Monday, September 28, 2020

Sejarah Perjuangan Suku Mori-Bahono versi TBB (13-Habis) : Lagasi, Kepala Suku Terakhir Wafat

 12.

T

ahun (1920) , Ue Lagasi tiba-tiba meninggal dunia. Ia dikebumikan dengan upacara adat di Pekuburan Sosopa, dekat perbukitan yang mengeluarkan air panas.

Meski telah pergi, anjurannya untuk masuk gereja terus berjalan. Dan tahun  1926 seluruh suku Bahono mulai memasuki lembaran baru. Mereka mengikuti babtisan air, baik dewasa maupun anak-anak. Sebagai Penatua pertama, ditunjuk Simpugi (Malau Lagasi ) yang bertugas sebagai pembantu pelayan gereja sampai Jepang masuk di Indonesia.

               Dengan wafatnya Ue Lagasi sebagai Kepala Kampung pertama di Uluanso,  ia digantikan seorang sesepuh bernama Mangoli Kelo. Tetapi Kepala Kampung kedua ini meninggal dunia pula lalu digantikan oleh adiknya Malotu Kelo. Di tengah pemerintahan Jepang yang kejam, ia digantikan kemanakannya, Sumbarigi Kelo.

Gereja, sekolah maupun pemerintahan makin bekembang dan terus terjadi perobahan sampai beakhirnya penjajahan Belana tahun 1942, penjajahan Jepang tahun 1943 sampai tahun 1945 dan Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Roda pemerintahan, gereja dan pengembangan ilmu pengetahuan / sekolah dan lain-lainnya berjalan bersama dan saling menunjang. Suku Bahono terus tumbuh berkembang dan berkembang, kawin-mawin dengan warga suku-suku tetangga bahkan di perantauan. 

Marga-marga utama para sesepuh suku Bahono adalah seperti berikut :                        

           


            

 


 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *