Saturday, January 25, 2020

MOTIF MUNCULNYA KERAJAAN-KERAJAAN FIKTIF


Akhir-akhir ini di wilayah NKRI bermunculan banyak kerajaan-kerajaan fiktif. Ada Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Sunda Empire di Bandung dan lain-lainnya. Pemunculan parade kerajaan di keraton Purworejo oleh baginda Raja Toto Santosa dan Permaisuri Fanni Amidadia dengan menunggang kuda serta dipagari para maha menteri dengan seragam mereka cukup indah membuat para pemirsa televisi sejenak terpukau. Belum lagi sidang kerajaan yang semarak itu.

Para politisi dan para aparat keamanan serta penguasa di seantero negeri sontak terkesima. Ada negara asing di NKRI ? Maka polisipun mulai bergerak. Sang raja dan ratu pun diambil. Dan kedua pasangan ini, yang ternyata bukan suami isteri resmi, danh mengaku bukan keturunan bangsawan, akhirnya mengaku kerajaan mereka hanya fiktif serta meminta maaf.

Diskusi-diskusi para ahli dan tokoh masyarakatpun ramai memperbincangkan apa gerangan yang terjadi. Ada yang berpendapat semua itu timbul karena alasan politik. Kecewa dengan situasi negara saat ini. Ada pula yang berpendapat karena tekanan ekonomi. Tapi menurut penulis ini tak lepas dari dorongan kebutuhan seperti dikemukakan Abraham Maslow yang coba menganalisis delapan tingkat kebutuhan manusia.

Mulai dari kebutuhan primer seperti makanan, pakaian, perumahan, keamanan, kesehatan, pendidikan dan terakhir aktualitas diri. Nampaknya yang paling menonjol dalam permasalan ini adalah motif kebutuhan aktualitas diri. Ingin dihargai. Mau menunjukkan bahwa dia pun ada dan juga pantas dapat kehormatan. Meskipun ada sedikit motif ekonominya.

Bayangkan. Dengan modal hanya beberapa juta, seseorang perangkat desa bisa tampil dalam seragam berwibawa berbintang tiga dengan jabatan Maha Menteri !  Lebih mentereng daripada seragam kebesaran perwira tinggi TNI/Polri bahkan dari pakaian baginda raja di manapun. Apalagi diiming-iming dengan gaji dalam mata uang dollar dan menjadi penguasa dunia !! Rakyat yang ikut heran dan tertarik, ramai-ramai datang ingin melihat  dan tahu lebih banyak tetang kerajaan aneh ini.

Maka tak heran kalau Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo malahan nampak rada senang juga dengan peristiwa langka ini. Ia ikut gembira melihat keberuntungan rakyatnya di sekitar lokasi. Para pedagang kecil, pemilik lahan parkir, penjual souvenir serta makanan dan minuman omzet mereka naik berlipat ganda. Rumah-rumah sekitar mendadak jadi penginapan. Maka terbetiklah idee untuk menjadikan keraton jadi-jadian itu sebagai obyek wisata dan mewanti-wanti aparat keamanan agar tidak ditutup. Malahan ia merencanaman untuk dikembangkan. Tentu saja dengan melakukan beberapa perubahan. Mengarahkannya semata-mata hanya untuk hiburan, seni dan kebudayaan pada umumnya.***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *