnya pendek-pendek dan hanya yang menarik perhatian (human interest).

Hampir seluruh berita-beritaku dimuat. Dan setiap kali aku melihat termuat aku senang. Pemimpin Redaksi kami, Pak Nono Anwar Makarim, tenyata tertarik dengan berita-beritaku. Pernah dua kali ia keluar dari ruang kerjanya dan menemui aku sambil tebahak-bahak. Ia mengomentari beritaku yang berjudul “Gara-gara bumbu masak, Direktur dipenjara”. Kedua, tentang berita seorang suami yang memperkarakan isterinya ke pengadilan karena memencet "alat vitalnya". Pasalnya, sang isteri marah setelah mengetahui suaminya beselingkuh dengan perempuan lain.

Tidak lama kemudian aku benar-benar ditarikdari tugas di percetakan ke Redaksi. Aku diberi Kartu Pers dan ditugaskan secara resmi sebagai reporter yang bertanggung jawab untuk menangani berita-berita pengadilan. Tidak saja meliput sidang-sidang di Pengadilan Negeri Jakarta di Jalan Gajah Mada, tetapi juga Pengadilan Tinggi, bahkan kemudian sidang-sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) di Gedung Bappenas depan Taman Surapati Menteng yang berlangsung siang dan malam. Mahkamah ini mengadili tokoh-tokoh bekas pelaku pecobaan perebutan kekuasaan oleh G30S/PKI tanggal 30 September 1965.

Pada suatu hari aku mengikuti pesidangan pekara seorang laki-laki yang ternyata sudah berulang-ulang keluar-masuk penjara. Dia ternyata bukan hanya pelaku biasa, tetapi seorang pemimpin dalam berbagai perampokan di Ibukota. Pembelanya adalah Mr. Yap Thiam Hien, pengacara terkemuka saat itu. Aku tertarik lalu mengumpulkan infomasi lebih banyak tentang orang ini termasuk mengadakan percakapan langsung di selnya. Hasilnya kemudian kurangkum menjadi suatu tulisan sebagai kisah nyata dan faktual. Ketika kuajukan ternyata dapat diterima untuk dimuat secara serial setiap hari.

Setelah seminggu pemuatannya, Bapak Ismid Hadad Wakil Pemimpin Umum menyatakan penghagaannya karena katanya tulisan itu disenangi banyak pembaca. Untuk itu pantas diberi penghargaan berupa honorarium untuk setiap seri pemuatan. Tulisan ini katanya sudah melebihi dari hasil yang diharapkan dari tanggung jawabku. Oh, alangkah beterima kasihnya aku. Bukan saja karena karyaku dihargai dan terbukti ada manfaatnya, tetapi juga oleh adanya tambahan rejeki.

Makin lama tanggung jawabku makin bertambah. Bukan hanya berita pengadilan, tetapi juga mencakup seluruh berita bidang hukum/kriminal. Berarti mencakup kegiatan lembaga Kejaksaan dan Kepolisian pada semua tingkatan dan wilayah. Aku juga mulai diberi tanggung jawab untuk peliputan dan berita-berita pertahanan-keamanan. Meliputi kegiatan-kegiatan Departemen Hankam/Keamanan dan ketiga Angkatan Perang.

Setiap hari bukan hanya meliput kegiatan-kegiatan dan menyusun berita, tetapi juga harus menyingkat atau menulis kembali berita-berita yang berasal dari sumber-sumber lain, seperti kantor-kantor berita dan koresponden daerah. Disamping itu aku juga kadang-kadang ditugaskan meliput berita- berita kegiatan bidang ekonomi dan olah Raga, khususnya pertandingan sepak bola, kegiatan kesenian di Taman Ismail Marzuki bahkan menulis resensi film.
(dari buku "{Biografiku" )

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *